Duka Keluarga Korban Fokker Jatuh (1)

By nova.id, Senin, 13 April 2009 | 01:04 WIB
Duka Keluarga Korban Fokker Jatuh 1 (nova.id)

Duka Keluarga Korban Fokker Jatuh 1 (nova.id)

"Maya tak bisa membendung kesedihannya ketika peti jenazah sang suami diturunkan ke linag lahat. (Foto: Sudharmawan/Surya) "

Salah satu rumah dinas TNI-AU di Maospati-Magetan (Jatim) baru saja kedatangan banyak tamu. Rumah tersebut adalah tempat tinggal Nur Ika Mayasari (22) istri Pratu Teguh Widodo, yang turut menjadi korban jatuhnya pesawat Fokker 27 di Bandung.

Melihat tamu berdatangan, Maya hanya bisa menyalami lalu menangis masuk ke kamar. "Ia masih syok berat. Berulang kali sampai pingsan," tutur Lestari, ibunda Maya. Tak heran kalau Maya begitu terguncang. Pasalnya, ia tengah mengandung tujuh bulan.

Pada hari naas itu, dikisahkan Lestari, Maya masih melakukan kontak telepon dengan Teguh. "Banyak hal yang dibicarakan. Teguh minta doa restu agar diberi keselamatan menjelang hari-hari pelaksanaan penerjunan. Ia juga pesan agar sang istri bisa menjaga bayi yang ada dalam kandungannya. Teguh bilang, 'Bunda, jaga adik dalam kandungan ya'," papar Lestari sendu.

Lestari mengibaratkan, saat ini adalah masa-masa dimana Teguh dan Maya seharusnya merasakan kebahagiaan. Hampir setiap jam dalam setiap hari Teguh selalu menelpon istrinya. Seolah setiap langkah yang diambil tak pernah lupa ia kabarkan kepada Maya.

Bagi Lestari, Maya dan Teguh pasangan yang sangat serasi. Setelah pacaran sekitar empat tahun, mereka menikah lalu Maya hamil. "Rencananya, kalau tidak ada musibah, tanggal 10 April ini Teguh akan mengadakan selamatan tujuh bulanan. Dia janji segera pulang setelah penerjunan. Tapi ternyata hanya kurang beberapa hari, Teguh keburu tiada."

Selama ini, Teguh dinas di Paskhas 464 Malang. Sementara Maya walaupun tengah hamil masih kuliah di UII Madiun mengambil jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).

Untuk bisa ketemu istrinya biasanya Teguh pulang seminggu sekali. "Besok rencananya kalau sudah melahirkan dan selesai kuliah, Maya ikut boyongan ke Malang, sambil cari tempat supaya bisa mengajar."

Sekitar sebulan ini Teguh terpilih untuk mengikuti sekolah Para Lanjut Tempur (PLT) ke Bandung yang rencananya akan berlangsung sekitar tiga bulan. "Maya tak keberatan, malah bangga," lanjutnya. Apalagi di PLT ini Teguh mendapat kesempatan brevert terjun free fall, sebuah kesempatan yang didambakan seorang anggota pasukan khas TNI-AU.

"Selama ini kan saya cuma terjun statis saja, tapi kali ini saya akan diajari terjun free fall. Makanya, saya mohon doa restunya Bu, supaya berhasil," ucap Teguh sebelum berangkat dulu.

Pertemuan terakhir Teguh bersama keluarganya di rumah terjadi pada tanggal 29 Maret. Beberapa hari sebelum kejadian, Teguh sempat pulang ke Magetan, tapi hanya beberapa jam kembali lagi ke Bandung. Katanya kangen sama istri dan calon anaknya.

Saat itu dia terus berujar pada sang istri. "Bunda, asyik ya, nanti pas lebaran kita sudah tidak berdua lagi, karena kan sudah ada adik. Jadi bisa berjalan-jalan bertiga."

Teguh memang bersemangat sekali menyambut kelahiran anaknya. Ia sudah mengepak perlengkapan bayi pemberian adiknya. Bahkan Teguh sudah menyiapkan nama untuk si bayi, Revano Aprilian Eka Widodo. "Kalau ingat itu semua, rasanya menyesakkan dada," ungkap sang ayah, Tukiman (52) dengan mata berkaca-kaca.

Gandhi M. Wasono