Dian Pelangi, Anak Bawang Yang Menembus Dunia

By nova.id, Selasa, 30 Maret 2010 | 09:10 WIB
Dian Pelangi Anak Bawang Yang Menembus Dunia (nova.id)

Acara fashion show APPMI berjudul Kembali Fitri, Agustus 2009 lalu. Alhamdulillah tanggapannya positif sekali. Disitu saya menunjukkan sesuatu yang berbeda dari busana muslim kebanyakan. Salah satunya dengan menggunakan warna-warna berani atau shocking. Disitu saya tunjukkan karakter saya.

Oktober 2009 saya juga sempat pameran di Abu Dhabi, diajak Kementrian Perindustrian dan Perdagangan. Lucunya, sebelum berangkat seorang perancang bilang, jangan membawa batik ke sana karena susah lakunya. Ternyata enggak, tuh. Justru busana muslim bercorak batik yang saya bawa habis dibeli. Dari 50 potong yang saya bawa, sisanya tinggal 5 potong!

Dalam waktu berdekatan, saya juga ikut ambil bagian di Jakarta Fashion Week, November 2009. Kembali saya mendapat tanggapan positif, bahkan semakin sangat luar biasa. Seakan semua orang saat itu membicarakan saya. Sampai masuk majalah di mana-mana. Padahal, saya enggak berharap seperti itu, benar-benar enggak menyangka.

Dari situ, koleksi saya dilirik oleh Kementrian Pariwisata untuk dibawa ke London, Inggris, April 2010 nanti dalam acara Indonesia Is Remarkable di Harrods.

Apa sih, keunggulan busana rancangan Anda?

Selain desain, saya enggak membandrol busana rancangan saya dengan harga tinggi. Makanya banyak yang mengajak saya kerjasama untuk menjual kembali di tokonya. Ada tiga koleksi Dian Pelangi. Yaitu Mass Production, saya bandrol di harga sekitar Rp 100 ribu sampai Rp 800 ribu. Kemudian Special Collection, berkisar di harga Rp 1 juta sampai Rp 3,5 juta. Private Collection ada di kisaran harga Rp 2 juta sampai Rp 5 juta-an.

Dari mana biasanya Anda mendapat ide untuk rancangan busana?

Tergantung mood dan perkembangan fashion juga. Misalnya tahun kemarin dan tahun ini masih menggunakan jumputan. Soalnya, kan, yang lain sedang ramai dengan batik. Padahal, jumputan itu juga enggak kalah unik dan bagusnya. Jumputan pun bisa dipakai semua kalangan dan berbagai usia. Tapi, tetap enggak mengenyampingkan karakter saya yang ceria, warna-warni dan bernafas etnik.

Perkembangan tren fashion enggak terlalu menjadi pertimbangan buat saya. Justru saya ingin menciptakan tren. Seperti tujuan APPMI, yang ingin menjadikan busana muslim Indonesia sebagai kiblat fashion busana muslim dunia.

Misalnya ketika orang lain heboh dengan potongan kalelawar, saya enggak ikutan dan malah membuat busana dengan potongan yang simpel dan santai, tapi bisa dipakai ke pesta. Ternyata rancangan itu sekarang ramai diminati.

Ide bisa muncul dari mana saja dan kapan saja. Pernah, sedang di jalan, saya dapat ide dan langsung saja digambar.

Sepertinya semakin terungkap, banyak keberuntungan yang menghampiri Anda ya?