Lalu, bagaimana dengan band lainnya?
Dengan keberhasilan Kangen Band, kami pun mengkhususkan diri di jalur musik. Saat itu, berkat Ratu, band duo yang sedang nge-tren, kami pun mengangkat T2 (baca: titu. Tika dan Tiwi AFI). Tadinya mereka sempat ingin keluar dari Positif Art lantaran kami tak kunjung mendapatkan label untuk mereka. Untungnya setelah masuk label Nagaswara, singel Oke mereka bisa menjadi hits. Keberhasilan Kangen Band dan T2 inilah yang membuka jalan bagi penyanyi dan band baru lainnya melamar ke Positif Art. Salah satunya Wali. Butuh hampir setahun bagi saya untuk menerima Wali karena beberapa kali lagunya saya tolak untuk diperbaiki lagi sampai bisa dijual. Mereka hampir frustasi gara-gara itu, lho.
Anda, kan, bukan musisi. Bagaimana Anda bisa menilai suatu lagu bisa dijual atau tidak?
Hahaha... Modal nekat saja. Menurut saya, lagu yang bisa dijual itu tidak hanya enak di kuping, tapi juga harus sampai ke hati. Kalau bisa, sampai menusuk hati. Kalau cuma enak di kuping, saya akan kembaikan ke mereka untuk diperbaiki lagi.
Katanya Anda juga punya keahlian dalam memberi nama band atau judul lagu ya?
Ya. Beberapa band di Positif Art saya ganti namanya, tapi kalau saya anggap sudah menjual, ya tidak perlu. Kangen Band menurut saya sudah bagus, meski dulu sempat terpikir untuk menggantinya jadi The Lamp, yang mengandung arti band dari Lampung. T2 saya sendiri yang menamakannya. Kata Titu terasa enak didengar. Kalau Wali, sebelumnya bernama Fiera.
Sebagai produser, mereka juga harus mengkonsultasikan semua lagu dan judulnya ke saya. Seperti judul lagu Cari Jodoh-nya Wali, itu saya yang pilihkan. Judul album pertama Wali, Dik, juga pilihan saya.
Kalau orang bilang, nama atau judul lagunya terdengar norak, saya tak peduli. Buktinya, dengan segala kenorakan yang dimiliki Kangen Band, lagu mereka laku di pasaran. Prinsip saya, yang norak itu yang laku.
Kini, sudah berapa band yang Anda manajeri?
Sudah ada 10 band. Beberapa masih dalam proses. Mereka semua berasal dari daerah, ada yang dari Kendari, Palembang, Bandung, Cianjur, Sukabumi, Jogja, Banten, dan lainnya.
Kenapa lebih suka mengambil band dari daerah?
Orang dari daerah itu lebih mudah dibentuk dan tak banyak tingkah. Selain itu, saya ingin membantu mewujudkan mimpi-mimpi mereka untuk bisa berhasil di dunia hiburan. Mungkin banyak manajer yang malas menggarap mereka karena tidak tahu apa yang "menjual" dari band itu. Tapi saya mau dan tahu. Yang penting, kan, mereka punya bakat dan kemauan untuk maju. Tapi ya itu tadi, saya harus meluangkan waktu untuk me-laundry sebelum dijual. Supaya bisa kumpul, mereka saya kontrakkan di Cibubur. Semacam basecamp gitu lah. Lucunya, manajemen kami terlihat kayak yayasan tenaga kerja saja. Hahaha... Alhamdulillah, sekarang sudah banyak label yang mulai percaya pada Positif Art. Dengan begitu, kerjasama saya dengan mereka jadi lebih mudah.