Dari Kasus Video Syur Mirip Rebecca Klopper, Merekam Hubungan Intim Wajar Tidak, Ya?

By Maria Ermilinda Hayon, Rabu, 24 Mei 2023 | 09:05 WIB
Merekam hubungan intim bagi pasutri bisa ada manfaatnya. Tapi waspadai juga risikonya. (rarpia)

NOVA.ID - Tersebarnya video syur mirip Rebecca Klopper di media sosial diduga menjadi salah satu tindak kekerasan siber, revenge porn.

Revenge porn adalah tindakan menyebarkan foto atau pun video seseorang secara online sebagai bentuk balas dendam.

Tentu tindakan ini sangat dikecam dan pelaku harus diadili sesuai dengan ketentuan hukum yang ada.

Apalagi jika memang diketahui pelaku merekam video hubungan intim saat korban tidak sadarkan diri, dan kemudian menyebarkannya.

Namun, terlepas dari kasus video syur mirip Rebecca Klopper yang kini tengah memanas, kita tahu bahwa merekam hubungan intim ini sangat berisiko.

Apalagi untuk pasangan yang berada di luar pernikahan.

Tapi, bagaimana jika kita merekam hubungan intim dengan pasangan resmi, yakni suami atau istri sendiri untuk konsumsi pribadi?

Apakah masih wajar dan risikonya lebih rendah?

Well, mungkin Sahabat NOVA kembali bertanya, untuk apa sampai merekam dan mendokumentasikan hubungan intim, sih?

Emang enggak aneh, ya?

Meski dianggap tabu, nyatanya ada banyak pasangan suami istri yang melakukannya.

Baca Juga: Video Syur Tersebar Seperti Rebecca Klopper, Ini yang Harus Dilakukan Ketika Jadi Korban Revenge Porn

Sebenarnya, selama dilakukan dengan pasangan sah sendiri dan untuk konsumsi pribadi, merekam kegiatan bercinta kita dengan pasangan boleh saja dilakukan.

Pasalnya, merekam hubungan intim juga ada manfaatnya untuk hubungan dan kualitas seks kita dengan pasangan.

Tapi kita juga mesti pahami risikonya. 

Menurut Anindita Citra Setiarini, M. Psi., psikolog dari Lighthouse Clinic, Jakarta, untuk sebagian pasangan, khususnya pria, rupanya melihat kembali rekaman bercinta bisa memicu gairah seksual.

Bahkan, saat merekam kegiatan bercinta dan ditonton ulang dianggap bisa meningkatkan libido dan menambah kepuasan.

“Manfaatnya mereka (pasutri) bisa berbagi mengenai fantasi, preferensi, dan evaluasi mengenai hubungan intim yang mereka lakukan. Tentunya hal tersebut dapat meningkatkan kadar intimasi dan kepuasan kepada pasangan,” ujar Citra dalam Tabloid NOVA Edisi 1552.

Selain itu, bagi beberapa pasangan, merekam hal intim dapat menjadi sesuatu yang seru dan menyenangkan untuk dilakukan bersama.

Terlebih untuk pasangan yang menjalani hubungan menikah jarak jauh alias LDM (long distance marriage).

Mendokumentasikan hal intim juga bisa dijadikan sebagai penawar rindu, ketika sedang tidak memungkinkan untuk bertemu.

Maka itu, mendokumentasikan hubungan intim dengan pasangan untuk kepuasan pribadi dan meningkatkan kualitas seks tidaklah sepenuhnya salah.

Selama untuk keperluan pribadi, bukan untuk disebarluaskan, apalagi dikomersilkan.

Baca Juga: Terbongkar! Ini Cara Lakukan Gaya WOT untuk Hubungan Intim yang Nikmat

Tapi, bagaimana bila pasangan selalu dan terus-menerus terobsesi untuk mendokumentasikannya?

“Besar kemungkinan dia mengalami gangguan psikologis dan perlu diterapi,” jelas Citra.

Meski menurut Citra, memberi label atau judgement tertentu, seperti kelainan psikis atau kelainan seksual kepada pasangan yang mau mendokumentasikan hal intim belum tentu tepat, ya.

Namun jika ada indikasi pemaksaan hingga ancaman untuk menyebarkan video jika kita tidak mau  mengulangi dokumentasi, maka kita perlu waspada dan segera melaporkannya.

Karenanya, penting sebelum merekam dan mendokumentasikan hubungan intim, kita membicarakan terlebih dahulu kepada pasangan tentang perasaan kita.

Ya, harus ada persetujuan yang dibangun dengan sadar sekalipun tujuan merekam untuk keperluan pribadi.

Sehingga baik suami maupun istri akan memahami sudut pandang satu sama lain.

Termasuk konsekuensi yang kemungkinan besar akan dihadapi nanti.

Konsekuensi apa? Meski sudah dijaga untuk konsumsi pribadi, risiko untuk tersebar tetap ada.

Misalnya, smartphone hilang atau rekaman tak sengaja dilihat oleh anak atau orang lain.

Jadi memang harus dipikirkan matang-matang.

Jika suami mengajak merekam, ingatlah bahwa kita punya pilihan untuk mengiyakan atau menolak ajakannya.

Sebagai alternatif, jika ingin selalu hangat dengan pasangan, kita bisa merekam hubungan intim dalam pikiran, dan simpanlah hasil dokumentasinya jauh di dalam benak dan hati masing-masing. (*)