ASI Eksklusif Yes, Baby Walker No! (1)

By nova.id, Rabu, 9 Maret 2011 | 17:04 WIB
ASI Eksklusif Yes Baby Walker No! 1 (nova.id)

Hindari Dot

Fine motor akan menjadi dasar kemampuan oral motor (OM), seperti mengunyah makanan, sikat gigi, dan sebagainya. OM juga akan menentukan kemampuan wicara, misalnya apakah anak akan menjadi seseorang yang cerewet atau tidak, mampu mengemukakan pendapat dengan baik atau tidak, kemampuan artikulasinya bagus atau tidak, dan sebagainya.

Perkembangan OM ini seringkali dilupakan orang tua. Contoh yang paling sering, mereka tidak menjalani tahapan makan anaknya dengan benar, yaitu dari ASI eksklusif (sampai usia 6 bulan) sampai makan makanan padat. Banyak kita lihat, orang ua tidak memberi bayinya ASI dan langsung memberi susu dengan dot. Padahal di usia 0-4 bulan, bayi memiliki fase suction reflect. Saat bagian mulut bayi bertemu dengan puting susu, maka semua bagian oral bayi akan terstimulasi. "Stimulasi inilah yang akan mematangkan OM bayi. Kalau pakai dot, yang terkena hanya sebagian kecil bagian mulut," kata Tri.

Contoh lain, orang tua memberikan makanan padat sebelum waktunya atau malah terlambat. "Usia 2 tahun, anak masih diberi makan suwiran daging ayam, padahal anak butuh gerakan mengunyah dan menggigit untuk mematangkan OM-nya. Mendekati usia 2 tahun, anak seharusnya berhenti minum dengan dot dan ASI (disapih). Tapi, sampai 3 tahun, masih juga diberi ASI. Ini juga salah karena setiap fase perkembangan, berbeda tugasnya."

Lantas, apa akibatnya? "Kalau kekurangan, OM-nya jadi tidak matang, sementara kalau over, anak jadi sangat ketergantungan. Kelak, ia akan jadi anak yang pencemas, tidak mandiri, gampang menyerah, dan sebagainya," lanjutnya.

Perkembangan OM akan menjadi dasar perkembangan verbal-wicara, yang dimulai dengan tahap reflexive vocalization (di usia 0-4 minggu), babbling (2 bulan), lalling (6 bulan), echolalia atau meniru (10 bulan), dan true speech (18 bulan). "Toleransinya adalah 18 bulan. Lebih dari itu, bisa dibilang anak mengalami keterlambatan bicara," jelas Tri.

Perkembangan wicara ini menjadi salah satu aspek kemampuan kognitif pada fase berikutnya, seperti kemampuan atensi, memori, konsentrasi, problem solving, decision making, dan sebagainya, yang ujung-ujungnya adalah kemampuan akademik. "Jika Tangga TK ini dilewati dengan bagus dan sesuai tahapnya, maka perkembangan akademisnya pun pasti bagus," kata Tri. Selain itu, Tangga TK yang bagus juga akan mendukung kemampuan sosialisasi anak, emosi, adaptasi, perilaku, rasa percaya diri, inisiatif, kreativitas, dan sebagainya.

Hasto Prianggoro / bersambung