Baca Juga: Terbukti Lakukan KDRT Terhadap Venna Melinda, Ferry Irawan Divonis 1 Tahun Penjara
Jadi meski kita begitu penasaran ingin segera menindaklanjuti pelaku, jangan terlalu menekan korban untuk berbicara mengenai hal yang menimpanya dan beri ia waktu untuk menenangkan diri.
Waktu tersebut mungkin bisa beberapa jam hingga bertahun-tahun, tapi kalau kita serius pengin membantu korban, biarkan waktu berjalan sendiri hingga ia mau lebih terbuka dan memahami situasi yang dihadapinya.
Ketika korban sudah siap terbuka dan mau berbicara tentang kekerasan yang dialaminya, pastikan juga kita punya cukup waktu serta kapasitas tenaga fisik dan emosional untuk mendengarkan ceritanya.
Dengarkan Tanpa Menghakimi
Kita pasti geregetan pengin memberi nasihat atau saran dan masukan saat mendengar kisah korban KDRT, kan?
Tapi tahan dulu dan jangan langsung menceramahi korban saat ia sudah bersedia bicara.
Kita cukup mendengarkan ceritanya saja dulu, karena itulah yang paling dibutuhkan korban KDRT.
Boleh, kita sedikit bertanya untuk mengklarifikasi hal-hal yang kurang jelas, tapi jangan sampai bernada menghakimi korban atau bahkan pelaku, ya.
Alih-alih langsung menyudutkan korban, kita harus membuat korban tahu kalau kita percaya padanya dan ia enggak seharusnya diperlakukan demikian.
Enggak perlu juga menyalahkan korban karena masih bertahan dalam abusive relationship tersebut.
Ia mungkin mendapat gaslighting, tidak berani kabur, dipaksa bergantung pada pelaku, dibuat menyalahkan dirinya sendiri, atau malah tidak paham kalau hal yang menimpanya adalah sebuah bentuk kekerasan.