Tabloidnova.com - Menghadapi perilaku anak balita atau usia prasekolah memang susah-susah gampang. Sebenarnya, perilaku anak balita yang membuat pusing terjadi seiring dengan tahap kemampuannya yang terus berkembang. Untuk itu, menurut May Yustika Sari, M.Psi,orangtua perlu mengetahui tahap perkembangan anak di usia ini dan mencari solusinya. Salah satu perilaku anak balita yang perlu ditangani dengan tepat adalah sikap penakut.
Baca: Yang Harus Diperhatikan dari Perkembangan Anak Usia Balita
Bagaimana anak bisa menjadi penakut dan bagaimana cara menghadapi anak penakut?
"Tanpa disadari sebenarnya sikap menakut-nakuti telah mengurangi potensi anak untuk belajar karena lingkungan menanamkan rasa takut melakukan eksplorasi ataupun menghadapi situasi. Anak yang penakut di kemudian hari cenderung kurang memiliki motivasi berprestasi, kurang berani mengambil keputusan, kurang memiliki inisiatif," ujar May mengungkap penyebab anak penakut.
Anak usia 3-4 tahun menunjukkan perilaku penakut karena dibentuk oleh lingkungan dengan menanamkan rasa takut serta membiasakan anak untuk merasa nyaman dengan rasa takut tersebut, misalnya saat ada halilintar atau binatang melata. Alhasil, anak akan mengembangkan rasa takut karena doktrin dari lingkungan.
Saat anak menunjukkan rasa takut dengan perilaku menangis atau menghindari situasi tertentu, lingkungan justru berharap anak bersikap berani. Maka lingkungan pun memberi label penakut pada anak. Tanpa disadari, justru itulah yang menjadi penyebab anak penakut.
Baca: Solusi Menghadapi Tantrum pada Anak Balita
Lantas, bagaimana menghadapi anak penakut?
Amati perilaku anak saat takut, misal meremas tangan, memejamkan mata, menarik diri, atau menangis. Amati objek atau situasi yang menyebabkan anak merasa takut. Lalu gali informasi dari anak apa yang ditakutinya dari objek atau situasi tersebut (apakah karena bentuk benda, suara dan lainnya) serta hal buruk apa yang anak pikirkan tentang situasi atau objek tersebut.
Kemudian, bantu anak mengatasi rasa takut dengan cara ini:
- Beri penjelasan untuk mengoreksi pemikiran salah sang anak mengenai situasi ataupun objek tersebut.
- Latih anak untuk mengendalikan rasa takut seperti dengan mengatur napas agar menjadi tenang, melakukan self talk bahwa anak dapat menghadapi situasi tersebut.
- Dampingi anak untuk melakukan poin di atas saat menghadapi situasi atau objek tersebut. Orangtua dapat mengurangi pendampingan saat anak sudah dapat melakukan poin di atas.
- Orangtua juga sebaiknya memberi contoh bagaimana cara anak seharusnya menghadapi situasi atau objek tersebut. Orangtua sebaiknya berhenti menjuluki penakut.
- Beri apresiasi atas usaha yang anak lakukan bahkan untuk kemajuan yang kecil sekalipun dan motivasi ia untuk terus mau berusaha.
Terlebih lagi saat anak merasa takut, lingkungan tidak mengajarkan anak bagaimana mengatasi rasa takutnya, namun cenderung merespons dengan perilaku yang kurang mendidik seperti hanya memberikan rasa nyaman (memeluk) tanpa ada upaya bantu anak mengatasi rasa takut. Atau, justru mencemoh maupun menertawakan anak.
Hilman Hilmansyah