Dian Pelangi, Anak Bawang Yang Menembus Dunia

By nova.id, Selasa, 30 Maret 2010 | 09:10 WIB
Dian Pelangi Anak Bawang Yang Menembus Dunia (nova.id)

Ibu terus mengontrol dari Pekalongan. Sampai sekarang, setiap pagi Ibu selalu menelpon. Ibu juga yang menjadi motivasi aku menjadi seperti sekarang ini. Dulu, Ibu yang mengarahkan saya untuk menawarkan desain-desain kita ke majalah. Ibu juga yang menyuruh saya ikut bazaar dan pameran. Bismillah saja, dan alhamdulillah semuanya berjalan lancar dan mulai dikenal orang.

Sampai tahun 2009 saya disuruh gabung ke APPMI (Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia). Alhamdulillah saya lolos dan menjadi anggota termuda, bahkan sampai sekarang saya masih menjadi angota termuda di asosiasi itu.

Pernah merasa diremehkan oleh anggota yang lain?

Enggak, sih. Justru saya yang enggak enak hati karena terkadang disejajarkan dengan perancang senior. Saya malah sempat down. Tapi, justru saya jadi semangat untuk membuktikan diri bahwa saya sanggup dan mempunyai kemampuan yang sama seperti anggota yang lain. Bagi saya, jika ingin dihargai kita harus menunjukkan, kita memang patut untuk dihargai.

Di situ pula saya mulai sering mengikuti berbagai fashion show dan menunjukkan kemampuan saya. Lihat, anak bawang ini juga bisa. Untungnya pula di APPMI saya terbilang aktif, saya rajin menawarkan diri untuk membantu segala kegiatan APPMI. Suatu kali, saya mendapat tugas mencari gedung untuk fashion show, siapa menyangka saya justru bertemu pacar saya, lho.

Wah, bagaimana ceritanya?

Waktu itu, saya mendapat gedung ISQ milik Pak Ary Gunawan. Ternyata ibundanya Pak Ary pelanggan busana saya. Ketika beliau berulang tahun pada Agustus 2009 lalu, saya dikenalkan dengan seorang cucunya. Alhamdulillah, ternyata nyambung dan hubungan kami berjalan sampai sekarang.

Kembali ke fashion, kapan sih pertama kali ikut fashion show?

Mei 2009, di Melbourne, Australia. Awalnya, busana saya ditampilkan dalam sebuah majalah muslim nasional. Majalah itu kebetulan bekerjasama dengan Kementrian Pariwisata untuk mengadakan fashion show di sana. Yang tidak disangka, selain saya, seorang perancang senior Iva Latifah juga diajak. Saya benar-benar terkejut dan enggak menyangka, kok, saya yang junior ini diajak juga.

Saya sendirian ke sana dengan membawa 40 busana. Untungnya, saya ada kenalan di Melbourne, jadi bisa membantu saya menyiapkan busana-busana itu untuk dipamerkan. Kalau enggak, terbayang, kan, bagaimana saya harus menyetrika busana itu sendirian dan memakaikannya ke para model?

Alhamdulillah responnya sangat bagus. Liputan mengenai saya dimuat di surat kabar bernama The Edge. Dan, sampai sekarang ada sebuah outlet yang menjual busana rancangan saya di Melbourne. Ke depannya, Insya Allah, akan menyusul di Sydney dan Perth.

Selain di Australia, fashion show apa lagi yang pernah Anda ikuti?