Makannya Jangan Diemut, Dong, Sayang

By nova.id, Rabu, 15 Juni 2011 | 17:01 WIB
Makannya Jangan Diemut Dong Sayang (nova.id)

Jangan Iming-imingi Hadiah

Mengiming-imingi anak dengan hadiah hanya agar ia mau makan atau tak mengemut makanan, menurut Lidia, tak diperlukan. Soalnya, reward model begini hanya akan memperparah kebiasaannya mengemut makanan. "Anak akan sengaja mengemut makanan agar ketika mau menelan, ia mendapatkan imbalan yang diinginkannya." 

Piring Yang Menarik

Ada berbagai cara untuk mengatasi problema makan pada anak. Salah satunya, berikan alat-alat makan yang menarik. Misal, dengan piring melanin yang mengetengahkan kisah tokoh-tokoh kartun. "Sambil makan, ceritakan dongengnya," bilang Lidia.

Piring-piring bergambar ini juga bisa dijadwalkan dan menjadi alat untuk melibatkan anak dalam kegiatan makannya. Misal, setelah piring dengan Donal Bebek pada hari Senin, hari Selasa dengan piring Pokemon, sedangkan piring Goofy pada hari Rabu, dan seterusnya. Dengan begitu, anak akan antusias mengambil sendiri piring makannya, dan biarkan ia mengisi dengan makanan, sambil dibantu agar tak terlalu banyak.

"Bisa juga gambar di piring disembunyikan dengan menutupnya pakai makanan. Tugas kita membuat anak ingin tahu gambar apa yang ada di bawah nasinya, hingga ia mau mengunyah dan menelan supaya gambar di piringnya cepat terbuka. Sesudah itu, kita dongengkan ceritanya." Namun jangan lupa, tiap kali anak mengunyah dan menelan, berikan reward pujian atau pelukan.

Sediakan Dua Wadah

Ingat, lo, kita tak boleh menciptakan suasana makan yang terburu-buru. Sekalipun si kecil makannya lama, tak jadi soal. Memang, sih, kalau makannya lama, bisa membuat makanan jadi berubah bentuk. Nah, untuk mengantisipasi perubahan ini, saran Waldi, sediakan dua wadah. Wadah pertama, yaitu piring dengan sendok yang bolak-balik masuk ke mulut anak; sedangkan wadah kedua adalah tempat "depot". Jadi, masukkan, misal seperempat porsi dari wadah ke-2 ke wadah pertama untuk langsung dimakan anak. Setelah habis, baru tambahkan seperempat porsi lagi, dan seterusnya. Dengan demikian, makanan yang di wadah ke-2 tak diutak-atik oleh anak,

Bila hanya menggunakan satu wadah/piring berisi satu porsi yang harus dihabiskan, lama-lama makanan jadi berair. Hal ini disebabkan, makanan tersebut terkena air liur dari sendok yang masuk ke mulut anak kala menyuapkan makanannya. Air liur mengandung berbagai enzim yang bisa membuat makanan jadi berair dan berubah bentuk jadi tak karuan.

Faras Handayani/nakita