Menjelajah Kuliner Minang: Rasa Juara Si Menu Unik

By nova.id, Senin, 11 Juli 2016 | 06:45 WIB
Restoran Gumarang (nova.id)

Pukul 05.30, semua menu sudah bisa dipesan lantaran bofet yang didirikan 39 tahun silam ini sudah buka. “Pukul 11.00-12.00, biasanya sudah habis dan harus bikin lagi. Kalau belum habis, masih bisa dipanaskan agar tidak basi,” tutur Uni Rat. Ibu empat anak ini menambahkan, untuk satu porsi bubur kampiun, harganya Rp6.000. Namun, bila satu porsi terdiri dari dua jenis bubur atau lebih, harganya menjadi Rp8.000.

“Es kampiun ini jadi langganan Pak Walikota dan kantor PLN tiap ada acara. Sedangkan Ampiang dadiah Rp20.000 per porsi,” imbuh nenek lima cucu ini. Sementara, sari kaya ketan, gado-gado, mi tahu, dan pecak lontong masing-masing Rp13.000 per porsi. Anda bisa menikmati menu-menu ini sampai Sianok yang digawangi delapan pegawai tutup pukul 23.00. Rasa makanannya yang lezat membuat Bofet Sianok tak pernah sepi pembeli, terutama saat pagi hari.

***

Pongek “OR” Situjuah: Dipotong Dengan Sebelah Tangan

Pongek atau pangek dalam bahasa Indonesia berarti gulai yang kuahnya dikeringkan. Gulai dengan kuah nyemek, kalau dalam bahasa Jawa. Sedangkan “OR” mengacu pada pemilik rumah makan tersebut, yaitu Ordinal (39). Dari pinggir jalan, rumah makan ini sebetulnya terlihat biasa saja. Itulah bangunan pertama yang didirikan Ordinal. “Pertama didirikan, malah sangat kecil. Ukurannya hanya 4x6 meter,” ujar Ordinal saat ditemui NOVA.

Di rumah makan yang terletak di kampung Situjuah, Payakumbuh ini, yang terkenal adalah pangek cubadak atau gulai nangka muda. Meski nangka yang disajikan per porsi ukurannya cukup besar, teksturnya sangat empuk dan mudah dipotong dengan sebelah tangan. Bumbunya yang meresap sampai ke dalam nangka membuat hati seolah tak rela hanya mendapat kuah ala kadarnya.

Namun, bukan hanya cubadak yang lezat di rumah makan yang didirikan tahun 2009 ini. Ikan bakar nila yang bumbunya manis, gurih, dan juicy juga menjadi favorit para pengunjung. Ada pula menu dendeng batokok, balado jariang alias balado jengkol yang sama sekali tak berbau, jariang batokok alias jariang cabai hijau, rendang, dan cincang kambing yang empuk. Untuk camilan, rumah makan ini menyajikan antara lain bongko dan ketan sari kaya.

Harga makanan di sini mulai Rp5.000-Rp35.000. Untuk ikan gurame ukuran besar, harganya bisa mencapai Rp65.000. Tak heran, rumah makan yang buka setiap hari pukul 08.00-21.00 ini tak pernah sepi. Hasilnya, Ordinal bisa membeli tanah di belakang rumah makannya dan mendirikan bangunan yang lebih luas, bagus, dan mampu menampung 200 pengunjung. Sebab, bangunan pertama yang letaknya di pinggir jalan hanya mampu menampung 80-an orang.

Pengunjung rumah makan yang berdiri di atas lahan seluas 2.200 meter ini tak hanya berasal dari Payakumbuh, melainkan juga dari luar kota. Rombongan pejabat, artis, atau wisawatan yang datang Jakarta pun tak absen untuk mencicipi masakan racikan Ordinal yang ia dapat dari neneknya ini. Kini, ada 30 orang pegawai yang setiap hari melayani pengunjung. Lagi-lagi, sebaiknya jangan datang sendirian ke rumah makan ini, agar banyak menu yang bisa dicicipi.

***

Pical Sikai: 300 Porsi Sehari

Sesuai namanya, kedai yang terletak di Jl. Panorama 19C, Bukittinggi ini menyajikan pical atau dalam bahasa Indonesia berarti pecel. Sementara Sikai menandakan pemiliknya, yaitu Si Khairiyah yang mulai berjualan di sana sejak 1948. Meski letaknya di dalam gang kecil tak jauh dari Lobang Jepang dan Taman Panorama, popularitas kelezatan pecel khas Minang di kedai ini sudah tersebar ke mana-mana.