Jangan anggap sepele cacingan pada anak. Akibatnya bisa sampai kekurangan gizi, lo, Bu!
Cacingan memang tak tergolong penyakit berat atau yang langsung mengakibatkan kematian. Tapi, harap diingat, penyakit cacingan berdampak buruk terhadap kesehatan, nutrisi, tingkat kecerdasan, serta perkembangan mental. Terutama jika terjadi pada saat anak dalam masa pertumbuhan.
Kok, bisa begitu parah? "Ya, karena cacingan bisa mengakibatkan anak kekurangan gizi sehingga dampaknya bisa menjadi lebih buruk," tutur Dr. Rachmat Kurdi, Sp.A, dari RSIA Hermina Jatinegara.
Untuk saat ini, ungkap Rachmat, jumlah mereka yang terkena cacingan masih tergolong tinggi di Indonesia. Penyebabnya beragam. Antara lain, iklim tropis dan kelembaban udara yang ternyata sangat sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan larva dan telur cacing. Kecuali itu, disebabkan pula oleh faktor sosial ekonomi yang buruk, kebersihan yang tidak terjaga, dan kepadatan penduduk.
BISA KURANG GIZI
Begitulah, hampir semua anak usia 1-10 tahun terkena infeksi cacing. "Umumnya infeksi di sini belum sampai menimbulkan gejala cacingan. Tapi, cacing-cacing sebagai parasit, sudah masuk ke dalam tubuh anak," jelas Rachmat.
Sesuai namanya, cacingan disebabkan oleh cacing. Ada tiga jenis cacing yang biasanya menjadi penyebab penyakit ini, yaitu cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichuira), cacing tambang (Ancylostoma duodenale).
Cacing gelang hidup di daerah usus halus, tempat sebagian besar makanan yang masuk diserap. Infeksi cacing gelang bermula dari telur cacing yang terbawa oleh makanan yang masuk ke dalam mulut si anak. Telur-telur cacing ini kemudian menetas, menembus dinding usus, dan masuk ke dalam aliran darah menuju paru-paru. Kemudian keluar dari tenggorokan sampai ke ludah. Ludah yang mengandung larva cacing ini akan tertelan kembali dan masuk ke dalam usus halus. Nah, di tempat inilah cacing gelang akan tumbuh dewasa.
Cacing-cacing gelang yang hidup di dalam saluran pencernaan ini seringkali menimbulkan kembung, mual, dan muntah-muntah pada si kecil. Anak pun biasanya kehilangan nafsu makan dan umumnya dibarengi dengan diare karena ketidakberesan pada saluran pencernaan.
Di samping itu, cacing-cacing gelang yang sudah dewasa akan mengambil makanan yang masuk. "Tak heran jika bisa mengakibatkan penderita kekurangan gizi," tegas Rachmat.
Pada kasus yang berat, cacing-cacing gelang yang jumlahnya banyak ini akan menggumpal dan berbentuk seperti bola. Jika sudah seperti ini, bukan tidak mungkin akan terjadi sumbatan di saluran pencernaan anak.
Sedangkan cacing cambuk dewasa hidup di dalam membran usus besar sehingga tidak menganggu pencernaan makanan. Kendati demikian, dapat menimbulkan peradangan di sekitar tempat hidup si cacing. Pada kondisi infeksi cacing cambuk yang ringan, gejala tidak akan terlalu tampak. Namun pada kondisi yang parah, cacingan karena cacing cambuk ini mengakibatkan diare yang parah. Jika kondisi ini dibiarkan bisa membuat perdarahan usus dan anemia.
Peradangan pada kasus ini bisa menimbulkan gangguan perut yang hebat. Itu sebabnya pada anak yang terkena cacingan jenis ini juga bisa menimbulkan mual, muntah, dan perut kembung.
Kasus cacingan jenis cacing tambang berbeda dengan kedua jenis yang sudah disebutkan tadi. Cacing tambang menetas di luar tubuh manusia. Larva cacing masuk ke dalam tubuh melalui kulit.
Cacing tambang yang hidup menempel di usus halus mengisap darah penderitanya. Soalnya, memang darahlah yang menjadi santapan para cacing tersebut. "Tak heran kalau gejala yang muncul berupa lesu, pucat, dan bisa mengakibatkan anemia berat," terang Rachmat.
