Melly Kiong Menawarkan Konsep Mendidik Anak (2)

By nova.id, Selasa, 28 September 2010 | 04:51 WIB
Melly Kiong Menawarkan Konsep Mendidik Anak 2 (nova.id)

Anak-anak jadi menghargai dan peduli kepada orang lain, bertanggung jawab dan konsekuen, serta disiplin. Setiap bertemu orang yang dikenal, mereka akan menyapa lebih dulu. Sejak umur 9 tahun, Julian malah sudah melakukan introspeksi atas sikapnya terhadap orang lain. Jadi, dia bisa memperbaiki yang kurang.

Apa lagi kegiatan Anda sekarang?

Karena sering diundang seminar ke luar kota, saya jadi sering meninggalkan pekerjaan. Akhirnya saya memutuskan untuk berhenti, walaupun karier saya sebetulnya sudah bagus. Saya memutuskan untuk berkonsentrasi pada Rumah Moral, semacam lembaga yang saya dirikan setelah buku pertama terbit. Saya ingin anak-anak Indonesia memiliki pendidikan moral yang baik dan mental juang yang tinggi.

Selain itu, saya juga membantu mengembangkan Center of Hope, lembaga yang didirikan untuk melatih anak-anak down syndrome menjadi anak yang mandiri, bisa menghasilkan uang sendiri, antara lain dengan membuat tempelan kulkas.

Mengapa anak perlu mental juang tinggi?

Saya lihat sarjana yang baru lulus banyak yang bermental juang rendah. Itu terlihat ketika mereka saya wawancara saat melamar pekerjaan di perusahaan tempat saya dulu bekerja. Sebetulnya, orangtua ikut andil dalam hal itu. Bayangkan, siswa SD zaman sekarang sudah dibekali Blackberry, padahal itu butuh biaya mahal setiap bulannya.

Omong-omong, bagaimana kontribusi suami ketika Anda memberikan didikan seperti itu?

Suami saya, Tatang Wijaya, adalah jurinya. Jadi, perannya sangat besar. Kalau saya salah, dia akan mengingatkan. Tapi kalau benar, dia akan mendukung. Kami sangat kompak.

Apa rencana selanjutnya?

Sekarang, buku kedua saya sudah beredar, judulnya Cara Kreatif Mendidik Anak ala Melly Kiong. Impian muluk saya, membangun keluarga Indonesia. Karena itulah, buku saya yang rencananya terbit dalam enam judul, masing-masing mencerminkan bagian-bagian dari bangunan sebuah rumah.

Buku pertama bisa diibaratkan sebagai pondasi, buku kedua jadi tembok, buku ketiga sebagai genting/atap, dan buku keempat sebagai pintunya. Sedangkan buku kelima dan keenam masing-masing sebagai jendelanya.

 Hasuna Daylailatu