NOVA.ID- Hal yang paling ditakutkan oleh pemilik hewan peliharaan seperti anjing atau kucing (yang biasa disebut anabul-anak bulu) adalah hewan peliharaan kita jatuh sakit.
Apalagi sakit yang tidak tertolong seperti rabies.
Pasalnya, bukan hanya membuat hewan peliharaan kita menderita, namun kita pun berisiko terkena dan bisa meninggal dunia.
Khususnya jika memang hewan peliharaan kita belum pernah melakukan vaksinasi rabies.
Faktanya, sselama adanya wabah Covid-19, cakupan vaksinasi pada hewan penular rabies, khususnya anjing, menurun.
Sebab, anggaran vaksinasi dialihkan ke covid-19. Padahal, vaksinasi rabies dapat membuat manusia aman, begitu juga dengan vaksinasi pada anjing yang seharusnya divaksin 70 persen dari jumlah populasi.
Pada tahun 2022 ketika tidak lockdown di Indonesia, kematian akibat rabies meningkat 102 dan kasus gigitan mencapai di atas 100.000.
Sedangkan per Agustus 2023, angka kematian sudah 90 kasus dan 94.000 kasus gigitan.
Apabila hal ini dibiarkan hingga akhir tahun, maka kasus kematian bisa mencapai 135 jiwa dan kasus gigitan rabies sekitar 142.000.
“Hingga saat ini sudah ada 16 orang meninggal dunia di NTT akibat rabies. Kalau tidak diatasi dengan pencegahan, maka akhir tahun bisa saja 24 orang. Orang paling rentan adalah teman-teman yang bertugas terkait dengan binatang,” papar Komite Rabies Flores Lembata, dr. Asep Purnama, Sp.PD-FINASIM.
Beberapa gejala rabies pada hewan peliharaan yakni, lesu, demam, muntah, gelisah atau ketakuan, lebih agresif, air liur berlebih, kejang, susah berjalan, sensitif terhadap cahaya dan suara, dan susah makan dan minum.
Sedangkan pada manusia, ada beberapa tahapan jika terjangkit virus rabies.
1. Stadium permulaan, gejala yang terlihat adalah lemah, lesu, nafsu makan berkurang, sulit tidur, demam, muntah, sakit kepala berat, nyeri tenggorokan dan mual.
2. Stadium Rangsangan (Sensoris) yaitu nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada luka gigitan, cema dan reaksi berlebih terhadap rangsangan sensorik.
3. Stadium gila (eksitasi): pasien akan berteriak-teriak, menjambak-jambak rambut, takut air, cahaya, suara dan air liur serta air mata berlebih.
4. Stadium lumpuh (paralisis): mulut menganga, lumpuh mulai dari kaki, susah bernafas, meninggal 4-6 hari setelah gejala pertama muncul.
Sebenarnya, penyakit rabies dapat dicegah, salah satu cara melindungi diri dari rabies yang dapat dilakukan ialah mencuci luka, lalu dengan vaksinasi 100 persen bisa diselamatkan.
Namun, jika sudah muncul gejala karena terlambat penanganannya, maka risiko 100 persen meninggal.
“Kalau sudah muncul gejala rabies, maka tidak bisa ditolong, jadi angka kematian 100 persen. Tetapi sebelum muncul gejala setelah digigit hewan penular rabies yang kebanyakan anjing, bisa dilakukan upaya pencegahan sebelum digigit maupun pencegahan setelah digigit,” ujar dr. Asep.
“Manfaat vaksin pre-exposure adalah ketika digigit anjing kurang dari tiga bulan setelah mendapatkan vaksin pre-exposure, cukup dilakukan pencucian luka, tidak perlu divaksin. Antibodi masih cukup untuk melindungi korban gigitan dari rabies. Tapi kalau digigitnya lebih dari tiga bulan setelah pemberikan vaksin pre-exposure, maka tinggal dibooster saja disuntik dua kali dan tidak perlu serum anti rabies,” tambahnya.
Di sisi lain, Product Executive Companion Animal Kalbe Animal Health, drh. Geraldus Gunawan, mengungkapkan bahwa untuk menjaga hewan peliharaan tidak berbeda jauh dengan cara menjaga diri sendiri.
Tahap awal, menjaga kebersihan lingkungan, menjaga kebersihan diri kita, dan hewan.
Baca Juga: Ibu-Ibu Wajib Tahu! Jika Anak Tergigit Hewan Liar, Segera Suntik Vaksin Rabies Jika Terjadi Hal Ini
Karena tidak menutup kemungkinan ada penyakit yang bisa kita bawa ke hewan peliharaan kita dan sebaliknya.
“Setelah itu, kita bisa mempertimbangkan faktor-faktor seperti makanan, karena hewan sama seperti manusia, setiap umur ada saja masalahnya. Ada beberapa kandungan mineral atau makanan yang harus dibatasi, di setiap umur hewan memiliki takaran yang berbeda-beda. Kalau makanan sudah pas, baru kita loncat untuk memberikan multivitamin atau multimineral untuk imun booster. Kami menyediakan Kalvidog atau Kalbe Vitamin Dog untuk anjing. Lalu ada Kalbe Vitamin Cat, Kalbe Vitamin Gel,” ungkap drh. Geraldus Gunawan.
Kalbe Vitamin Pet diharapankan bisa memboosting ketika saat pre dan post vaksinasi. Sehingga saat hewan divaksinasi, harapannya bisa terbentuk imunitas yang maksimal. Vaksin rabies pun menjadi gerbang utamanya, sebagai upaya pencegahan.
Sedangkan pencegahan penularan rabies pada manusia, perlu diberikan perlindungan vaksinasi juga.
“Rabies itu semakin dekat dengan saraf pusat kita, maka semakin cepat gejala rabiesnya timbul. Vaksinasi merupakan upaya pencegahan, dan Kalventis berkontribusi dalam pemberian vaksin untuk manusia, yakni orang-orang yang terlibat dengan hewan penular rabies, seperti vaksinator hewan, dokter hewan, juga pemelihara hewan. Vaksin ini tersedia di fasilitas kesehatan, puskesmas, atau rabies center, siapa pun bisa meminta vaksinasi rabies,” kata Franchise Manager Travel-Endemic Vaccines PT Kalventis Sinergi Farma, Dhimas Hariandhana. (*)