Tak Sekadar Jual Baju Muslim

By nova.id, Kamis, 11 Juli 2013 | 07:24 WIB
Tak Sekadar Jual Baju Muslim (nova.id)

Tak Sekadar Jual Baju Muslim (nova.id)
Tak Sekadar Jual Baju Muslim (nova.id)
Tak Sekadar Jual Baju Muslim (nova.id)

"Hijab Model Look dan Hijup Festival menjadi salah satu upaya Ajeng untuk memberdayakan para hijabers Indonesia. (Foto: Dok Pri) "

Bagaimana awal mendirikan HijUp.com?

Semula saya kerja kantoran. Lulus dari FISIP Universitas Indonesia, saya kerja di bagian marketing research sebuah perusahaan. Saya yang sudah berhijab sejak usia 15 tahun menyadari, meski mengenakan jilbab, muslimah juga harus grooming alias merawat diri sehingga tetap cantik dan menarik.

Dulu, mengenakan jilbab identik dengan tua atau enggak fashionable. Sementara di dunia kerja, kita dituntut fashionable. Oleh karena satu dan lain hal, saya mengundurkan diri dari pekerjaan dan mulai berkontemplasi. Saya ingin melakukan sesuatu yang berarti dan berpengaruh ke banyak orang dengan hidup saya. Saat itu belum terpikir mau melakukan apa.

Nah, kebetulan suami punya perusahaan IT (information and technology) dan bergerak di bidang website developer. Kami lalu mengembangkan konsep muslimah fashion dan mengimplementasikannya ke bentuk e-commerce karena sumber dayanya sudah ada. Melihat populasi muslim di Indonesia yang sangat besar, saya yakin pasar dan produsennya pasti ada.

Prosesnya seperti apa?

Yang utama pemilihan nama. Sempat bingung juga mau pakai nama apa. Lantaran spiritnya untuk grooming, tadinya mau pakai nama Dress Up with Hijab. Tapi, kok, panjang banget. Lalu disingkat jadi HijabUp, masih kurang sreg juga. Akhirnya dipersingkat lagi jadi HijUp. Dan HijUp.com diluncurkan di awal bulan puasa tahun 2011.

Saya tak memungkiri, saat itu momentumnya sangat pas. Menjelang Lebaran orang butuh baju muslim, meskipun sehari-hari tak mengenakan jilbab. Oleh karena basis kami di online, penyebaran secara mulut ke mulut jadi sangat cepat. Kami masuk ke berbagai forum dan media sosial seperti Twitter dan Facebook. Apalagi, saya juga membuat video tutorial hijab di kanal YouTube. Responsnya bagus banget.

Respons positif juga datang dari luar negeri, ya?

Betul. Saat itu video kami ditonton seorang mahasiswi Prancis jurusan e-commerce. Kebetulan gadis itu berasal dari Maroko dan beragama Islam. Tertarik dengan HijUp.com, dia lalu magang di sini. Bersama-sama, kami melakukan riset potensi pasar dunia terhadap hijab. Ternyata hasilnya sangat luar baisa.

Para wanita di Uni Emirat Arab, misalnya, sangat takjub dengan dinamika muslimah fashion di Indonesia. Salah satu kelebihan produsen busana muslim di Indonesia, kebanyakan mereka juga pakai hijab. Jadi, mereka mampu membuat produk yang nyaman dan sesuai dengan para pemakai hijab.

Tentu mengalami jatuh bangun juga, ya?

Dalam usaha, pasti iya. Dan namanya manusia, pasti ada saja yang memandang negatif. Misalnya, di awal berdirinya HijUp.com kami masih belajar membuat foto yang bagus. Belum apa-apa, kritik pedas masuk. "Ih, fotonya jelek banget." Cukup bikin sedih, lho.

Oh ya, di hari peluncuran itu, HijUp.com hanya punya tiga karyawan. Saya dan dua administrator yang masing-masing bertugas mengurus stok di gudang dan sistem komputer. Eh, di hari pertama kerja, administrator komputer memutuskan resign! Dia mengirimi saya SMS berbunyi, "Aduh, aku enggak berani, Jeng. Takut salah." Terang saja saya panik. Walaupun sempat menangis, tapi saya langsung mengatasi pekerjaannya.

Bagaimana meyakinkan para produsen untuk bergabung ke HijUp.com?

Sebelum mendatangi para tenant, saya terlebih dulu melakukan riset, kebutuhan mereka apa. Dengan keadaan mereka yang kebanyakan UKM atau startup, mereka tak punya dana dan tenaga untuk melakukan upaya marketing dan branding. Nah, HijUp.com mengerjakan porsi itu untuk mereka. Para desainer bisa fokus ke pengembangan dan inovasi produk.

Namun kendalanya, saat itu belanja online belum terlalu umum di Indonesia. Sehingga meyakinkan para tenant juga merupakan tantangan tersendiri. Banyak yang ragu, bahkan ada pula yang mencibir. Katanya, nama perusahaan saya aneh. Ha ha ha. Tapi seiring berjalannya waktu, kami menyempurnakan sistem dengan berbagai perbaikan. Saat ini sudah ada sekitar 80 brand yang berkerja sama dengan HijUp.com.

