TabloidNova.com - Bisnis baju batik untuk anak kian marak. Selain pasarnya masih terbuka lebar, motif dan modelnya pun lebih menarik daripada baju batik dewasa. Simak penuturan Desy Melania (36) dalam membesarkan bisnis baju batik anak, Batik Littlebig.
Tonjolkan Desain Simpel
Sebetulnya, pada 2008 silam sudah mulai berbisnis, yaitu kaus anak-anak bertuliskan kata-kata, yang sedang tren saat itu. Namun, seiring makin banyaknya kaus sejenis ini memenuhi pasar busana anak-anak, Desy mencari pandangan lain untuk bisnisnya. Ditambah lagi,
"Banyak kata-kata yang saya ciptakan ditiru orang dan kausnya dijual dengan harga jauh lebih murah. Bukannya mau ge-er, tapi rasanya saya yang menciptakan kata-kata itu, karena kertas berisi coret-coretannya pun saya masih punya," kenangnya.
Pilihan Desy untuk mempertahankan bisnis baju anak-anak jatuh pada baju batik. Saat ikut pameran Inacraft 2011, Desy yang waktu itu masih menjual kaus, mulai menjual baju batik anak. Namun, masih terbatas pada baju bayi, antara lain jumper dan dress.
"Bajunya saya bikin sesimpel mungkin, tidak banyak kombinasi atau rumit. Jadi, gampang dipakai dan enggak ribet. Saya lebih suka model yang clean dan menekankan kombinasi warna. Jumlah baju batiknya masih sedikit, lebih dominan kaus karena masih banyak yang suka," ujar Desy.
Di luar dugaan, beberapa puluh potong baju batik bayi yang ia bawa di pameran itu ludes. Makin hari, ia berpikir baju batik lucu untuk anak-anak. Akhirnya ia menambah jumlah produksi baju batik. Tak hanya untuk bayi, melainkan juga merambah ke anak-anak. Tak heran, saat ikut pameran berikutnya, porsi stok baju batik anak ia tambah menjadi 30 persen. "Ternyata responsnya makin bagus, banyak juga yang minta ukuran bajunya diperbesar menjadi anak-anak."
Dari situlah, perempuan yang pernah bekerja di bidang periklanan ini lalu menambah usia anak yang disasarnya hingga usia lima tahun. Apalagi, pembeli dari luar negeri juga merespons baju batik Littlebig, antara lain Malaysia yang berjalan baik dan Singapura yang kini tengah dijajaki. Makin lama, jumlah batiknya makin mendominasi produk yang dijualnya.
"Sekarang, produksi kaus paling-paling kalau ada pesanan, misalnya kaus kelas. Sempat juga sih berpikir, kok, sepertinya enggak konsisten dalam berbisnis. Tapi saya pikir, namanya berbisnis harus berevolusi, apalagi kalau memang respons pasar berkurang. Beruntung, saya tidak terlambat melakukannya. Jadi baju batik sudah berjalan baik sebelum permintaan kaus menurun," ujar perempuan berkacamata ini sambil tersenyum.
Desy optimis baju batik anak yang ditekuninya ini akan jadi bisnis yang punya masa depan panjang. "Apalagi, harga baju saya semuanya di bawah Rp200.000, antara lain dress. Malah, ada beberapa yang harganya di bawah Rp100.000. Kisaran harganya Rp75.000-185.000. Sengaja saya bikin harganya terjangkau karena ibu-ibu biasanya enggan membeli kalau harganya mahal, apalagi anak-anak memakainya cuma sebentar. Model juga saya jaga jangan sampai enggak simpel. Bahan jangan sampai enggak enak dan jahitan harus rapi."
Ia juga sengaja menggunakan kain batik cap yang kualitasnya memang lebih bagus tapi harganya tetap terjangkau. Agar lebih maksimal, Desy sengaja tak membuka toko fisik Littlebig. Ia lebih memilih memasarkan lewat media sosial seperti Facebook dan Instagram, pameran, reseller, dan beberapa mal besar.
Pameran khusus produk anak-anak dan kerajinan sering diikutinya. Sebulan sekali, biasanya Desy mengeluarkan desain baru. "Dalam sebulan, yang terjual 500-600 potong. Lebaran kemarin meningkat," ucap Desy yang memiliki 5 orang karyawan. Ia bersyukur, pembeli reguler di Littlebig cukup besar. Dalam satu bulan, imbuhnya, separuh pembeli adalah pembeli lama.
Kini, Desy ingin memperbanyak model baju batik. "Saya juga ingin lebih memaksimalkan penjualan lewat online, karena pangsa pasarnya di situ besar," pungkasnya.
Hasuna Daylailatu, Foto: Hasuna / NOVA
Ternyata Ini Usia Ideal si Kecil Pisah Kamar dan Cara Agar Anak Mau Tidur Sendiri
KOMENTAR