TabloidNova.com - Umumnya orang akan menikah dengan orang yang dicintai. Tetapi, ada juga sebagian kecil orang yang memilih menikah lebih dulu, baru belajar mencintai pasangan hidupnya tersebut.
Hellen Chen, penulis seri buku The Matchmaker of the Century, berpendapat bahwa kita seharusnya menikah lebih dulu, dan jatuh cinta belakangan. Menurutnya, berpacaran hanya memicu putus hubungan. Ia telah melihat begitu banyak orang yang berpacaran selama dua, tiga, bahkan lima tahun, lalu putus begitu saja karena kehilangan gairah. Atau kehilangan makna dalam hubungan itu.
Tentu, Hellen tidak menyarankan Anda untuk langsung merancang pernikahan begitu berkenalan dengan seorang pria. Pesannya adalah, berhentilah membuang waktu menjalani hubungan yang tidak Anda yakini arahnya. Jika Anda menginginkan hubungan yang bahagia, dan menemukan suatu kecocokan, segeralah menikah.
Hellen mengungkapkan tiga alasan mengapa sebaiknya "menikah dulu dan jatuh cinta kemudian":
1. Menikah butuh komitmen untuk berkompromi Memang, siapa saja yang menginginkan sesuatu yang spesifik memang harus berkompromi untuk mendapatkannya, entah itu sesuatu yang bersifat materi seperti rumah, atau sesuatu yang lebih spiritual seperti pasangan. Jika Anda ingin segera menikah, lebih dari keinginan untuk meningkatkan karier misalnya, Anda bisa melakukannya. Asalkan, Anda bersedia mengurangi standar yang Anda tetapkan untuk mencari pria yang sempurna.
Dengan kata lain, Anda harus bersedia menikah dulu, dan jatuh cinta kemudian. Dalam bukunya, Marriage: A History, Stephanie Coontz mengatakan bahwa cinta bukan alasan yang kuat untuk menikah. Pernikahan lebih merupakan momen untuk menciptakan keluarga dan kehidupan yang stabil. Itu sebabnya saat ini begitu banyak pasangan yang menikah karena cinta, tapi akhirnya banyak pula yang pernikahannya mengalami kegagalan karena cinta itu sudah pudar. Mulai masuk akal?
2. Perjodohan ternyata bisa berhasilMenurut Statistic Brain Research Institute, 54 persen pernikahan di dunia pada tahun 2015 adalah hasil perjodohan. Sebanyak 90 persen dari perjodohan tersebut terjadi di India. Angka perceraian di negara ini sebesar 50 persen, namun perceraian yang ditimbulkan oleh pernikahan hasil perjodohan ternyata hanya 4 persen.
Perjodohan bisa dilakukan oleh siapa saja. Seorang teman bisa saja menjodohkan Anda dengan teman lain yang dirasa akan cocok untuk Anda. Tetapi, Anda tidak langsung jatuh cinta padanya ketika dikenalkan, bukan? Coba lakukan hal itu pada Anda sendiri. Jika yang Anda inginkan adalah hubungan jangka panjang yang berkomitmen, mengapa harus jatuh cinta dulu agar bisa berhubungan dengan seorang pria? Mengapa tak membuka diri untuk mengenal pria tersebut lebih dulu?
Perjodohan membuat pernikahan lebih langgeng bukan karena pasangan jadi lebih bahagia, atau tidak mengalami pengalaman menyedihkan seperti yang dialami pasangan lain. Melainkan karena orang yang menikah karena dijodohkan tidak melakukannya dengan harapan yang sama dengan orang lain. Orang yang dijodohkan membiarkan ikatan terbentuk seiring berjalannya waktu. Kemudian, cinta tumbuh dari situ. Memang tidak semua berakhir seperti itu, tetapi contoh perjodohan yang berhasil lebih banyak daripada yang Anda ketahui.
3. Agar hubungan Anda berhasil, Anda harus bekerja kerasKita selalu diiming-imingi oleh harapan akan adanya cinta yang abadi. Kita ingin percaya bahwa cinta adalah hak Anda, dan bahwa kisah cinta dalam dongeng seharusnya bisa terjadi. Kemudian, kita menyalahkan diri jika hal itu tidak terjadi.
Padahal, Anda tidak akan mendapatkan posisi manajer atau direktur jika Anda tidak pernah memiliki pekerjaan, bukan? Anda tentu tidak bisa begitu saja memasuki sebuah perusahaan tanpa pengalaman kerja, lalu berkata bahwa Anda ingin melamar pekerjaan sebagai direktur. Ketika lamaran Anda ditolak, Anda lalu mengeluh tidak ada pekerjaan untuk Anda. Anda pasti tidak akan melakukan hal tersebut. Sayangnya, itulah yang dilakukan kebanyakan orang ketika memasuki hubungan berpasangan.
Jika Anda ingin menikah dan menjalani kehidupan pernikahan, Anda harus mulai menjalani hubungan dengan pria yang sudah tersedia lebih dulu. Anda tidak bisa menikah dengan pria yang belum ingin menikah, pria yang masih ingin bergaul ke sana-ke mari, atau justru pria yang sudah menikah. Pilihlah pria yang memiliki niat yang sama dengan Anda. Setelah itu berkomitmen lah untuk saling membahagiakan.
Jatuh cinta dan "pacaran" ketika hubungan sudah resmi ternyata sangat menyenangkan, lho. Bayangkan jika hal-hal baik yang terjadi saat menikah itu bukanlah sesuatu yang hanya manis di awal, melainkan hal-hal manis yang menjadi menu utamanya. Anda akan merasakan betapa berbedanya kehidupan romantis yang akan terjadi, tanpa perlu mengkhawatirkan "ke mana hubungan Anda akan berlanjut". Ya, karena Anda sudah berada dalam pernikahan itu.
Dini Felicitas/Your Tango