4 Keluhan Utama Berbelanja Online

By nova.id, Jumat, 23 Januari 2015 | 11:30 WIB
4 Keluhan Utama Berbelanja Online (nova.id)

TabloidNova.com - Budaya berbelanja online tengah menjadi tren di masyarakat Indonesia dua tahun belakangan ini. Entah membeli barang dari situs belanja resmi maupun melalui akun online shop perorangan di media sosial Instagram, Facebook, atau lainnya.

Fenomena ini yang dicermati oleh Badan Marketing Institute (BMI) Research dalam Online Shopping Outlook 2015. Menurut penelitian yang dipaparkan oleh BMI tersebut, peluang pertumbuhan pasar belanja online masih sangat besar seiring meningkatnya jumlah pengguna internet di Indonesia. Sehingga tidak mengherankan, nilai belanja online di sepanjang tahun 2014 mencapai angka Rp21 triliun dengan nilai belanja rata-rata per orang per tahun Rp825.000.

Menariknya, BMI Research juga menangkap sinyal jika masih banyak masyarakat yang meragukan sistem berbelanja online, yang terangkum dalam empat keluhan utama berbelanja online. Di antaranya adalah adanya perbedaan spesfikasi produk yang ada di display dengan produk asli yang diterima. Alasan ini menempati posisi terbanyak pertama di kalangan pembeli, yakni sebesar 22 persen.

Kemudian, masalah lamanya penerimaan barang menjadi alasan kedua yang banyak dikeluhkan, yaitu sebesar 9 persen. Selanjutnya adalah masalah koneksi internet dan isu penipuan yang masing-masing sebesar 5 persen.

Menanggapi simpulan dari hasil riset yang dikeluarkan oleh BMI Research tersebut, Zalora, salah satu situs belanja online terbesar di Indonesia menjawabnya secara detail pada TabloidNova.com. "Tahun 2015 adalah tahun ketiga Zalora Indonesia memasuki industri online retail. Sejak pertama kami terus mengembangkan dan memperbaiki sistem serta layanan pada konsumen. Kami pun selalu siap memberikan pengalaman belanja online terbaik," ujar Afdita Sari selaku Public Relations Manager Zalora Indonesia.

Berkaitan alasan soal spesifikasi produk, Afdita menjelaskan bahwa secara menyeluruh belanja online sepatutnya dimulai dari banner main katalog, desain, dan produksi foto yang baik dan bukan sekadar bagus tapi juga harus ditata sedemikian rupa. Harapannya, dari situ konsumen akan bergerak untuk mulai memilih kategori produk yang disukai tanpa merasa dibohongi kondisi orisinalitasnya.

Pada bran yang dikelolanya, ia mengakui bahwa tim produksi bertugas untuk akurasi produk secara detail. "Harus dijaga sejak proses produksi serta pemotretan katalog, termasuk tim tata rias, model, editing foto, sampai foto naik ke katalog website. Layanan juga termasuk penawaran harga sampai penjelasan detail bahan dan kualitas fashion items termasuk ukuran dan warna," ungkap Afdita.

Afdita pun menambahkan, sudah seharusnya standar pengalaman berbelanja online juga memfokuskan pada proses pembayaran menggunakan sistem keamanan, baik transfer bank, kartu kredit, maupun fasilitas Cash on Delivery agar konsumen tidak perlu khawatir melakukan proses transaksi.

Kekhawatiran soal isu penipuan belanja online diakui Dita akan terus ada selama pelaku online retail belum bisa memberikan rasa kenyamanan berbelanja online. Karena jika pengalamannya sudah baik, ia yakin orang juga akan segan melakukan kecurangan di sana-sini. Faktor terpenting, tambahnya, adalah tetap menjadikan keamanan dan kenyamanan pelayanan konsumen di atas segalanya.

Ridho Nugroho