Puisi Indah Pembangkit Semangat (2)

By nova.id, Senin, 24 Agustus 2009 | 04:38 WIB
Puisi Indah Pembangkit Semangat 2 (nova.id)

Puisi Indah Pembangkit Semangat 2 (nova.id)
Puisi Indah Pembangkit Semangat 2 (nova.id)

"Kebahagiaanku makin bertambah ketika lahir bayi kembar dari rahim istriku. (Foto: Repro/Nove/NOVA) "

Dapat KembarKendati Sari mau menerimaku apa adanya, di sisi lain timbul rasa was-was, bisakah aku memberikan keturunan? Alhamdulillah, Mei 2004 istriku positif hamil. Aku tambah senang ternyata telurnya kembar. Tanggal 1 Februari 2005, si kembar Abigail (2,6 kg) dan Daud (1 kg), lahir. Lengkap sudah kebahagiaanku.Perkembangan Abigail sangat bagus, sementara Daud harus ikut terapi. Dia bukan mengalami keterbelakangan, tapi karena lahirnya kecil, perkembangannya telat. Aku tidak mau mencari kambing hitam, gara-gara bom anakku jadi begitu. Justru aku merasa mendapat sentilan dari Tuhan karena kurang bersyukur dan ibadah. Tidak boleh takabur, apa pun yang Tuhan berikan harus disyukuri. Ada dan tidak ada bom pasti terjadi sesuatu pada aku.Kalaupun ada yang membuatku sedih dan menyesali peristiwa bom itu adalah aku tidak bisa menggendong anakku dengan leluasa. Aku harus memakai sarung tangan karena jika tidak, anak-anak tidak mau. Coba kalau tanganku normal, anak-anak pasti mau sama aku. Tiap kali aku berkata begitu, istriku pasti marah. "Jangan diingat-ingat lagi!"Aku memang sangat beruntung memiliki Sari. Istriku sungguh luar biasa. Bayangkan, mulai dari mengurus anak, bekerja, memberi yang terbaik buat keluarga, dilakukannya dengan sabar dan telaten. Kalau orang lain, mungkin tidak tahan menghadapi hal ini. Paling ia hanya mengeluh capek, tapi begitu ketemu anak-anak, ia langsung tertawa lagi.

Rencana selanjutnya? Memang pernah terlintas di benakku untuk melakukan bedah kosmetik. Bukan ingin menutupi kekurangan yang kini menempel di tubuhku. Kalau soal itu, biarlah aku ingin tetap seperti apa adanya. Justru itu yang membuatku tak lupa diri dan selalu mengingatkanku agar senantiasa berterima kasih pada Sang Pencipta.Noverita K. Waldan