Komentar Anda soal cap "Manajer Kampungan"?
Enggak apa-apa. Saya senang, kok. Justru terdengar lebih unik. Itu sah-sah saja. Yang penting, kami bekerja secara profesional dan tidak kampungan. Kami tahu benar bagaimana menjual artis dan punya strategi dalam memasarkan atau mempromosikan mereka. Menjadi kebahagiaan besar bagi saya ketika mereka semua bisa sukses dan mampu memperbaiki kondisi ekonomi mereka dengan membeli rumah, mobil, atau barang lainnya, yang dulu hanya jadi angan-angan mereka saja.
Pernah gagal menggarap sebuah band?
Ada beberapa, tapi itu tidak membuat kami patah semangat. Penyebabnya mungkin karena salah strategi saja. Kami belajar dari kesalahan itu dan berusaha keras untuk memperbaikinya.
Ada tidak artis daerah yang kaget dengan popularitas yang didapatnya?
Ada saja, itu manusiawi. Secara psikologis, keberhasilan itu kadang membuat mereka berubah. Tiba-tiba mereka merasa paling penting karena sudah dielu-elukan banyak orang. Dalam hal ini, saya memosisikan diri sebagai orangtua dan berusaha mengingatkan mereka. Caranya, mengingatkan kembali dari mana mereka berasal sebelumnya. Personal touch seperti itu biasanya berhasil untuk mengembalikan rasa rendah hati mereka. Alhamdulillah, banyak yang sadar. Ada juga, sih, yang bandel, tapi setelah itu kembali lagi.
Oh ya, ada juga artis saya yang sempat keluar dan masuk ke manajemen lain, tapi tak lama kemudian balik lagi. Dalam menjalani bisnis ini, saya berusaha ikhlas dan terbuka saja karena yang kami kelola ini, kan, manusia, bukan robot.
Rencana Positif Art ke depan?
Kami sedang membuat rumah produski dengan program reality show, namanya Selebriti Berbagi dan Wali Nikah. Kami juga membangun penerbitan dengan merilis beberapa buku tokoh dunia hiburan, dan sedang merintis badan usaha pencitraan para artis yang mau terjun ke politik. Untuk yang ini, sudah ada dua artis yang kami tangani.
Ahmad Tarmizi