Dian Pelangi, Anak Bawang Yang Menembus Dunia

By nova.id, Selasa, 30 Maret 2010 | 09:10 WIB
Dian Pelangi Anak Bawang Yang Menembus Dunia (nova.id)

Dian Pelangi Anak Bawang Yang Menembus Dunia (nova.id)

"Dian Pelangi (Foto: Edwin Yusman) "

Bagaimana awalnya Anda tertarik menekuni dunia fashion?

Sejak kecil saya sudah suka menggambar baju. Bahkan kalau ingin baju baru, Ibu selalu menyuruh saya untuk mendesain sendiri baju yang saya inginkan. Kata Ibu, "Buat apa beli kalau kita sendiri penjahit dan punya bahannya?" Begitu selalu Ibu menasehati saya. Jadi, sejak kecil saya sudah biasa menggambar busana. Awalnya memang terpaksa bikin baju, tapi lama-lama jadi senang.

Lulus SMP saya masuk SMKN 1 Jurusan Tata Busana di Pekalongan. Kebetulan saat itu bersamaan dengan kepindahan orangtua ke Pekalongan untuk membuka pabrik tekstil. Lulus SMK, saya pun mulai diberi tanggung jawab meneruskan butik Dian Pelangi di Jakarta. Padahal, waktu itu umur saya masih 16 tahun. Mungkin memang sengaja diceburkan ke dunia fashion oleh orangtua.

Di Jakarta, saya semakin serius menekuni dunia fashion. Saya lalu kuliah di sekolah mode ESMOD selama setahun. Alasannya, lebih dekat dengan tempat tinggal saya di Jakarta dan belum diizinkan ke luar negeri karena masih kecil.

Anda memulai semuanya sendiri ya?

Mulai dari desain, marketing dan promosi saya lakukan sendiri. Bahkan, mulai dari benang hingga jadi busana siap pakai, semua saya lakukan sendiri. Kebetulan keluarga saya memiliki pabrik tekstil di Pekalongan, Jawa Tengah. Jadi, kalau ada pelanggan yang ingin mendesain corak busana sendiri, saya bisa membantu.

Sebenarnya yang memulai ini semua adalah orangtua, saya hanya meneruskan saja. Semua proses ini mereka mulai dari nol, dari menjumput, membatik sampai mewarnai. Jumlah karyawan yang awalnya hanya 5 orang, berkembang hingga 350 orang karyawan dalam waktu 17 tahun. Butik ini pun sebenarnya sudah disiapkan oleh orangtua, makanya dinamakan Dian Pelangi.

Anda beruntung sekali ya?

Iya, benar sekali. Saya jadi lebih puas berimajinasi dalam berkarya. Busana jadinya sesuai dengan apa yang saya inginkan. Sehingga saya bisa total dalam berkarya, semuanya juga berkat dukungan keluarga. Hasilnya pasti total. Memang pembuatan satu jenis busana jadi agak lama, karena semuanya dibuat sesuai pesanan dan hand made. Satu corak batik saja pengerjaannya bisa sampai tiga bulan. Belum lagi sekarang masuk musim hujan, jadi pengeringan batik agak lama.

Enggak takut mengelola bisnis sendirian di Jakarta?