Untuk manajemen usaha, ia mempekerjakan minimal 15 orang dengan keahlian masing-masing. Ada satu karyawan khusus penerima tamu yang akan mencatat menu yang diinginkan tamu. "Kunci mendatangkan pembeli dimulai dengan mengundang tamu-tamu dari perkantoran dan koleganya. Satu undangan berlaku lima orang. Setelah pembukaan, saya memberi diskon 50 persen. Dari sanalah promosi berjalan lewat mulut ke mulut. Ditambah saya membuat website," terang Supri yang bermodal Rp60 juta.
Kini per hari Supri bisa menjual 40 hingga 50 ingkung gurih. "Saya juga menjual ingkung goreng dan bakar. Saya melengkapinya dengan 10 menu andalan lainnya. Yakni aneka olahan ikan."
Untuk bisa mencicipi ingkung di waktu weekend, calon pembeli biasanya telepon atau kirim SMS lebih dulu. "Maksudnya biar tidak nunggu kelamaan. Selain itu juga jangan sampai sudah jauh datang dari kota, tiba di tempat sudah kehabisan," tutur Supriyadi seraya menjelaskan harga ingkung bisa berubah setiap saat. "Tergantung besarnya ayam yang tersedia. Kalau kecil Rp90.000. Tapi, kalau dapat ayam besar, harganya bisa Rp125.000."
Target Lima Cabang Untuk mencapai Desa Guwosari, dari Yogya pembeli menuju arah Kabupaten Bantul. Sampai Masjid Agung belok ke kanan lurus dan memasuki jalan desa. Rumah Makan Mbah Cempluk pun mudah ditemukan. Hanya saja sekarang, tamu dari Yogya tak perlu jauh datang ke desa. Pada pertengahan 2014, Supriyadi telah membuka dua cabang rumah makannya. Satu di kawasan Jl.Kabupaten, Kabupaten Sleman (tak jauh dari Kantor Pemkab Sleman) dan satu lagi di Jalan Kaliurang Km 16, Sleman. "Biar pembelinya tidak kejauhan," tegas ayah tiga anak ini.
RM Ingkung Ayam Mbah Cempluk di Jalan Kaliurang dibuka beberapa hari menjelang Lebaran lalu. Bertepatan dengan puncak arus mudik, rumah makan yang belum 100 persen selesai pembangunannya itu, sudah kebanjiran pembeli. Hari itu Ny Novi dan Wahyu, sang suami, sengaja memburu ingkung gurih untuk oleh-oleh mudik ke Klaten. "Soalnya pas dengan selera kami. Kuliner tradisional seperti ini juga belum banyak," tutur Novi yang sudah biasa memburu ingkung di Mbah Cepluk Bantul.
Target Supri setahun ke depan adalah memiliki lima cabang Mbah Cempluk. "Biar bisa membantu pemerintah membuka lapangan pekerjaan. Dari sisi agama, artinya membagi rezeki," terangnya.
Kesuksesan Supri berjualan ingkung, mau tak mau diikuti beberapa pebisnis lain yang menjual dagangan serupa di kawasan Bantul. Supri mengaku tidak mempermasalahkan.
Lalu, bagaimana bisnis wader yang selama ini jadi andalan" "Bisnis itu dikelola istri saya, Ratmiati, dibantu tiga karyawan. Tiap hari saya mengolah 100 kilogram wader. " Perintis bisnis wader adalah ibu mertua saya. Saya hanya membantu memasarkan dan mengembangkan. Makanya di Mbah Cempluk juga ada menu wader sambal hijau," tutup Supri yang tak henti menerima telepon orderan ingkung sepanjang perbincangan.
Rini Sulistyati