Melly Kiong Menawarkan Konsep Mendidik Anak (2)

By nova.id, Selasa, 28 September 2010 | 04:51 WIB
Melly Kiong Menawarkan Konsep Mendidik Anak 2 (nova.id)

Apa lagi yang seharusnya dilakukan orangtua untuk bisa mendidik anak dengan baik?

Orangtua harus bekerjasama dengan pihak sekolah dalam mendidik anak. Sayangnya, ini sering dilupakan orangtua. Mereka menganggap, dengan menyekolahkan anak, sekolahlah yang bertanggungjawab untuk mendidik anaknya. Ini anggapan yang salah.

Perlu diketahui, anak hanya menghabiskan 25 persen waktunya di sekolah, sisanya mereka ada di rumah dan lingkungan. Selain itu, membangun kepercayaan diri pada diri anak juga sangat penting. Ini bisa dilakukan dengan memberikan pujian dan pelukan setiap kali dia berbuat baik. Buat kita itu sepele, taapi buat anak itu sangat besar artinya. Kalau dia sering dipuji atas sikap baiknya, dia juga akan belajar memuji orang. Anak juga perlu diajari supaya punya mental juang yang tinggi.

Caranya?

Misalnya anak ingin mendapat mainan, dia harus mengumpulkan stiker dulu dalam jumlah tertentu.

Bagaimana cara mengumpulkan stiker?

Kalau mereka melakukan satu hal baik, misalnya belajar, membantu membuang sampah, minum susu, tidur siang, atau mengerjakan pe-er, akan mendapat satu stiker. Kalau dalam seminggu itu masing-masing bisa mengumpulkan jumlah stiker yang ditentukan, pada akhir minggu mereka boleh mendapatkan mainan. Begitu seterusnya.

Apa lagi yang Anda terapkan sebagai pendidikan mereka?

Setiap kali habis menonton film, saya selalu bertanya kepada mereka apa intisari film itu? Saya ingin tahu bagaimana sudut pandang anak-anak saya tentang hal itu. Kalau pandangan mereka baik, kami bersyukur. Tapi kalau mereka salah, itulah kesempatan kami untuk memperbaikinya. Saya selalu mengatakan kepada mereka, apa pun yang mereka lakukan ada nilainya, ada tanggung jawab yang harus mereka pikul.

Selain itu?

Kepedulian terhadap orang lain juga saya terapkan. Saya bilang kepada anak-anak, apa yang menurut mereka tidak enak, jangan sampai orang lain mengalaminya. Banyak tulisan yang saya tempelkan di seluruh rumah, misalnya di wastafel saya tulis 'betapa setetes air sangat bermanfaat bagi saudara kita di NTT', jadi mereka akan menutup kran dengan rapat.

Apa hasil yang Anda lihat dari penerapan itu?

Anak-anak jadi menghargai dan peduli kepada orang lain, bertanggung jawab dan konsekuen, serta disiplin. Setiap bertemu orang yang dikenal, mereka akan menyapa lebih dulu. Sejak umur 9 tahun, Julian malah sudah melakukan introspeksi atas sikapnya terhadap orang lain. Jadi, dia bisa memperbaiki yang kurang.

Apa lagi kegiatan Anda sekarang?

Karena sering diundang seminar ke luar kota, saya jadi sering meninggalkan pekerjaan. Akhirnya saya memutuskan untuk berhenti, walaupun karier saya sebetulnya sudah bagus. Saya memutuskan untuk berkonsentrasi pada Rumah Moral, semacam lembaga yang saya dirikan setelah buku pertama terbit. Saya ingin anak-anak Indonesia memiliki pendidikan moral yang baik dan mental juang yang tinggi.

Selain itu, saya juga membantu mengembangkan Center of Hope, lembaga yang didirikan untuk melatih anak-anak down syndrome menjadi anak yang mandiri, bisa menghasilkan uang sendiri, antara lain dengan membuat tempelan kulkas.

Mengapa anak perlu mental juang tinggi?

Saya lihat sarjana yang baru lulus banyak yang bermental juang rendah. Itu terlihat ketika mereka saya wawancara saat melamar pekerjaan di perusahaan tempat saya dulu bekerja. Sebetulnya, orangtua ikut andil dalam hal itu. Bayangkan, siswa SD zaman sekarang sudah dibekali Blackberry, padahal itu butuh biaya mahal setiap bulannya.

Omong-omong, bagaimana kontribusi suami ketika Anda memberikan didikan seperti itu?

Suami saya, Tatang Wijaya, adalah jurinya. Jadi, perannya sangat besar. Kalau saya salah, dia akan mengingatkan. Tapi kalau benar, dia akan mendukung. Kami sangat kompak.

Apa rencana selanjutnya?

Sekarang, buku kedua saya sudah beredar, judulnya Cara Kreatif Mendidik Anak ala Melly Kiong. Impian muluk saya, membangun keluarga Indonesia. Karena itulah, buku saya yang rencananya terbit dalam enam judul, masing-masing mencerminkan bagian-bagian dari bangunan sebuah rumah.

Buku pertama bisa diibaratkan sebagai pondasi, buku kedua jadi tembok, buku ketiga sebagai genting/atap, dan buku keempat sebagai pintunya. Sedangkan buku kelima dan keenam masing-masing sebagai jendelanya.

 Hasuna Daylailatu