Anak akan memberi ketika ia diberi. Dalam penelitian, anak-anak yang menerima pola asuh attachment parenting (berdasar ikatan batin orangtua-anak)selama dua tahun pertama, cenderung menjadi anak-anak yang berbagi di tahun-tahun mendatang. Hal ini disebabkan, anak-anak telah menerima kemurahan hati orangtuanya dan memutuskan mengikuti role model mereka. Juga, anak merasa nyaman cenderung lebih mengembangkan sikap berbagi. Seorang anak yang dibesarkan dengan pola asuh yang tepat akan memiliki citra diri yang kuat. Dia lebih sedikit membutuhkan hal-hal yang memvalidasi harga dirinya.
5. Contoh kedermawanan
Ibaratnya, siapa melihat, dia akan melakukan. Ketika seseorang meminta untuk meminjam "barang" (yang dapat diasosiasikan anak sebagai mainan) Anda, jadikan ini seagai momen mendidik anak. Misal, katakan "Mommy berbagi buku resep dengan teman mommy". Biarkan momen berbagi Anda bersinar. Begitupula, berikan pengalaman berbagi pada anak, misalnya dengan menawari "Apa kamu mau kue punya mommy?" "Ayo duduk bersama mommy dan ayah, kita sisihkan tempat duduk buatmu". Jika Anda memiliki beberapa anak, terutama yang usianya berdekatan, akan ada saat-saat orangtuanya tak cukup bagi mereka. Dua anak tidak dapat memiliki seratus persen ayah atau ibunya. Dan, yang terbaik yang Anda bisa dilakukan adalah membagi cukup waktu. "Tidak adil" mungkin keluhan ini akan diulang oleh anak-anak. Cobalah memberi kesempatan yang sama sebanyak mungkin, sementara mengajarkan anak-anak Anda faktor lain yang ikut bermain dalam kehidupan sehari-hari.
6. Bermain games
Mainkan "Berbagi ayah". Misalnya dengan, memangku anak dua tahun di satu lutut dan empat tahun di lulut yang lain. Ini mengajarkan anak untuk berbagi orang spesial mereka. Anak berusia 2 tahun juga bisa bermain "Berbagi Harta Benda". Misalnya dengan, berikan (pada anak berusia 2 tahun) beberapa bunga, kerupuk, blok, atau mainan, dan mintalah untuk membagikan pada semua orang di ruangan. Ajaklah, "berikan satu untuk kakak, berikan satu untuk ayah.." . Dengan demikian Anda juga menyampaikan pesan jika berbagi adalah cara hidup normal dan menebar sukacita adalah hal yang menyenangkan.
AJARKAN PRINSIP HIDUP DENGAN BERMAIN
Cara yang baik mengajarkan prinsip-prinsip hidup pada anak yang sangat belia adalah dengan bermain. Permainan menarik perhatian anak, sehingga pelajaran dapat terangkum didalamnya kendati diberikan dengan cara yang menyenangkan. Anak-anak cenderung lebih mudah mengingat dengan belajar sambil bermain ketimbang dinasihati.
7. Kapan harus ikut campur
Sementara orangtua mengharapkan balita dapat berbagi, cobalah manfaatkan setiap kesempatan untuk mendorong anak bergiliran. Ajarkan anak bagaimana mengomunikasikan kebutuhan kepada teman-temannya. Misalnya dengan mengatakan, "Nanti kalau Nadine sudah selesai mengendarai mobil, baru kamu bisa mengendarainya. Coba tanya pada Nadine, kapan selesainya." Atau "Cobalah ulurkan tanganmu dan tunggu. Nadine akan berikan bonekanya kalau dia sudah siap.." Ketika perselisihan mainan dimulai, kadang-kadang tidak perlu terburu-buru untuk turut campur didalam perselisihan anak. Berikan anak ruang dan waktu untuk mencari jalan keluar di antara mereka sendiri. Tetap amati di luar arena dan perhatikan apa yang mereka lakukan. Jika dinamika kelompok menuju arah yang benar, dan anak-anak mampu bekerja sama mencari jalan keluar mereka sendiri, cukup amati saja. Jika situasi memburuk, barulah Anda boleh campur tangan. Belajar secara mandiri sembari diarahkan memiliki nilai yang abadi di hati anak-anak.
8. Terapkan waktu berbagi
Menggunakan timer dapat membantu Anda menjadi wasit perebutan mainan. Johnny dan Jimmy, kakak beradik yang kerap mengalami kesulitan berbagi mainan. Orangtua perlu campur tangan dengan meminta masing-masing anak sisi koin, dan yang mendapat sisi koin yang ditentukan akan mendapatkan kesempatan bermain pertama. Jangan lupa atur timer. Dua menit adalah waktu yang tepat untuk anak-anak (masih kecil). Anda dapat meminta anak yang lebih tua menunggu lebih lama. Ketika timer berbunyi, mainan harus berpindah ke anak kedua dengan jumlah waktu yang sama (meskipun ia mungkin telah lupa bahwa ia menginginkannya).
Mungkin awalnya, perlu beberapa kali upaya agar anak mau menyerahkan sendiri mainannya. Orangtua dapat mendorong anak mengulurkan mainan kepada anak yang lain. Sembari Anda memuji sikapnya yang sangat bagus. Jika Anda terbiasa menggunakan timer, anak-anak yang berselisih suatu ketika akan pergi pada ibunya sembari berkata "Ibu, tolong atur timer. Jimmy tidak mau berbagi". Dampaknya anak-anak akan belajar soal berbagi sesuai pengaturan waktu dan belajar menahan kepuasan bermain demi orang lain.