Tabloidnova.com - Ada beberapa kondisi yang memang mengharuskan orangtua memarahi anak. Malah, menurut Ari Pratiwi, S.Psi., M.Psi., marah adalah bentuk emosi yang terkadang memang diperlukan oleh anak.
"Anak tidak selamanya tinggal bersama orangtua. Ia akan bergaul dengan masyarakat yang mungkin tidak penuh pengertian seperti orangtua. Oleh karena itu, anak perlu mengenal juga berbagai emosi agar tidak kaget ketika bergaul di masyarakat. Anak pun menjadi lebih kuat dan tidak mudah sensitif."
Akan tetapi, harus hati-hati bila kondisi yang menyebabkan kemarahan tersebut terjadi berulang kali. Sebaiknya, orangtua jangan sampai kebablasan saat marahi anak apalagi bila hingga menyakiti anak.
"Nah, biasanya hal yang menjadi masalah adalah orangtua kadang ke luar konteks. Anak malah sebagai pribadi yang dimarahi, bukan perilakunya. Misalnya, 'Kamu ini memang anak nakal!' atau, 'Kamu ini memang enggak pernah nurut sama Mama. Bisanya nyusahin!'" papar Ari. Padahal, fokus kemarahan haruslah lebih kepada perilaku anak. Contohnya, "Mama marah karena tidak suka kamu membuat berantakan mainan yang sudah dirapikan, kan, kita akan ada tamu sebentar lagi."
Misalnya, ibu memarahi anak karena menghilangkan topi, padahal topi tersebut harus digunakan pada upacara di hari Senin. "Kalau ibu sudah mengatakan anak harus mencarinya sendiri dan tidak akan mengganti membelikan topi tersebut, maka sebaiknya konsisten," ujarnya menjelaskan cara bijak marahi anak.
Bagaimana bila anak malah menangis atau makin tidak menurut ketika orangtua memarahinya? Ari menyarankan agar orangtua membiarkan anak melepaskan emosinya lebih dulu seperti dengan menangis.
"Nah, setelah anak lebih tenang, peluk dengan hangat dan ajak berkomunikasi mengenai alasan kenapa orangtua memarahinya."
Perlu diketahui, saat bicara soal memarahi anak, sebenarnya adakah batasan wajar dan tidak wajar. "Tidak wajar adalah ketika orangtua memarahi di luar konteks. Contohnya, dalam memarahi anak, akhirnya melebar ke mana-mana atau mengungkit kesalahan yang lainnya."
Selain itu, ciri kebablasan saat marahi anak bahkan hingga melepaskan emosi dalam bentuk yang tidak wajar, contoh lainnya adalah ketika orangtua memarahi tidak habis-habis atau tidak selesai-selesai dengan kata-kata kasar atau kata-kata serta tindakan yang dapat menyakiti anak.
"Bentuk lain dari memarahi yang tidak wajar adalah ketika orangtua memarahi anak di depan orang lain sehingga membuat anak merasa dipermalukan. Nah, di luar tiga contoh tersebut, saya rasa masih wajar," ujar psikolog kelahiran Malang ini.
Soca Husein