"Seiring anak-anak menginjak pubertas, saat itulah konflik dalam keluarga meningkat," demikian ditegaskan Madeline Levine, PhD, penulis Teach Your Children Well. Hal ini, menurut Madeline akan membuka pintu konstan di wajah Anda mengekspresikan 'Saya tidak ingin membicarakannya'. Tapi kelelahan yang ada bukanlah alasan melonggarkan aturan wajib.
Jika Anda benar-benar membenci konflik, sesekali dapat membiarkan beberapa hal kecil lolos, tapi penting bagi kredibilitas Anda sebagai orang tua untuk terus bersikap keras akan hal-hal yang penting.
"Pilih pertempuran Anda, tapi jangan mundur. Orangtua tidak boleh mundur.." tegas Madeline.
3. Membuat Alasan Sekolah
Remaja yang ingin lepas tanggung jawab di rumah, kerap menggunakan alasan sekolah. Dan karena orang tuanya adalah seorang pemaksa, untuk apa pun yang terkait akademisi bisa menjadi alasan anak untuk menghindari tanggung jawab. Misal, ketika orangtua meminta anak membereskan kamar, anak berkilah 'aku mau belajar di tempat si A'. Padahal di sana pun anak hanya bermain.
Orangtua mungkin berpikir telah membantu anak dengan membantu beberapa tugas yang seharusnya menjadi tanggungjawab anak. Akan tetapi sikap permisif ini dapat merusak anak dalam jangka panjang.
"Ketika anak-anak terjun ke masyarakat, mereka harus memiliki beberapa keterampilan. Dan di dunia nyata, tidak akan ada orang yang membantunya tanpa dirinya mau berusaha," kata Levine.
Untuk memastikan anak tumbuh menjadi orang dewasa yang baik, pastikan anakmengerjakan semua tanggung jawabnya. Ini akan mastikan mereka memiliki hubungan yang baik dengan sesama, pekerjaan yang baik, dan menjadi orang tua yang baik di masa depan.
4. Jadilah Teman Anak Remaja Anda
Beberapa orangtua terlalu permisif lebih peduli apakah anak remaja mereka menyukai orangtuanya atau tidak, ketimbang menjadi figur otoritas yang efektif.
"Sebagai seorang teman, orangtua tidak bisa leluasa melarang ini itu, tetapi pada anak usia 14 atau 15 tahun, hal ini boleh dilakukan, "ujar Sax. "Beberapa ibu, merasa jika mereka tidak memiliki otoritas untuk melakukan ini."
Padahal remaja membutuhkan orangtua yang otoritatif untuk membantu membuat pilihan yang tepat. Jika Anda lebih siap mengubah hubungan dengan anak remaja Anda, perlu melakukan perubahan besar. Cobalah duduk dengan anak dan katakan "Ibu belum menjalankan ini dengan benar" dan koreksi beberapa kesalahan anak yang terjadi. Dan ingat, tidak pernah ada transisi yang mulus dari 'teman' menjadi orangtua.
5. Reward dengan Teknologi
Remaja mungkin bisa mendapatkan smartphone di usia muda, seringkali mereka mengemis pada orangtua untuk bisa memilikinya. Memberi apa yang mereka minta bukanlah hal yang baik bagi anak. Jika Anda meluluskan permintaah hanya karena Anda merasa kasihan anak tidak bisa menghubungi ketika butuh tumpangan pulang, ini bukanlah alasan yang tepat memberi anak gadget. Lagipula, orangtua tidak akan selalu dapat memantau akun dan media sosial yang dapat diakses anak. Pada anak-anak usia sekolah dasar dan sekolah menengah, kontrol harus tetap dilakukan sebanyak mungkin.
Jika Anda sudah terlanjut memberikan gadget, gunakan untuk mendorong perilaku yang lebih baik.
"Hal terbaik tentang smartphone adalah Anda dapat menyitanya atau menghentikan layanan," kata Kastner. "Katakan pada anak, 'kamu bisa mendapatkan telepon sebagai upah menjadi anak yang baik, tidur tepat waktu, dan mengerjakan pekerjaan rumah sendiri'. Jika mereka melanggarnya, hubungi operator dan minta mereka mematikan layanan telepon tersebut," tandas Kastner.
Laili/dari berbagai sumber