Ralph Tampubolon, Ingin Kerja di Teve Negara Tetangga

By nova.id, Sabtu, 19 September 2009 | 17:52 WIB
Ralph Tampubolon Ingin Kerja di Teve Negara Tetangga (nova.id)

Banyak belajar dengan siapa di Metro TV?Saya banyak belajar dengan Manajer Presenter, Fifi Aleyda Yahya, senior saya. Dia banyak memberikan masukan. Lalu, dengan Pius Pope, veteran dalam hal olah vokal, gerak tubuh, intonasi suara, dialah gurunya siaran. Sebelum di Metro saya pernah ketemu di TVRI.

Liputan yang mengesankan?Ketika banjir hebat melanda Jakarta, Metro TV termasuk yang terkena banjir. Saya harus tetap meliput, kebetulan rumah orangtua masih dekat kantor, meski tidak terkena banjir, tapi akses ke luar rumah, air sudah mencapai sepinggang, saya harus jalan kaki. Mungkin karena sudah panggilan jiwa, ya, saya tetap semangat meliput. Dari rumah saya sudah siap bawa baju ganti. Studio yang terletak di lantai satu terpaksa dipindahkan sementara ke lantai dua. Selama sebulan memakai studio buatan dan tidur di kantor. Malas mau pulang apalagi lihat airnya berwarna cokelat.

Lalu, yang menyedihkan?Dari Mbak Fifi saya dapat masukan, katanya pemirsa pernah mengritik cara bicara saya di depan teve, seperti berkumur-kumur hingga tidak jelas bicaranya. Bagi saya kritikan dan pujian diterima dengan lapang dada dan seimbang. Prinsip saya, tidak mungkin saya bisa menyenangkan semua orang, semaksimal apapun berusaha, pasti ada saja orang yang enggak suka dengan saya.Nah, kebetulan saya suka malas senam muka. Pope selalu mengajarkan melakukan senam rahang, tenggorokan, dan muka harus dilenturkan supaya lemas. Intinya, mulut harus terbuka agar artikulasinya jelas. Ditambah lagi, waktu itu saya baru pasang kawat gigi, jadi kalau bicara agak berat karena ada objek asing di dalam mulut, butuh waktu membiasakan. Jadi, agak kagok bicaranya.

Ternyata pemirsa jeli ya?Wah, memang betul. Pernah saya dikiritik karena pakai celana yang "salah". Saya pakai celana darurat yang di bawahnya masih ada lipatan. Langsung, lho, dikomentari. Tapi saya terima dengan positif, artinya saya masih diperhatikan orang, kan.

Wajah Anda makin banyak dikenal, bagaimana rasanya?Kadang-kadang saja, kok, ada yang mengenal saya kalau ketemu di jalan. Mereka lebih hafal wajah daripada nama.

Dimana Anda bertemu istri?Waktu itu istri saya, Melissa Karim, penyiar di Hard Rock FM, sementara saya di Radio One sekarang jadi JakFM. Tina Zakaria menyampaikan salam dari Melissa. Kami pun berkenalan saat dia jadi MC di sebuah acara. Ternyata begitu ketemu langsung klop, nyambung kalau ngobrol. Meski ada perbedaan bukan menjadi sesuatu kendala. Saya memang pendiam, sementara istri cerewet, makanya dia suka jadi jubir keluarga. Ha ha ha.

Bagaimana membagi waktu dengan istri?Sebenarnya saya lebih sibuk karena kerjanya full time, sementara istri tergantung job. Apalagi sekarang, kan, The Master sudah selesai, kalau enggak ada kerjaan ya kami bisa bertemu (Melissa menjadi salah satu komentator di acara The Master). Sebenarnya, saya lebih senang di rumah, paling keluar ke mal atau nonton. Setelah setahun menikah, rencananya kami baru serius mikirin anak. Setahun ini benar-benar untuk berdua, saya enggak mau menunda bulan madu. Takutnya, malah enggak kesampaian.

Banyak yang memuji ketampanan Anda. Bagaimana Anda menjaganya?Menjaga kesehatan badan dengan fitness, treadmill, basket dengan teman-teman SMA, jaga pola makan, enggak boleh kelebihan berat badan karena akan terlihat di layar teve. Untuk menjaga kesehatan kulit, istri saya suka memberi facial gratis di rumah tiap weekend. Biar kulit wajah tetap terawat. Saya bersyukur kalau ada yang bilang saya ganteng, meski sebenarnya itu subjektif ya. Mungkin ada yang menganggap saya biasa saja. Jangan sampai saya di awang-awang, karena saya tahu ini adalah sedikit dari potongan kue yang utuh.

Apa keinginan Anda yang belum tercapai?Ingin cari pengalaman kerja di teve luar seperti Singapura atau Hongkong, yang dekat-dekat saja. Karena saya ingin menambah pengalaman, dan sebagai faktor pembanding apa, sih, kelebihan dan kekurangan mereka.

Dukungan orangtua?Papa selalu mengajarkan, takut pada Tuhan, artinya percayailah dan yakinlah akan Tuhan. Secara konsisten Papa juga selalu memberitahu saya, sampai-sampai kuping saya merah. Pentingnya manusia itu punya visi, kerja keras, jangan jadi orang yang biasa-biasa saja. Jadilah orang biasa yang bekerja keras hingga menjadi luar biasa.

Masih minat ke film?Film ditinggalkan dulu sementara, meski masih suka nonton film Barat dan Indonesia, karena film adalah komunikasi media yang unik. Bayangkan, dalam satu setengah jam bisa menyampaikan sesuatu hingga penonton paham. Apakah nanti saya jadi pelaku masih tanda tanya, tapi minatnya masih ke sana, kok.

Noverita K. Waldan