Bisa juga saat diobati, infeksi virusnya hilang. Tapi, karena ia punya bakat alergi maka ketika ia terkena flu lagi gejalanya makin berat, misalnya, bunyi napasnya makin sering 'grok-grok'. Jadi, asmatik bronkitisnya baru muncul belakangan setelah berkali-kali terkena flu.
Jadi, bronkitis pada anak merupakan asmatik bronkitis (wheegy bronchitis). Berbeda dengan orang dewasa yang mengalami bronkitis kronik; kelainan pada saluran napasnya khas dan menetap. Misal terdapat penebalan saluran napas, mudah mengeluarkan lendir, peka terhadap rangsangan seperti mudah batuk-batuk. "Menetap dalam arti selalu ada dan bahkan terjadi penyempitan-penyempitan di beberapa saluran napas." Sementara pada anak akan hilang seiring dengan bertambahnya usia, pada orang dewasa makin bertambah usianya makin bertambah berat penyakitnya.
MENCEGAH BRONKITIS
Tentu saja bisa dilakukan asalkan menghindari alergen yang jadi pencetusnya. Kendati alergi bisa diketahui lewat tes darah, tukas Muljono, setidaknya orang tua bisa mengetahuinya dari pengalaman dengan memperhatikan anak alergi terhadap apa. Nah, kalau sudah diketahui ia akan kambuh alerginya saat berhubungan dengan alergen, ya, harus dihindari. "Misalnya, debu rumah yang sering banyak menempel di karpet, selimut, boneka berbulu disingkirkan, maka anak akan membaik. Begitu juga makanan-makanan pencetus seperti minuman dingin, cokelat, dan makanan gorengan," kata Muljono.
Pada sebagian anak bila mengkonsumsi makanan seperti telur ayam, bisa menambah produksi lendirnya. Begitu juga minuman bersoda bisa jadi pencetus karena saat diminum maka sodanya akan naik ke hidung dan merangsang daerah saluran pernapasan.
OBAT DAN FISIOTERAPI
Nah, bila sudah terjadi gejala bronkitis, dokter akan menanganinya dengan pemberian berbagai obat; obat penghancur lendir (karena banyak lendir yang kental), obat penekan reaksi alergi (bila penyebabnya alergi), obat antibiotik (bila penyebabnya infeksi kuman/virus), obat penenang agar tak batuk terus menerus, obat yang memperbaiki gerakan-gerakan selaput lendir agar lendir mudah keluar ke atas.
Karena itu, dokter seringkali memberikan obat racikan atau puyer agar lebih efektif dan tak terlalu banyak jenis obat yang harus dikonsumsi. Jadi obat yang diberikan akan disesuaikan dengan penyebabnya dan dilihat kebutuhannya. "Tapi, umumnya dalam pemberian obat mengandung tiga fungsi; mencairkan lendir, menekan reaksi alergi dan obat batuk."
Bila anak sulit mengeluarkan lendir maka harus dibantu fisioterapi. Terapi inhalasi atau dengan obat yang diuapkan dan diisap berfungsi sama mengencerkan lendir dan juga melebarkan jalan napas. "Fisioterapi biasanya lebih efektif karena menuju sasaran langsung. Tak seperti obat minum yang harus melewati organ-organ, samisal jantung, liver, ginjal dan baru ke saluran napas." Karena sifatnya langsung ke sasaran, efek samping terapi inhalasi lebih kecil dibandingkan obat minum.
Selain dengan inhalasi, fisioterapi dilakukan dengan cara memanaskan dada dengan infra merah supaya jalan darah di dadanya lancar. Dada dan punggung juga ditepuk-tepuk dengan tangan atau alat untuk membantu lendirnya keluar ke atas.
Ingat, lo, fisioterapi dilakukan atas anjuran dokter. "Karena dikhawatirkan bila ada infeksi paru-paru atau radang maka pemanasan dengan infra merah malah bisa membahayakan."
Yang pasti bronkitis yang tak diobati sangat tergantung pada daya tahan si penderita. Sebab bronkitis mengakibatkan penumpukan atau penyumbatan lendir di saluran napas. Sifat lendir ini lengket dan seringkali jadi media yang sangat bagus untuk berkembang biak kuman. "Jika kebetulan anak mengisap udara yang ada kumannya maka kuman tersebut bisa cepat berkembang biak di saluran napas. Bila terjadi demikian maka dapat menimbulkan radang paru-paru atau bronchopneumonia. Batuk makin menghebat dan cepat, napaspun cepat seperti sesak."