Perselingkuhan, Bentuk Kebohongan Pasangan Paling Menyakitkan

By nova.id, Rabu, 27 Mei 2015 | 09:33 WIB
Perselingkuhan Bentuk Kebohongan Pasangan Paling Menyakitkan (nova.id)

TabloidNova.com - Berbohong biasanya dilakukan untuk menghindari tekanan dan konflik, serta memperkecil kemungkinan munculnya sakit hati. Salah satu bentuk kebohongan pasangan adalah perselingkuhan. Hal ini terjadi akibat ketidakpuasan individu dalam menjalani hidup bersama dengan pasangannya.

"Tiap individu memiliki kebutuhan tersendiri yang unik dan berbeda satu sama lain. Hidup bersama dilandasi harapan bahwa pasangan dapat saling melengkapi dan mengisi kebutuhan," ungkap  Roswiyani, MPsi, psikolog dari Pusat Bimbingan dan Konsultasi Psikologis, Universitas Tarumanagara.

Nah, saat kebutuhan tersebut dirasakan tidak terpenuhi, seseorang cenderung mencari alternatif untuk memenuhi kebutuhannya. Landasan moral sering menjadi pengendali langkah seseorang dalam memenuhi kebutuhannya. Jadi, jika penghayatan moralnya memudar, maka ia akan mudah lepas kendali.

Lunturnya landasan moral ini disebabkan banyak faktor. Sebut saja goncangan psikologis atau spiritual akibat tekanan kehidupan yang sulit tertanggulangi atau pengalaman hidup yang menimbulkan kemelut internal.

Saat nasi sudah menjadi bubur dan perselingkuhan kadung terjadi, lalu pasangan mengetahui kebohongan Anda maupun sebaliknya, rasanya sangat sulit memaafkan dan melupakan kebohongan tersebut.

"Wajar saja bila seorang pasangan tidak memaafkan ketika mengetahui pasangannya berselingkuh. Sebaliknya, relatif tidak wajar jika seseorang dengan mudah memaafkan pasangannya yang berselingkuh."

Memberi maaf juga memiliki kandungan risiko untuk kembali tersakiti. "Mereka yang mudah memberi maaf adalah mereka yang memiliki ego amat kokoh dan berani menanggung risiko. Tapi, orang yang mampu melakukan hal tersebut relatif sangat sedikit."

Maka, sebelum pernikahan Anda berada di ujung tanduk karena kebohongan, jagalah komunikasi yang jujur antara kedua belah pihak.

"Keterbukaan satu sama lain dan kesediaan untuk menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing pihak. Pahami bersama bahwa ada kalanya kebenaran itu justru menyakitkan."

Soca Husein