Menjelajah Kuliner Minang: Rasa Juara Si Menu Unik

By nova.id, Senin, 11 Juli 2016 | 06:45 WIB
Restoran Gumarang (nova.id)

Atas undangan minyak goreng SunCo, NOVA bersama beberapa blogger dan vlogger berkesempatan berkeliling Sumatera Barat untuk mencicipi kekayaan kuliner khas Minang. Hasil jelajah di beberapa kota yang dikunjungi bisa Anda nikmati dalam beberapa edisi.

 

Restoran Gumarang:  Ampiang Dadiah Jadi Ciri Khas

Restoran yang satu ini terletak di Jalan M. Syafei, Pasar Padang Panjang, sekitar 76 km dari Padang. Dari luar, bangunan ini tampak biasa saja, bahkan terkesan tua. Maklum, usia restoran ini sudah 46 tahun. Namun, jangan remehkan rasa yang ditawarkan camilan restoran yang selalu menjadi tujuan wisatawan dan warga lokal ini. Belum lagi, menunya banyak yang unik dan tradisional khas Minang. Sebut saja ampiang dadiah yang jadi menu favorit.

Ampiang dadiah merupakan camilan yang terdiri dari ampiang atau beras ketan merah yang ditumbuk sampai pipih, lalu disiram dadiah, kuah santan dan gula merah cair. Dadiah bentuknya serupa yogurt, hanya saja terbuat dari susu kerbau yang difermentasikan di dalam bumbung bambu pendek. Rasanya tidak seasam yogurt dan langsung meleleh di dalam mulut, terasa menyegarkan di sela-sela manisnya gula merah.

Ampiang dan dadiah merupakan makanan khas sekitar Padang Panjang, Bukittinggi, dan Tanah Datar, tapi disatukan menjadi menu baru oleh Restoran Gumarang puluhan tahun silam, bisa diberi serutan es batu maupun tidak. Sejak itulah, Gumarang makin ramai oleh pembeli. Belum lagi, menu lain seperti pokat ketan yang rasanya bikin ketagihan. Pokat ketan tak lain ketan kukus yang disiram alpukat yang telah diblender plus susu cokelat, disajikan dingin. Banyak pengunjung yang menjadikan menu ini sebagai favorit.

Ada pula menu sari kayo ketan. Rasa kuah kental santan bercampur telur dan gula merah yang disiram di atas ketan sungguh sulit dilupakan. Belum lagi, es kampiun yang merupakan gabungan dari bubur sumsum, ketan, kolak pisang, cendol, cenil, dan kacang hijau yang disajikan dengan serutan es batu. Yang juga digemari di restoran ini adalah teh talua, yang dicampur kuning telur dan disajikan hangat, cocok untuk hawa Padang Panjang yang dingin.

Untuk melayani pelanggan yang silih berganti sejak pagi hingga malam, Gumarang buka mulai pukul 06.00-22.30. Rata-rata, menu yang ditawarkan harganya sekitar Rp20.000-an per porsi. Sebaiknya, jangan datang ke restoran yang tutup saat salat Jumat ini dalam kondisi perut kenyang. Datanglah beramai-ramai agar banyak menu yang bisa dicoba. Sebab, ada ungkapan yang mengatakan, belum ke Padang Panjang kalau belum ke Restoran Gumarang.

***

Bofet Sianok: Es Kampiun Langganan Walikota

Meski namanya mengandung kata Sianok, letaknya bukan di Ngarai Sianok, Bukittinggi. Bofet kecil ini terletak di kawasan Pasar Payakumbuh, tepatnya di Jalan Ahmad Yani No 8. Dalam budaya kuliner Minang, tempat makan memiliki beberapa jenis sesuai makanan yang disajikan. Disebut bofet bila sebuah tempat makan sederhana menyajikan makanan sepinggan (one dish meal), yaitu seporsi makanan dalam satu piring.

Di Bofet Sianok, menu yang ditawarkan cukup beragam dan kebanyakan adalah menu sarapan, tentu saja khas Minang. Menu spesifik, sebutan untuk menu yang ditonjolkan di sebuah tempat makan di Minang, di Bofet Sianok adalah ampiang dadiah, ampiang putiah, dan sari kaya ketan.

Namun, nasi goreng yang gurih dengan taburan dendeng krispi potong kecil, mi rebus yang segar dan bertabur kerupuk merah khas Minang, mi goreng, dan soto Minang sangat sayang kalau sampai dilewatkan. Menu-menu yang disebut terakhir merupakan menu tambahan sejak 15 tahun terakhir. Tepatnya, setelah Uni Rat (62), yang kini mengelola bofet, meneruskan usaha kedua orangtuanya. Tak ketinggalan, menu khas seperti bubur kampiun.

Pukul 05.30, semua menu sudah bisa dipesan lantaran bofet yang didirikan 39 tahun silam ini sudah buka. “Pukul 11.00-12.00, biasanya sudah habis dan harus bikin lagi. Kalau belum habis, masih bisa dipanaskan agar tidak basi,” tutur Uni Rat. Ibu empat anak ini menambahkan, untuk satu porsi bubur kampiun, harganya Rp6.000. Namun, bila satu porsi terdiri dari dua jenis bubur atau lebih, harganya menjadi Rp8.000.

“Es kampiun ini jadi langganan Pak Walikota dan kantor PLN tiap ada acara. Sedangkan Ampiang dadiah Rp20.000 per porsi,” imbuh nenek lima cucu ini. Sementara, sari kaya ketan, gado-gado, mi tahu, dan pecak lontong masing-masing Rp13.000 per porsi. Anda bisa menikmati menu-menu ini sampai Sianok yang digawangi delapan pegawai tutup pukul 23.00. Rasa makanannya yang lezat membuat Bofet Sianok tak pernah sepi pembeli, terutama saat pagi hari.