SETAHUN SEKALI
Pemberian obat cacing merupakan salah satu cara pencegahan cacingan pada anak. Kendati obat cacing ini dijual bebas, sehingga tidak perlu resep dokter, sebaiknya para ayah dan ibu tetap hanya memberikan obat tersebut berdasarkan indikasi. "Sebagai pencegahan, pemberian obat cacing dilakukan minimal setahun sekali," ujar Rachmat. Jika kondisi lingkungan tidak bersih, tempat di mana cacing-cacing tumbuh subur, sebaiknya dilakukan 3-6 bulan sekali.
Yang perlu diingat orang tua, kendati aman, obat tetap mengandung zat kimia yang merupakan racun jika diberikan melebihi dosis. Karena itu, jangan sembarangan memberi obat jika tanpa indikasi.
Anak-anak di atas usia 1 tahun sudah bisa mengkonsumsi obat-obatan tersebut. Sedangkan yang di bawah usia tersebut sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter. Untunglah, umumnya cacingan sendiri lebih banyak diderita oleh anak-anak di atas usia 1 tahun. Mungkin karena pada usia demikian, si anak sudah mulai bermain.
Obat-obatan tersebut biasanya berhasil mengeluarkan cacing-cacing dari dalam tubuh. Umumnya keluar saat buang air besar.
Tetapi, obat-obatan tersebut hanya diberikan jika cacingan muncul dalam gejala ringan. "Jika sudah berat, segera bawa ke dokter agar segera bisa ditangani dengan baik," tutur Rachmat.
Bukan apa-apa, gejala yang berat akan berakibat fatal. Katakan saja, jika si anak sudah lesu berlebihan, tidak ada nafsu makan, muntah, dan sebagainya, tentu akan mengakibatkan daya tahan tubuhnya semakin menurun. Akibatnya, ia akan mudah terserang infeksi lain. "Ini yang berbahaya," ujarnya.
HIDUP SEHAT
Jadi, bagaimana cara kita agar anak terhindar dari penyakit cacingan? Yang paling ampuh, pemberantasan cacingan dilakukan dengan perilaku hidup sehat pada anak dan seluruh keluarga. Biasakan untuk selalu hidup bersih, seperti cuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar dengan sabun. Kemudian potonglah kuku secara berkala agar tetap pendek dan bersih.
Jangan pula lupa memilih dan mengolah makanan dengan bersih. Misalnya, mencuci sayuran lewat air kran yang mengalir. Kemudian, tidak membiarkan makanan dihinggapi lalat karena biasanya lalat mampu membawa telur-telur cacing. Nah, bila ia hinggap pada makanan kita, maka telur tersebut akan berpindah.
Begitu juga dengan kebiasaan jajan yang buruk. Biasakan anak untuk tidak jajan jenis makanan dan di tempat sembarangan.
Jadi, kuncinya adalah melaksanakan hidup bersih dan sehat sehingga cacing pun takut mendekat. Nah, kalau sudah begitu, kalau ada yang bertanya, "Anak Ibu cacingan", Anda bisa dengan lantang menjawab, "Tentu tidak!"
Kremian, itu istilah para orang tua jika si anak menderita cacingan akibat jenis cacing kremi (Enterobius vermicularis). Orang tua memang sering mengaitkan penyakit ini dengan kebiasaan anak mengemil kelapa parut atau ikan. Tentu saja itu tidak benar. Yang jelas, kesamaannya dengan kelapa parut adalah karena bentuk cacing ini kecil-kecil dan berwarna putih.
Telur cacing kremi masuk ke dalam tubuh anak melalui mulut untuk kemudian bersarang di usus besar. Setelah dewasa, cacing berpindah ke anus. Nah, jika dalam jumlah banyak, cacing ini bisa menimbulkan gatal-gatal dan biasanya muncul malam hari. Tak heran kalau si kecil tampak rewel akibat gatal-gatal yang tak bisa ditahannya.
Sebaiknya olesi daerah anus dan sekitarnya dengan baby oil. Kecuali itu, pisahkan semua peralatan untuk menghindari penularan. Jangan salah, lo, barang-barang seperti handuk, pakaian, celana, bisa menjadi media untuk menyebarkan cacing kremi tersebut.
Riesnawiati Soelaeman/nakita