Tirta Mandira Hudhi (2): Sukses Membuka Gerai di Singapura

By nova.id, Jumat, 1 Juli 2016 | 04:01 WIB
Tirta mandira Hudi (nova.id)

SAC bisa besar seperti saat ini adalah karena faktor luck. Keberuntungan itu datang saat saya terpuruk dan kesusahan. Jadi, berbagi adalah penanda bahwa kita tidak hidup sendiri dan harus selalu ingat kepada Allah SWT. Aku ingin timku juga tahu dan merasakan itu.

Bermain Musik

Anak buah atau timku memang tidak semuanya lulusan sarjana. Mayoritas justru anak jalanan dan anak putus sekolah. Total, saat ini ada 82 karyawan yang terhitung tidak lulus SMA. Aku memilih mereka karena sudah menjadi niat pribadiku, ingin memberikan kesempatan bagi orang-orang yang tidak bisa bekerja kantoran.

Di Jakarta, tujuh karyawanku adalah anak jalanan. Ceritanya, suatu ketika aku sedang membersihkan sepatu di gerai dan melihat anak-anak jalanan nongkrong. Memang, sebagian besar waktu mereka dihabiskan untuk nongkrong dan tawuran saja.  Lalu, kudekati mereka dan kutawarkan uang namun harus bekerja dulu. Walaupun susah mendidik mereka, namun lambat laun mereka paham dan tahu cara membersihkan sepatu dengan standar SAC. 

Di Yogyakarta, aku juga salut pada timku. Mereka tidak lulus kuliah tapi bisa menemukan reaksi kimia, yang akhirnya kugunakan untukmembersihkan sepatu sesuai standard eropa. Saat ini, aku pelan-pelan menggunakan jasa anak-anak kuliah. Perusahaan ini sudah besar, jadi kukontrak mereka, fresh graduate,  untuk membantu di bagian tertentu seperti accounting dan finance.

Salah satu hobiku yang lain adalah bermain musik. Musik cukup membuatku relaks, terlebih musik pop rock yang selalu membuatku bersemangat mencari ide-ide liar. Aku juga punya band yang hanya memainkan akustik.

Pertemuanku dengan istri, Medisca Rhoza, juga membawa cerita tersendiri. Istriku satu angkatan denganku di FK UGM. Namun begitu aku baru benar-benar ketemu intens saat koas kedokteran. Aku tidak tahu kenapa aku yakin memilih dia untuk menjadi ibu dari anakku yang saat ini sedang ia kandung. Setelah bertemu di koas kurang lebih 2 minggu, kuputuskan untuk menikahinya.

Ya, hanya dua minggu, aku langsung melamarnya. Tentu tidak ada masa pacaran. Justru pacaran setelah aku menikah. Aku hanya berharap keluargaku nanti menjadi keluarga bahagia yang bermanfaat bagi sesama dan agama.

Rubiya Alkhalida Aisyazani