10 Hal Pantang Diucapkan Saat Bertengkar

By nova.id, Kamis, 25 Juli 2013 | 07:17 WIB
10 Hal Pantang Diucapkan Saat Bertengkar (nova.id)

10 Hal Pantang Diucapkan Saat Bertengkar (nova.id)

"Ilustrasi "

 "Aku ingin bercerai"

Ketika situasi memanas, sangat mudah  mengatakan hal-hal  tidak berarti yang menyakiti hubungan bersama pasangan. Sayangnya, pernyataan-pernyataan yang meluncur saat bertengkar tidak dapat ditarik kembali kendati Anda telah meminta maaf atau bersumpah tidak bermaksud melakukannya.

"Pernyataan seperti 'aku sudah muak denganmu' atau 'aku akan pergi'  akan berkembang  lebih buruk," ungkap Judi Cineas, terapis pernikahan dan  keluarga  berbasis di Palm Beach, Florida.

Pikirkan ini, jika Anda tak siap menandatangani surat-surat perceraian, jangan ucapkan kata-kata seolah Anda sudah ingin berhenti dari pernikahan. Jika hal ini terjadi, segeralah minta maaf dan jelaskan jika hal tersebut tidak akan terjadi lagi. Mungkin pasangan tidak akan segera mempercayainya namun sudah saatnya Anda berdua mencari kecocokan. Atau Anda mungkin perlu bertemu konsultan pernikahan untuk mencegahnya terjadi lagi.

Jika Anda  mengatakannya karena itu ada dalam  pikiran, ini menunjukkan masalah yang jauh lebih dalam ketimbang argumentasi yang kerap terjadi.

"Aku tidak marah"

Jadi kenapa Anda membelalakkan mata, membanting pintu, dan mendengus ketika  si Dia berkata-kata. Benarkah Anda tak marah?"Mencoba mengabaikan emosi kita merupakan reaksi yang sangat umum ketika berkonflik," ungkap Lisa Bahar, terapis perkawinan dan keluarga di Newport Beach, California.

Jika Anda merasa kelu di lidah saat marah, tak masalah untuk mengambil waktu istirahat dan meninggalkan arena. Biacarakan ketika emosi Anda telah reda dan biarkan dia tahu jika Anda merasa kecewa.

"Memang, terkadang sulit untuk tahu mengapa kita begitu kesal. Dan merasa konyol karena gagal menjelaskan apa yang dirasakan. Namun ini dapat diperbaiki dengan adaptasi," ungkap Lisa.

 "Kamu seperti ayahmu"

 Ini adalah pukulan telak bagi pria karena beberapa alasan. Pertama, ini akan membandingkannya si Dia dengan ayahnya. Dengan kata lain, Anda menyatakan jika Anda tak lagi melihat dia sebagai dirinya sendiri. Padahal, pada dasarnya semua orang ingin dilihat sebagai seorang individu. Kedua, si Dia mungkin telah berusaha keras  menghindari apa yang Anda tuduhkan. Namun dengan mengatakan hal tersebut, pasangan  akan segera menempatkan dirinya pada posisi  defensif dan secara emosional  mengolah argumen untuk menangkisnya.