Memutus Rantai Obat Palsu

By nova.id, Selasa, 18 Juni 2013 | 04:10 WIB
Memutus Rantai Obat Palsu (nova.id)

Ia pun­ me­­ng­ingat­kan, keberadaan obat palsu ini tak terlepas dari permintaan pasar. Padahal, kesehatan merupakan investasi. "Tentu tak ada gunanya kalau mencari obat murah dengan perbedaan harga Rp 10 ribu tapi dampaknya berbahaya. Kerugiannya akan berlipat-lipat apalagi ketika usia makin lanjut sehingga konsumen tidak bisa mendapatkan kualitas hidup yang baik," papar Widyaretna.

Selain dari sisi kesehatan, konsumen pun tidak terlindungi dari sisi hukum jika membeli obat palsu. "Masyarakat yang membeli obat di warung tidak akan mendapat jaminan hukum. Jika membeli di apotek dan ketahuan palsu, konsumen bisa protes ke apoteker atau distributor yang akan menerima sangsi," tutur Widyaretna.

Murah Tapi Asli

Berdasarkan penelitian yang dilakukan LPEM UI tahun 2010, sebenarnya masyarakat tahu ada peredaran obat palsu dan hanya sekitar 10 persen orang tidak tahu. "Tapi, yang menyedihkan, meski mereka tahu obat palsu, tetap saja sebanyak 50 persen tetap membeli obat palsu dan 50 persen lainnya mau beralih," jelas Widyaretna.

Menurut Widyaretna, ada beberapa alasan kenapa masyarakat tetap membeli obat palsu. "Harga obat palsu  jauh lebih murah, sehingga banyak yang berpikir kualitas dan khasiat obat palsu hampir sama dengan obat asli serta pendapatan belum mencukupi."

Padahal, lanjut Widyaretna, ketika masyarakat tak mampu membeli obat di apotek, mereka bisa melakukan beberapa hal:

1. Lebih Murah Tanyakan ke apoteker, adakah harga obat yang lebih murah dan asli untuk jenis penyakit dengan molekul sama. "Tidak perlu malu bertanya karena ini untuk kepentingan kesehatan.  Apoteker harus bertanggung jawab menanyakan ke dokter yang memeriksa konsumen, boleh tidaknya obat diganti?" 

2. Kualitas Sama Kualitas obat asli dan obat palsu pasti berbeda. Maka, baca baik-baik informasi obat di dalam kemasan. Di sana tertera petunjuk pemakaian dan kontraindikasi. Tanyakan pula kualitasnya kepada apoteker. Oh ya, meski obat asli Anda berharga murah, kualitasnya tentu saja harus sama dengan obat asli yang harganya lebih mahal.

3. Berpikir Cerdas Khasiat obat tergantung profil tubuh manusia dan hasilnya pasti berbeda. Ada yang minum obat A sembuh dalam sehari, sementara orang lain butuh waktu berhari-hari. "Hal itu disebabkan karena perbedaan usia, gender, dan genetik. Jadi, kalau tidak mempan bukan berarti tidak bagus."

Bila Anda tak paham, tanyakan kepada apoteker. "Misalnya, 'Kenapa hasilnya bisa berbeda? Kok, saya muntah-muntah setelah minum?' Bisa saja muntah-muntah tadi karena obat memang sedang bekerja mengeluarkan racun-racun. Oleh karena itu, jangan lupa membaca kontraindikasi yang ditimbulkan," tegas Widyaretna.

4. Beli Setengah Selama ini, obat masih dilihat sebagai biaya dan mahal. Padahal, "menabung" kesehatan bertujuan untuk investasi kesehatan. "Kalau sehat dan sembuh dari sakit, orang bisa produktif dan kembali bekerja," tutur Widyaretna. Ia juga menyarankan membeli obat sebanyak setengah dulu. "Tanyakan dulu apakah bisa atau tidak karena belum tentu semua obat harus dihabiskan, kecuali antibiotik," papar Widyaretna.

5. Ada HukumanTahukah Anda? Ada hukuman bagi pemalsu obat. "Sebenarnya kerangkanya sudah jelas, tinggal mau dipakai hukum yang mana."