Buta warna perlu dideteksi sejak dini, agar orang tua bisa mengarahkan anak untuk pemilihan karirnya kelak.
"Aku, dong, mau jadi pilot pesawat tempur," ujar Indra pada teman-temannya. "Pilot? Mana bisa? Kamu, kan, buta warna, enggak bisa bedain warna hijau sama merah. Nanti pesawatnya nabrak, dong!" Radithe malah mengolok-oloknya dan disambut gelak tawa teman-temannya yang lain. Indra tentu saja sedih. Orang tuanya pun turut prihatin mendengarnya. Tapi, mengapa, sih, Indra tak bisa membedakan warna seperti teman-temannya? Mungkinkah ini yang disebut buta warna?
Menurut dr. Setyowati Suhardjono, Sp.M., buta warna adalah ketidakmampuan melihat warna-warna tertentu. Sementara penglihatan normal memiliki tiga sub sistem, yaitu pembeda terang-gelap, kuning-biru, serta merah-hijau. Buta warna terjadi karena kekurangan pada satu atau dua sub sistem tersebut.
Lebih jelasnya, ujar Wati, sapaan akrab ahli mata ini, buta warna diakibatkan terjadi kerusakan/kelainan pada sel-sel kerucut yang terdapat pada retina sentral. "Selain sel-sel kerucut, retina mata memiliki sel-sel berbentuk batang. Sel-sel kerucut sendiri terdiri dari tiga macam, yakni sel kerucut untuk warna merah, warna biru, dan warna hijau."
KERUSAKAN MAKULA
Buta warna dapat bersifat kongenital (diturunkan) dan buta warna acquired (yang didapat). "Sebagian besar terjadi secara kongenital," ujar dokter dari RSUPN Cipto Mangunkusumo ini. Buta warna kongenital paling banyak terjadi karena kelainan gen yang terangkai dengan kromosom X. "Itulah mengapa buta warna banyak terjadi pada anak laki-laki."
Buta warna jenis ini dibedakan berdasarkan tipe kerucut yang dimiliki; dichromat (buta warna sebagian) memiliki 2 dari 3 kerucut warna, manochromat (buta warna total) hanya memiliki 1 kerucut warna. Gangguan pada sel-sel kerucut tersebut bisa terjadi sebagian, bisa juga keseluruhan. Pada kasus dichromat yang umum terjadi buta warna merah-hijau dengan sistem biru-kuning dan terang-gelap masih berfungsi. Ada juga kasus buta warna kuning-biru, hanya bisa membedakan warna merah-hijau. Tapi, jika sel-sel kerucut sama sekali tidak berfungsi, maka anak benar-benar tidak tahu warna-warna yang dilihatnya. Seperti pada penderita manochromat hanya bisa melihat hitam, putih, dan abu-abu.
Nah, bila gangguan sel-sel kerucut hanya pada fungsi warna, penglihatan anak juga akan tetap tajam. "Jadi, anak tidak perlu memakai kaca mata."
KERUSAKAN RETINA
Sementara itu, Bu-Pak, buta warna acquired diakibatkan kerusakan pada daerah retina. "Sehingga penglihatan si anak akan jadi jelek." Untuk anak-anak yang seperti ini mungkin harus dibantu dengan alat-alat low vision, seperti kaca mata.
Penyebab buta warna jenis ini ada penyakit yang bisa menyebabkan hilangnya fungsi penglihatan warna karena kerusakan sel kerucut yang berada di makula (bintik kuning). Misalnya, seseorang makan obat-obat tertentu yang menyebabkan intoksikasi atau keracunan di mata. "Bila keracunan terjadi di makula, maka ia akan menderita gangguan penglihatan warna," lanjut Wati.
Selain itu, janin dari ibu yang menderita infeksi toksoplasma juga bisa mengalami gangguan penglihatan warna. Tingkat keparahannya sangat tergantung pada saat kejadian infeksinya. Bila ibu hamil terkena infeksi toksoplasma pada kehamilan trimester pertama maka kemungkinan terjadi abortus, janin tidak bisa dipertahankan. "Tapi bila infeksi terjadi pada usia kehamilan trimester ketiga, maka akan timbul cacat, misalnya pada mata."
Nah, toksoplasma yang ditularkan ibu hamil pada janin tersebut bisa menyerang daerah makula. "Praktis, bila makulanya rusak, bayi yang dikandung juga menderita buta warna." Kecuali toksoplasma, infeksi bisa juga disebabkan virus herpes dan sitomegalus.