***

Pongek “OR” Situjuah: Dipotong Dengan Sebelah Tangan

Pongek atau pangek dalam bahasa Indonesia berarti gulai yang kuahnya dikeringkan. Gulai dengan kuah nyemek, kalau dalam bahasa Jawa. Sedangkan “OR” mengacu pada pemilik rumah makan tersebut, yaitu Ordinal (39). Dari pinggir jalan, rumah makan ini sebetulnya terlihat biasa saja. Itulah bangunan pertama yang didirikan Ordinal. “Pertama didirikan, malah sangat kecil. Ukurannya hanya 4x6 meter,” ujar Ordinal saat ditemui NOVA.

Di rumah makan yang terletak di kampung Situjuah, Payakumbuh ini, yang terkenal adalah pangek cubadak atau gulai nangka muda. Meski nangka yang disajikan per porsi ukurannya cukup besar, teksturnya sangat empuk dan mudah dipotong dengan sebelah tangan. Bumbunya yang meresap sampai ke dalam nangka membuat hati seolah tak rela hanya mendapat kuah ala kadarnya.

Namun, bukan hanya cubadak yang lezat di rumah makan yang didirikan tahun 2009 ini. Ikan bakar nila yang bumbunya manis, gurih, dan juicy juga menjadi favorit para pengunjung. Ada pula menu dendeng batokok, balado jariang alias balado jengkol yang sama sekali tak berbau, jariang batokok alias jariang cabai hijau, rendang, dan cincang kambing yang empuk. Untuk camilan, rumah makan ini menyajikan antara lain bongko dan ketan sari kaya.

Harga makanan di sini mulai Rp5.000-Rp35.000. Untuk ikan gurame ukuran besar, harganya bisa mencapai Rp65.000. Tak heran, rumah makan yang buka setiap hari pukul 08.00-21.00 ini tak pernah sepi. Hasilnya, Ordinal bisa membeli tanah di belakang rumah makannya dan mendirikan bangunan yang lebih luas, bagus, dan mampu menampung 200 pengunjung. Sebab, bangunan pertama yang letaknya di pinggir jalan hanya mampu menampung 80-an orang.

Pengunjung rumah makan yang berdiri di atas lahan seluas 2.200 meter ini tak hanya berasal dari Payakumbuh, melainkan juga dari luar kota. Rombongan pejabat, artis, atau wisawatan yang datang Jakarta pun tak absen untuk mencicipi masakan racikan Ordinal yang ia dapat dari neneknya ini. Kini, ada 30 orang pegawai yang setiap hari melayani pengunjung. Lagi-lagi, sebaiknya jangan datang sendirian ke rumah makan ini, agar banyak menu yang bisa dicicipi.

***

Pical Sikai: 300 Porsi Sehari

Sesuai namanya, kedai yang terletak di Jl. Panorama 19C, Bukittinggi ini menyajikan pical atau dalam bahasa Indonesia berarti pecel. Sementara Sikai menandakan pemiliknya, yaitu Si Khairiyah yang mulai berjualan di sana sejak 1948. Meski letaknya di dalam gang kecil tak jauh dari Lobang Jepang dan Taman Panorama, popularitas kelezatan pecel khas Minang di kedai ini sudah tersebar ke mana-mana.

Bahkan, di kalangan wisatawan yang sedang berkunjung ke Bukittinggi, termasuk wisman asal Malaysia. Bila hari libur tiba, Pical Sikai dipadati pembeli. Menariknya, sayuran yang disajikan untuk pecel terbilang cukup berbeda dibanding pecel Jawa. Pical berisi jantung pisang, lobak kol alias kol, pucuk ubi alias daun singkong, rebung yang diiris tipis, ditambah kerupuk merah khas Minang, lalu disiram kuah bumbu kacang.

Bumbu kacangnya yang dibuat tanpa kencur pun rasanya tidak semanis bumbu pecel Jawa. Kalau menginginkan sarapan berkuah, katupek sayur alias ketupat bisa jadi pilihan di sini. Untuk camilannya, kedai ini menyediakan lamang tapai yang gurih dan manis. Lamang tak lain beras ketan yang dibakar di dalam bumbung bambu, lalu disiram dengan tapai ketan hitam yang berkuah. Rasa tapai hasil fermentasi terasa agak tajam, tapi tidak membuat perut perih.

Tapai ketan hitam ini dibuat sendiri oleh Pical Sikai, sedangkan lamangnya disuplai dari orang lain. Lamang yang mampu bertahan dua hari di suhu ruang ini tak jarang dibawa sebagai oleh-oleh saat wisatawan pulang ke kota asalnya. “Seporsi pical harganya Rp12.000, sama dengan seporsi lamang tapai yang berisi dua potong lamang. Sementara, katupek sayur cukup Rp10.000 per porsi,” ujar Nilmawati (56), salah satu anak Khairiyah yang ikut mengelola Pical Sikai.

Meski banyak yang menjadikan pical dan lontong sayur sebagai menu sarapan, tak perlu khawatir kehabisan bila berkunjung ke Pical Sikai. Sebab, kedai yang dalam sehari bisa menghabiskan 300 porsi dari ketiga menunya ini buka pukul 08.00-18.00. Tak jarang, Pical Sikai dipesan untuk baralek atau pernikahan, acara kantor, dan lainnya. Kini, sehari-hari Pical Sikai dijalankan oleh tiga dari 11 anak Khairiyah, juga beberapa sepupu mereka.   

Hasuna Daylailatu