NOVA.id – Belakangan kabar mengenai kasus pneumonia misterius yang menyerang anak-anak di China semakin terdengar.
Pasalnya, sejak pertengahan Oktober 2023, China melaporkan adanya peningkatan kasus penyakit mirip influenza yang menyerang anak-anak.
Dilansir dari Kompas.com, laporan tentang peningkatan penyakit pernapasan ini mulanya disampaikan oleh Komisi Kesehatan Nasional China pada tanggal 13 November 2023.
Selanjutnya, pada Minggu 19 November 2023, Program Penyakit Berkembang China (ProMED) juga melaporkan adanya kasus pneumonia misterius pada anak-anak.
Sebenarnya apa itu pneumonia?
Berdasarkan penjelasan dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, pneumonia adalah sebuah infeksi atau peradangan akut pada jaringan paru.
Penyebab pneumonia bia bakteri, jamur, virus lain, dan bermacam mikroba. Bahkan, bisa kombinasi di antaranya.
Tapi kalau kasus di China, dikatakan pneumonia misterius karena belum diketahui secara pasti penyebab dari pneumonia yang penyebarannya masif itu.
Terlepas dari kasus di China, secara umum hal yang jadi ancaman adalah kenyataan bahwa pneumonia dapat menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, dewasa muda, atau orang tua tanpa pandang bulu.
Bahkan, berdasarkan data WHO, pneumonia menyumbang 15 persen dari semua kematian anak di bawah 5 tahun dan menewaskan 808.694 anak pada tahun 2017.
Lantas, apa gejala pneumonia pada anak?
Baca Juga: Kenali Gejala Pneumonia di Era New Normal, Mirip dengan Gejala Flu
Gejala pneumonia pada anak biasanya ditandai dengan gejala batuk berdahak, demam, sesak napas, radang tenggorokan, nyeri pada dada ketika batuk atau bernapas, mual, tubuh yang menjadi mudah lelah, dan infeksi telinga.
Meski terlihat umum, kita tetap tak boleh lengah.
Apalagi ketika gejala ini mengarah pada tanda bahaya, seperti apa?
“Kadang-kadang kalau sudah membahayakan sudah kebiruan. Kebiruan ini bisa kita lihat di warna bibir atau kuku jari. Satu lagi, kalau bernapas normal, cuping hidung itu diam. Tapi, pada anak yang pneumonia atau yang sudah memperlihatkan tanda bahaya, itu terjadi pernapasan cuping hidung.
Kita juga bisa lihat tarikan atau cekungan di dada bagian bawah saat bernapas. Itu menandakan otot bantu napas tidak terpakai,” jelas Dr. dr. Allen Widysanto, SpP, Pulmonologist – Spesialis Paru dari Rumah Sakit Siloam dalam acara “Risiko Pneumonia di Era New Normal: Siapa Saja, Dimana Saja, Bisa Kena” dari Pfizer Indonesia dan Lippo General Insurance didukung Siloam Hospitals (11/11/2022).
Selain ketiga hal tadi, tanda anak mengalami gejala pneumonia yang bahaya itu adalah anak malas untuk minum.
Pasalnya, saat proses minum itu membuat paru-paru anak sesak.
“Ini bendera merah dan harus cepat dapat penanganan medis. Ini hitungannya menit sampai jam karena sangat berhubungan dengat multifikasi kuman di dalam saluran napas. Jika tak tertangani cepat akhirnya bisa masuk ke dalam darah dan menyebabkan tanda-tanda sepsis. Ini berbahaya sekali,” tegas dr. Allen.
Sebagai informasi, berdasarkan data statistik UNICEF Indonesia, penyakit pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian terbesar pada balita dan anak di dunia dibandingkan dengan penyakit lainnya.
Anak-anak memiliki risiko besar terkena pneumonia dikarenakan sistem kekebalan tubuh anak dan balita yang belum sempurna dan sepenuhnya berkembang.
Maka dari itu, pneumonia cenderung lebih cepat menunjukkan gejala pada anak-anak.
Jika sudah mengetahui gejala pneumonia pada anak, setidaknya kita bisa lebih waspada dan bisa cepat membawa anak mendapat penanganan medis. (*)