Berjuang Melawan Penyakit Seribu Wajah (2)

By nova.id, Selasa, 24 Maret 2009 | 00:04 WIB
Berjuang Melawan Penyakit Seribu Wajah 2 (nova.id)

Adik dan kakakku kemudian mencari informasi, ke teman-teman maupun browsing di internet. Sampai kemudian ada yang memberi nama RS Kramat 128, Jakarta .

Akupun segera ke RS Kramat 128. Tadinya cuma mau konsultasi. Tapi karena kondisiku yang buruk, aku langsung dianjurkan dirawat. Akupun mulai rawat inap 3 November 2006 .

 

Di RS Kramat 128, aku dihandle langsung oleh Prof. Dr. Zubairi Djoerban, Sp.PD. Beliau adalah dokter penyakit dalam yang juga pemerhati penyakit lupus. Satu bulan pertama, aku sangat tergantung pada oksigen. Napasku masih sesak. Bicara 2 kalimat, sesaknya bisa 1-2 jam. Jalan 2 langkah, jatuh, atau malah pingsan. Tapi karena sudah sering seperti itu, lama-lama aku anggap biasa.

 

Waktu aku masuk ke RS Kramat 128, hasil tes masih menunjukkan aku negatif lupus. Setelah Prof. Zubairi menganalisa rekam medisku, aku diberi surat pengantar untuk tes biopsi. Barulah akhirnya ketahuan aku terkena lupus kulit (diskoid). Katanya, itu jenis lupus yang paling ringan.

 

Seperti yang sudah kuceritakan, kulitku sangat sensitif. Aku hanya pergi ke luar rumah kalau cuaca mendung. Itupun dengan syarat melihat kondisi badan dulu. Kalau pas cuaca panas, aku harus naik taksi berpendingin atau pakai payung. Begitupun kalau cuaca dingin, atau berada di ruangan berpendingin, sesak napasku pasti keluar. Aku memilih menghindar atau pakai jaket tebal. Tak heran, di tasku selalu tersedia jaket dan payung.

 

Rupanya, lupus yang mendekam di tubuhku merembet kemana-mana. Aku sempat terkena usus buntu dan kanker limfoma. Ketahuan bulan April 2008, aku sempat dikemo sampai akhir Agustus 2008 lalu. Setiap habis kemo, lupusku pasti kumat. Sakit kepala hebat, nyeri, sesak napas, pokoknya semua keluar. Tapi syukurlah setelah selesai kemo sampai sekarang, aku merasa jauh lebih fit.

 

Aktif Di Yayasan Oh ya, aku seorang single parent. Anakku satu-satunya laki-laki, usianya 20 tahun dan sekarang kuliah di Bandung. Papanya pergi ke AS waktu ia berumur 1,2 tahun. Waktu aku mulai sakit-sakitan, ia masih SMP. Meskipun kondisiku sakit, aku selalu berusaha mendampinginya setiap saat.