Bagaimana HijUp.com membawa pengalaman belanja di toko nyata ke toko virtual?

Ketika orang berbelanja di toko, dia bisa merasakan bajunya, merasakan dinginnya AC, sampai mengagumi interior desain tokonya. Nah, untuk memindahkan pengalaman itu ke toko online, kami buat desain website yang bagus dengan support system yang bagus pula, sehingga loading-nya tidak lama.

Kami juga bikin foto produk sedetail mungkin. Dari tampak depan, samping, belakang, hingga ke pola dan jahitannya. Ada pula data panjang, lebar, dan jenis kain produknya. Agar pembeli bisa membayangkan produk tanpa harus memegang langsung.

Berapa karyawannya saat ini?

Ada 17 orang. Dalam memilih tim, saya mencari yang memiliki passion serupa. Apalagi, value HijUp.com ada tiga, yaitu trusted (terpercaya), helpful (membantu), dan empower (menguatkan). Jadi, kami harus bisa dipercaya dan membantu teman-teman muslimah yang berhijab. Yang terpenting, menguatkan mereka untuk selalu ingat, fashion tidak hanya di luar tapi juga soal apa yang ada di dalam hati.

Bagaimana merefleksikan empowerment itu?

Kami punya beberapa kampanye, salah satunya Get Up with Your Hijab. Artinya, pakai jilbab harus tetap semangat. Hijab seharusnya membuat pemakainya nyaman sehingga bisa memaksimalkan potensi diri dan jadi berprestasi. Toh, dalam Al Quran juga tak ada larangan yang menyebut kita tak boleh fashionable. Yang penting, tidak berlebihan. Selain kampanye itu, kami juga membuat aktivasi dengan tanda pagar MyHijUp (#MyHijUp) di media sosial Twitter, Instagram, dan Tumblr.

Di situ, siapa saja bisa posting foto diri saat mengenakan hijab dengan gaya apa pun. Semangatnya adalah bebas mengekplorasi diri dengan hijabnya. Jadi, muslimah juga berhak menjadi dirinya sendiri dan hijab tak membatasi hak itu. Secara berkala, foto terunik dan enak dilihat kami pilih menjadi pemenang. Yang jelas, di HijUp.com ini saya enggak sekadar jualan baju.

Menulis buku juga?

Benar. Buku HijUPreneur - Bekerja dan Berkarya Tanpa Batas terbit Maret 2013. Isinya tentang pengalaman saya memakai hijab sejak kelas 3 SMP hingga sekarang jadi pengusaha. Lewat buku ini saya ingin menginspirasi para muslimah, dengan mengenakan hijab kita bisa menjadi apa pun yang kita mau.

Pernah dipandang sebelah mata gara-gara mengenakan hijab?

Tentu saja. Saat pertama kali saya memutuskan mengenakan hijab, misalnya. Teman-teman sekelas malah berkomentar, "Ih, Ajeng, kok, pakai jilbab, sih?". Banyak pula yang menyimpulkan saya menutup diri akibat banyak masalah di rumah. Padahal, kan, tidak seperti itu. Lalu di tempat kerja dulu, atasan saya sempat bertanya. "Kamu, kan, harus presentasi di depan klien. Nanti gaya jilbab kamu modern atau puritan?" Saya berpikir, kenapa harus dikotak-kotakkan seperti itu? Toh, kita bisa tampak modern namun tetap syar'i, kan.

Apa lagi yang ingin dilakukan?

 Banyak sekali ide yang ingin saya wujudkan lewat HijUp.com. Kebetulan beberapa bulan lalu saya membuat pemilihan model hijab bernama Hijab Model Look. Saya bekerjasama dengan manajemen model muslim Zaura, Vicky Astro Photography, dan Dapur Film (milik Hanung Bramantyo dan Zaskia Mecca, Red.). Lewat kegiatan ini, kami ingin memberi wadah kepada model berhijab untuk semakin mengembangkan diri.

Alhamdulillah, responsnya sangat positif dan sekarang sudah ada pemenangnya. Oh ya, sebentar lagi HijUp.com juga akan ulangtahun yang kedua. Rencana jangka panjangnya, saya ingin HijUp.com menjadi e-commerce yang bisa mengembangkan industri fashion muslim di Indonesia.

Bagaimana dukungan suami dan orangtua?

Kebetulan orangtua juga entrepreneur, jadi saya bisa banyak belajar dari mereka. Suami, Ahmad Zaky, juga selalu support. Saya dan suami bertemu di sebuah organisasi bernama Forum Indonesia Muda. Saat itu, kami mengikuti pelatihan yang menggodok ide-ide untuk membuat Indonesia lebih baik. Dengan persamaan visi itulah kami kemudian menikah pada 17 Oktober 2010. Saat ini saya sedang mengandung anak pertama kami.

 Astudestra Ajengrastri