NOVA.id - Childfree adalah hak dari setiap perempuan. Saat kita sudah memupuk keyakinan pada diri sendiri, sudah waktunya berdiskusi dengan pasangan soal keputusan ini.
Bila kita tidak ingin memiliki keturunan tapi pasangan tidak setuju akan hal itu, tentu saja ini akan menjadi masalah yang tidak terpecahkan sampai kapan pun.
Lalu, jika masih gugup atau resah saat ingin mengajak pasangan berbicara, coba renungkan kembali, mungkin saja masih ada hal mengganjal yang membuat hati kita ragu. Mengapa hal ini perlu kita lakukan?
Pasalnya, jika kita sudah bisa memberikan pemahaman kepada diri sendiri terkait dengan keputusan yang akan dijalani, berbicara dengan pasangan pasti akan jauh lebih mudah.
Seperti halnya yang dikatakan oleh psikolog klinis anak, Karina Negara B.A., M.PSI.
“Kalau mau menjelaskan ke orang lain, harus bisa menjelaskan dulu ke diri sendiri. Kalau sudah jelas, harusnya simpel menyampaikannya ke pasangan."
"Kalau pasangannya tidak setuju, ini isu besar, masuk ke kategori konflik yang tidak bisa diselesaikan."
"Jadi dibahasnya harus sebelum menikah,” ujar Karina Negara.
Nah, jika sudah berkompromi dengan pasangan tapi dapat penolakan mentah-mentah, tentu saja kita akan bingung dibuatnya.
Karina menambahkan, jika pasangan tidak bisa memahami atau bahkan tidak menyetujui, maka hubungannya harus segera diakhiri.
Waduh! Kalau harus begitu, impian membangun rumah tangga bersama pasangan pun akan sirna begitu saja. Nah, bagaimana mengemukakan keinginan ini pada pasangan?
Baca Juga: Viral Gitasav Sebut Childfree Bikin Awet Muda, Wulan Guritno: Enggak Ada Hubungannya
Ajak Pasangan Berdiskusi
Sebelum hubungan kita dan pasangan menjadi runyam, karena adanya perbedaan pola pikir dan idealisme pada kedua belah pihak, ada cara-cara yang bisa kita lakukan agar diskusi dengan pasangan berjalan adem ayem saja.
1. Sampaikan dengan sopan
Bersikap sopan saat sedang berhadapan dengan lawan bicara, memang sudah seharusnya. Hal itu juga berlaku ketika kita menyampaikan keinginan untuk tidak memiliki anak. Sopan di sini memiliki arti tidak memaksakan kehendak kita kepada pasangan atau orang lain.
2. Satukan visi dan misi
Jika pasangan sudah bisa memahami alasan-alasan yang kita jelaskan, visi dan misi juga harus sejalan di kemudian hari. Visi dan misi inilah yang nantinya akan dijadikan “tameng” untuk menghadapi keluarga besar dan orang-orang di sekitar lingkungan.
3. Bekerja sama
Komunikasi menjadi sebuah kerja sama, yang bisa membuat pasangan suami-istri childfree kuat, menerjang berbagai cobaan yang datang dari sekitar mereka. Teruslah belajar untukmemperbaiki komunikasi kita dengan pasangan setiap harinya. Dukungan yang diberikan satu sama lain juga diperlukan untuk menambah keharmonisan hubungan.
4. Belajar meregulasi emosi dan perasaan
Meskipun childfree sudah bukan hal yang tabu lagi di beberapa negara, di dalam negeri sendiri pro dan kontra masih menjadi makanan sehari-hari. Bisa jadi, kita akan mendapatkan nyinyiran atau sindirian dari teman, rekan kerja, bahkan keluarga. Untuk itu, belajarlah untuk memvalidasi perasaan sendiri.
Jika kita sakit hati dengan perkataan mereka, akui saja kebenaran tersebut. Setelah itu, proses perasaan kitaa, dan apa yang akan kita lakukan untuk langkah berikutnya. Apakah kitaa hanya akan membalas dengan senyuman, atau Anda jadikan sebagai tantangan?
Baca Juga: Berkaca dari Gitasav, Ini 7 Cara untuk Tetap Awet Muda baik Childfree Maupun Punya Anak
5. Ajak pasangan ke psikolog
Berkonsultasi dengan psikolog juga tidak ada salahnya, lho. Apalagi, jika nyinyiran yang kita terima sudah terlalu ekstrem. Kita dan pasangan bisa mendapatkan tips dan trik dari psikolog untuk menemukan resolusi konflik, sekaligus menjaga kesehatan mental.
6. Konseling pernikahan
Rasanya, wajar ya bila manusia mudah terombang ambing hati dan pikirannya. Padahal sudah meyakinkan diri untuk childfree, tiba-tiba pikiran berubah seketika di tengah jalan. Jika pasangan kita seperti ini, mintalah pertolongan pada konselor pernikahan.
Akan sangat menguntungkan kita dan pasangan, saat ada orang ketiga yang netral yang dapat membantu memfasilitasi pembicaaran.
7. Memilih childfree setelah menikah
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pikiran manusia bisa saja berubah-ubah. Misalnya, ketika kita sudah menikah lalu terpicu untuk childfree, harus apa, ya? Jawabannya kembali lagi dengan mengajak pasangan untuk konseling.
Karena siapa pun kita, dan berapa pun umur kita, memproses diri untuk mengambil sebuah keputusan sangat dianjurkan. Demi kebaikan diri dan hubungan-hubungan yang ada di dalam hidup kita. (*)