Misalnya, seusai menonton sebuah tayangan televisi, tanyakan apa yang ia peroleh, mana tokoh berkarakter baik, mana yang baik dilakukan dan tidak, serta sebagainya.
Sehingga, persepsi yang ditangkap anak terhadap tayangan itu bisa sesuai harapan orangtua.
Selanjutnya, tanyakan pula apa nilai positif yang mereka dapat dari Si Tokoh Baik.
Tentu saja, gunakan bahasa anak, sehingga anak punya penjiwaan terhadap tokoh yang benar.
Tanpa pendampingan dari orangtua, anak bisa saja salah menangkap pesan dari sebuah tayangan televisi.
Misalnya, tayangan negatif tentang pencurian.
Anak bisa saja menganggap mencuri itu boleh.
Bahkan, film kartun sekalipun, tidak boleh lepas dari pengawasan orangtua.
“Film kartun tidak selamanya bagus buat anak,” tegas Sani.
Jadi, sudah terapkan batas durasi anak nonton tayangan di TV yang tepat belum, Sahabat NOVA? (*)