Firasat Buruk Sang Ayah Sebelum Dokter Alia Tewas

By nova.id, Kamis, 27 Agustus 2009 | 05:32 WIB
Firasat Buruk Sang Ayah Sebelum Dokter Alia Tewas (nova.id)

Apakah tidak dendam?

Dari awal saat mendengar kabar almarhumah, saya menekankan kepada anak dan istri saya agar tak dendam. Membuang perasaan itu lah yang membuat saya tegar. Saya ikhlas menerimanya.

Kewajiban dan tanggung jawab saya sebagai bapak dengan kejadian ini semakin bertambah besar. Saya harus memimpin mereka untuk lepas dari duka ini.

Selain itu tuntutan profesi sebagai dokter juga harus tetap saya pegang. Saya punya tanggung jawab terhadap orang lain dengan profesi saya.

Saat prosesi otopsi jenazah Alia, Anda sekeluarga ada dalam ruangan itu. Apakah tak kalut berada disitu, meski kami tahu Anda, istri dan dua adik Alia adalah dokter?

Sebelumnya kami sudah bersepakat untuk berada di situ, bisa jadi karena kami semua dokter bisa bertahan di situ. Anda pasti tahu seluruh proses otopsi bagaimana. Jenazah diteliti bahkan sampai membuka kulit tubuhnya. Kami kuat karena kami mau ada di bagian ini. Proses otopsi juga harus dilakukan karena itu prosedur resmi agar pengungkapan kasus pembunuhan anak saya ini, bisa dilanjutkan.

Anda menangis saat itu?

Ya, tapi tetap tenang.

Jika boleh mengungkapkan tentang kenangan. Bagaimana sebenarnya Alia di mata Anda?

Dia pemimpin di antara anak-anak saya yang lain. Ia tegas. Temannya dimana-mana. Saya selalu melibatkan Alia di setiap kegiatan keprofesian. Makanya dia sering saya ajak setiap kali ada pertemuan, baik di dalam dan luar negeri.

Dari awal keinginannya menjadi dokter memang cukup tinggi, selain karena rasa solidaritasnya yang tinggi. Bahkan beberapa kali saat saya tidak bisa membimbing praktik saat perkuliahan. Alia sempat menggantikan saya. Dan yang ikut praktik lebih banyak ketimbang saya yang mengisi materi.Dia dekat dengan saya. Kami sering saling berdiskusi mengenai hal-hal penting, khususnya mengenai disiplin ilmu kedokteran. Semoga duka ini cepat berlalu.

Masih tampak kedukaan yang tergambar di fisik Dokter Agustria. Matanya sembab. Dokter ini pun sempat menarik napas dalam menahan tangis, saat mengenang anaknya. "Dia anak baik, semoga dia tenang di alam sana," katanya. Prawira Maulana/Sripo