Diderita Ibunda Ramzi Sebelum Meninggal Dunia, Ini Cara Mencegah Obesitas pada Orang Dewasa

By Rahma, Senin, 21 Agustus 2023 | 12:02 WIB
Ramzi dan Ibunda (Instagram @abiramzi76)

NOVA.id - Kabar duka tengah menyelimuti presenter Ramzi.

Pada Sabtu (19/08) sang ibunda, Afiah Barawas binti Muhsin Barawas meninggal dunia sekitar pukul 06.00 WIB.

Ramzi mengatakan jika sang ibunda meninggal karena penyakit obesitas kronis.

Menurutnya, berat badan ibunya terus bertambah hingga memengaruhi metabolisme tubuh yang memburuk.

“Kondisi badan semakin lama semakin membesar. Dan saya baru tahu kalau obesitas itu bukan cuma banyak makan, tapi ternyata metabolismenya sudah berantakan," kata Ramzi sebagaimana dilansir dari Kompas.com.

Obesitas yang dialami almarhumah ini pada akhirnya membuat organ vital diserang mulai dari paru-paru hingga jantung.

Berkaca dari apa yang dialami ibunda Ramzi, obesitas menjadi hal yang tak boleh disepelekan.

Menurut Kementerian Kesehatan RI, satu dari tiga orang dewasa Indonesia mengalami obesitas, dan satu dari lima anak berusia 5 hingga 12 tahun mengalami kelebihan berat badan dan obesitas.

Meskipun menimbulkan masalah kesehatan yang serius, obesitas belum mendapat perhatian serius seperti gangguan kesehatan lainnya.

"Kita benar-benar harus memperhatikan kecenderungan peningkatan obesitas ini,” kata Ketua Bidang Organisasi Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) dr. Dicky Levenus Tahapary, Sp.PD-KEMD, PhD.

Obesitas telah menjadi epidemi global. Stigma obesitas juga memberikan tantangan tersediri dalam penanganan obesitas.

Baca Juga: Ternyata Penyebabnya Sepele, Anak Obesitas Gara-Gara Makan Sambil Nonton, Ini Bahayanya

Stigma terhadap berat badan mencakup perilaku dan sikap negatif yang ditujukan terhadap seseorang terkait dengan bobot tubuhnya.

Ini berbahaya dan kita harus memahami bahwa obesitas merupakan suatu penyakit dan tidak dapat ditangani hanya dengan mengurangi asupan makanan dan lebih banyak beraktivitas fisik.

World Health Organization (WHO) mendefinisikan kelebihan berat badan dan obesitas sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan.

Praktisi kesehatan menggunakan BMI (body mass index atau indeks masa tubuh (IMT)) sebagai metode skrining, dan diagnosis klinis obesitas didasarkan pada kelebihan lemak tubuh abnormal yang mengganggu kesehatan.

“Untuk orang Indonesia, BMI pada tingkatan 25 termasuk kategori berat badan berlebih, dan BMI lebih dari 27 dinyatakan sebagai obesitas."

"Kita juga dapat memanfaatkan lingkar pinggang untuk menilai risiko seseorang terkena penyakit yang disebabkan oleh obesitas. Ukuran pinggang lebih dari 80 sentimeter untuk wanita dan lebih dari 90 sentimeter untuk pria meningkatkan risiko penyakit yang disebabkan oleh obesitas,” lanjut dr. Dicky.

Untuk mencegah dan mengatasi obesitas, diet memegang peranan penting. Diet yang biasa dilakukan sebagai bagian usaha untuk menurunkan berat badan, biasanya berfokus pada pembatasan energi untuk mengurangi berat badan.

Namun, menurut dr. Cindiawaty J. Pudjiadi, MARS, MS. Sp.GK, “Mengendalikan berat badan tidak cukup dengan usaha mengurangi asupan makanan dan menambah aktivitas olahraga. Kita juga harus memperhatikan apa yang kita makan, bukan hanya seberapa banyak yang kita makan. Mengurangi kalori yang efektif bukan hanya dengan sedikit makan dengan tujuan menekan asupan kalori serendah mungkin.”

Dokter Anita Suryani, Sp.KO menambahkan, “Aktif secara fisik dipastikan dapat mencegah kelebihan berat badan dan obesitas. Namun, bentuk latihan tertentu mungkin memiliki dampak yang lebih besar pada komposisi tubuh. Yang dianjurkan adalah intensitas sedang dan sekitar 40 menit.”

“Obesitas tidak hanya masalah estetika, tetapi juga berkenaan dengan masalah kesehatan yang serius. Orang yang hidup dengan obesitas memiliki risiko lebih besar terhadap penyakit kronis lainnya,” dr. Dicky menegaskan.

Untuk mengelola obesitas dan mencegah risiko komplikasi yang yang disebabkannya, pengobatan obesitas harus ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai dengan anjuran kesehatan. Ini akan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan dan menurunkan risiko komplikasi yang berhubungan dengan obesitas.

Baca Juga: Gawat! 2.500 Anak SD Alami Obesitas, Ketahui 4 Penyebab Anak Obesitas

Namun, ‘makan lebih sedikit, bergerak lebih banyak’ mengandung pemahaman bahwa penurunan berat badan hanya tentang diet dan olahraga, sementara faktor pemicu obesitas lainnya diabaikan.

Meskipun latihan fisik memainkan peran penting dalam pola hidup sehat secara keseluruhan, itu bukan satu-satunya faktor dalam menangani obesitas.

Penderita obesitas mungkin perlu melakukan konsultasi dengan tim profesional kesehatan — termasuk ahli diet, psikolog atau psikiater, atau tim profesional perawatan kesehatan lain— untuk membantu memahami dan membuat perubahan dalam pola makan dan aktivitas sehari-hari. (*)