Meski Mbah Surip dimakamkan di Bengkel Teater, Depok, tapi WS Rendra sang empunya padepokan itu tak terlihat ikut melayat. Saat itu Si Burung Merak memang masih dirawat di rumah sakit. Mas Willy, begitu ia disapa hanya memberi izin dan menyarankan agar jenazah Mbah Surip dikebumikan di pemakaman Bengkel Teater.
Namun sebenarnya, pemilik nama asli Willibrordus Surendra Broto Rendra (74) ini sempat pulang ke rumah tak lama setelah sahabatnya itu meninggal dunia. Hal itu disampaikan Ken Zuraida, istri Rendra. Seperti dikutip dari situs www.surabayapost.co.id, Rendra bersikeras pulang ke rumah meski kesehatan masih lemah. Semua itu untuk memberikan penghormatan yang terakhir untuk Mbah Surip.
Tapi rupanya takdir berkehendak lain. Rendra bukan hanya pulang ke rumah, tapi pergi untuk selamanya. Sampai Kamis dini hari, jenazah pria yang kini punya nama H. Wahyu Sulaiman Rendra ini masih disemayamkan di rumah salah satu anaknya, Clara Shinta, di Perumahan Pesona, Depok Blok AV/05. Clara adalah anak Rendra dari istri pertamanya, Sunarti Suwandi.
Setelah jenazah Rendra disemayamkan, beberapa sahabatnya mulai berdatangan. Ada Iwan Fals, Ishadi SK, Rosiana Silalahi, Ine Febrianti, Deddy Mizwar, Yenny Wahid, dll. Jenazah dimakamkan di Pemakaman Bengkel Teater, Cipayung, Depok, Jumat (7/8).
Doa Dari Sitoresmi
Akhir Juni 2009 merupakan kali terakhir Sitoresmi Prabuningrat (59), mantan istri kedua Rendra, mendengar suara mantan suaminya melalui telepon genggam. Hari itu merupakan hari pertama Rendra dilarikan ke Rumah Sakit Cinere, Jawa Barat, karena penyakit jantungnya. Seperti sudah mendapat firasat, Sito memberi nasihat agar Rendra siap menerima ajalnya.
Beberapa hari kemudian, giliran Rendra yang menelepon Sito. Ia berkata, ingin sekali mendengar Sito langsung membacakan doa yang sama. Dengan khidmat Sito pun mengumandangkannya di telinga Rendra.
Sejak itu, Rendra bolak-balik dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya. Setelah beberapa hari di RS Cinere, ia dipindahkan ke RS Harapan Kita dan lalu ke RS Mitra Kelapa Gading.
Kamis malam Sito mendapat kabar duka. "Dia tidak memberi pesan apa pun kepada saya, tapi mungkin banyak pesan kepada anak-anak sebelum ia meninggal. Jujur, dibanding saya, anak-anaklah yang lebih sering berjumpa dengannya."
Bagi Sito, kenangan hidup bersama dengan bapak dari keempat anaknya ini, sangatlah indah. "Dia itu lebih dari sekadar suami bagi saya. Dia adalah guru saya dan seniman yang sangat saya kagumi. Selain itu, dia juga paman saya, lo (Eyang Puteri Sito bersaudara dengan Ibunda Rendra), makanya meski sudah bercerai hubungan kekerabatan kami tidak akan pernah putus."
Saat ditanya apakah masih ada rasa sakit yang tersisa mengingat dulu Rendra menduakannya dengan Ken Zuraida, ia mengaku tidak. "Dari sisi rasa tidak ada yang berubah. Pilihannya itu (hidup dengan Zuraida) bagian dari konsekuensi yang harus saya pikul. Justru kalau saya tidak pernah melewati hidup bersamanya, saya mungkin tidak akan mendapatkan kehidupan yang sangat berharga seperti saat ini. Yang mau saya ingat tentang dia adalah, semasa hidup dia selalu baik kepada saya. Dan khususnya, dia sudah memberikan kepada saya empat orang anak. Itulah kenangan termanis yang akan selalu saya ingat," jelas Sito yang saat dihubungi NOVA masih di Yogya. Ia terbang ke Jakarta, Jumat pagi.
"Bencana" Istri Ketiga
Sementara di mata Romo Tirun Marwito (65), kakak Sitoresmi, mantan adik iparnya itu merupakan sosok yang idealis. "Beliau seniman yang konsisten. Orangnya suka mengkritik dan berani menyampaikan pendapat kepada siapa pun," kata Romo Tirun yang terakhir ketemu Rendra dua tahun lalu saat mengantarkan mantan adik iparnya itu bertemu Sultan Hamengkubuwono X.
Sita Dewi, Hasuna Daylailatu, Ester Sondang
KOMENTAR