Selain infeksi intrauterin (saat di dalam kandungan), bukan tidak mungkin seorang anak menderita infeksi pada usia tumbuh kembang. "Dengan demikian, untuk mencegah buta warna acquired yang bukan intra uterin bisa dilakukan dengan menghindari sumber infeksi."
Tingkat buta warna acquired pun berbeda-beda. Bisa saja mata yang sebelah terserang, sementara yang sebelahnya aman-aman saja. Atau mungkin dua-duanya terserang dengan keparahan yang berbeda. "Karena penyebabnya infeksi, jadi tidak bisa dibasmi habis. Sebab masih ada sisa di dalam tubuh yang sewaktu-waktu bisa aktif kembali. Kalau aktif, tentu kerusakan di retina akan makin luas." Selain itu, pada buta warna acquired kerusakan pada syaraf-syarafnya tetap tidak bisa dibetulkan.
TES WARNA
Tentu saja Ibu-Bapak tak perlu langsung panik apabila menemui si kecil tak bisa membedakan warna. Ketidakmampuan tersebut bisa saja karena kelalaian Bapak dan Ibu sendiri, lo. Begini, Bu-Pak, seorang anak yang tidak pernah dikenalkan dengan berbagai warna pun bisa saja tidak akan mengenal warna, kan?
Nah, ada semacam tes untuk mendeteksi apakah seorang anak menderita buta warna atau tidak? Pada buta warna kongenital bisa dilihat dari pedigree (silsilah keluarga). Bisa dipastikan anak buta warna karena anggota keluarga yang lain ada yang buta warna juga. "Jadi, bila Bapak-Ibu sudah tahu ada kakek-nenek, om-tante, ada yang buta warna, maka harus mencurigai keturunan laki-lakinya akan juga menderita buta warna," ujar Wati.
Sementara anak perempuan hanya akan menjadi pembawa sifat. "Hal inilah yang harus ditekankan pada orang-orang yang nenek moyangnya memiliki riwayat buta warna, terutama kalau kita lihat garis hereditasnya ke generasi selanjutnya. Kalau kakeknya buta warna, jangan-jangan anak kita buta warna, dan seterusnya."
Secara fisik, penderita kelainan penglihatan warna kongenital ini memang normal. Buta warna jenis ini juga tidak akan bertambah progresif atau bertambah parah karena memang bukan penyakit. "Bila dari sononya anak hanya menderita buta warna partial atau sebagian, ya, akan partial selamanya. Berbeda dengan buta warna acquired, mungkin awalnya yang diserang hanya sebagian, tapi makin lama bisa jadi akan rusak keseluruhan."
Nah, untuk mengetahui buta warna jenis ini harus dilakukan dengan tes warna. Tes ini bisa dilakukan sedini mungkin, saat anak dalam usia pra sekolah. Hanya saja tidak mudah melakukannya karena anak-anak usia ini masih dianggap terlalu muda. "Anak tidak akan memberikan penampilan yang memuaskan karena diperlukan pengalaman konsep. Biasanya, anak akan mengalami kesulitan persepsi dengan tes tersebut." Semisal pada tes Ishihara (rekonstruksi digital), dimana dari kelompok warna-warna kemudian muncul huruf. "Anak-anak yang susah melabel atau susah untuk menyebut bentuk-bentuk angka bisa saja terbalik membaca. Misalnya angka 23 dia baca 32. Ini, kan, tidak berarti dia buta warna."
Karena kesulitan ini, aneka tes warna umumnya dilakukan setelah anak memasuki usia sekolah. Bahkan, saat mereka lulus dari SMU untuk melanjutkan sekolah atau masuk kerja. Lagipula kasus buta warna lebih sering ditemukan dokter saat pemeriksaan mata bila ada gangguan pada retina yang menyerang bintik kuning. "Jarang sekali orang tua yang meminta karena ada kecurigaan tertentu pada anaknya," aku Wati.
Nah, Bu-Pak, jangan segan-segan untuk melakukan tes warna pada anak bila timbul kecurigaan atau keluhan. Dengan demikian jika ditemukan gangguan penglihatan warna pada si kecil, Anda bisa segera memberikan bantuan yang optimal, kan?
Hasto Prianggoro