Menjelajah Kuliner Minang: Rasa Juara Si Menu Unik

By nova.id, Senin, 11 Juli 2016 | 06:45 WIB
Restoran Gumarang (nova.id)

Bahkan, di kalangan wisatawan yang sedang berkunjung ke Bukittinggi, termasuk wisman asal Malaysia. Bila hari libur tiba, Pical Sikai dipadati pembeli. Menariknya, sayuran yang disajikan untuk pecel terbilang cukup berbeda dibanding pecel Jawa. Pical berisi jantung pisang, lobak kol alias kol, pucuk ubi alias daun singkong, rebung yang diiris tipis, ditambah kerupuk merah khas Minang, lalu disiram kuah bumbu kacang.

Bumbu kacangnya yang dibuat tanpa kencur pun rasanya tidak semanis bumbu pecel Jawa. Kalau menginginkan sarapan berkuah, katupek sayur alias ketupat bisa jadi pilihan di sini. Untuk camilannya, kedai ini menyediakan lamang tapai yang gurih dan manis. Lamang tak lain beras ketan yang dibakar di dalam bumbung bambu, lalu disiram dengan tapai ketan hitam yang berkuah. Rasa tapai hasil fermentasi terasa agak tajam, tapi tidak membuat perut perih.

Tapai ketan hitam ini dibuat sendiri oleh Pical Sikai, sedangkan lamangnya disuplai dari orang lain. Lamang yang mampu bertahan dua hari di suhu ruang ini tak jarang dibawa sebagai oleh-oleh saat wisatawan pulang ke kota asalnya. “Seporsi pical harganya Rp12.000, sama dengan seporsi lamang tapai yang berisi dua potong lamang. Sementara, katupek sayur cukup Rp10.000 per porsi,” ujar Nilmawati (56), salah satu anak Khairiyah yang ikut mengelola Pical Sikai.

Meski banyak yang menjadikan pical dan lontong sayur sebagai menu sarapan, tak perlu khawatir kehabisan bila berkunjung ke Pical Sikai. Sebab, kedai yang dalam sehari bisa menghabiskan 300 porsi dari ketiga menunya ini buka pukul 08.00-18.00. Tak jarang, Pical Sikai dipesan untuk baralek atau pernikahan, acara kantor, dan lainnya. Kini, sehari-hari Pical Sikai dijalankan oleh tiga dari 11 anak Khairiyah, juga beberapa sepupu mereka.   

Hasuna Daylailatu