Ketertarikan Seksual Natasha dan Sang Ayah Tumbuh Sejak Pertama Bertemu di Usia Remaja

By nova.id, Sabtu, 21 Februari 2015 | 02:22 WIB
Ketertarikan Seksual Natasha dan Sang Ayah Tumbuh Sejak Pertama Bertemu di Usia Remaja (nova.id)

TabloidNova.com - Natasha Rose Chenier (27) ditinggalkan sang ayah sejak dirinya masih dalam kandungan ibunya. Kelak, ia berusaha menemukan sang ayah. Yang terjadi kemudian, ketertarikan seksual Natasha dan sang ayah tumbuh sejak pertama bertemu di usia remaja.

Perempuan asal Vancouver, Canada, ini lalu mengungkapkan bagaimana hubungan inses kemudian berkembang antara dia dan ayahnya.

Orangtua Natasha rupanya tidak pernah menikah. Sang ayah segera meninggalkan ibu Natasha ketika perempuan muda ini hamil. Sang ayah kemudian pindah ke Jamaica, sehingga Natasha tak pernah menemui bahkan berhubungan dengannya ketika tumbuh besar.

Sebagai remaja yang bergejolak jiwanya, Natasha lalu melacak keberadaan sang ayah, dan mengatur agar bisa bertemu. Saat itu, Natasha memang dilanda kesepian dan kemarahan pada ibunya.

Ketika bertemu pertama kali, Natasha mengatakan sang ayah berusaha memesona dirinya dengan membelikan  makanan-makanan yang mahal. Ketertarikan awalnya tumbuh karena sang ayah dinilai memiliki begitu banyak kesamaan dengan dirinya. Hal inilah yang tak dirasakan oleh Natasha pada sosok ibunya.

"Kali pertama aku menemuinya, kulihat kami punya postur yang sama, cara membawa diri yang sama. Aku teracuni dengan kesamaan kami, yang tak pernah aku temukan pada ibuku," kata Natasha, yang ketika itu berusia 19 tahun.

Natasha beberapa kali mengunjungi sang ayah, dan selalu berhubungan melalui telepon sesudah pertemuan pertama itu. Ia lalu berkisah bagaimana ia mulai tertarik secara seksual pada ayahnya, bahkan mulai tidur seranjang dengannya.

Pada pertemuan terakhir tahun 2009, tepatnya ketika berusia 21, Natasha merasakan ketertarikan seksual yang sama dengan sang ayah. Saat itu sang ayah mengakui bahwa ia sudah ingin berhubungan seks sejak pertama menatapnya. Hubungan terlarang itu pun terjadi.

"Aku terguncang dan ketakutan ketika menyadarinya; aku tidak bicara pada siapapun mengenai hal itu, termasuk dirinya. Aku ingin pulang supaya perasaan itu hilang. Tapi perasaan itu tidak hilang, dan malah bertumbuh," tulisnya.

Hubungan inses itu pun berlanjut, meskipun selalu didahului dengan perasaan benci pada diri sendiri. Bahkan juga rasa jijik. Ia tidak hanya merasa menjadi korban rayuan sang ayah selama dua tahun, tetapi juga dari perasaan seksualnya sendiri.

"Aku membayangkan, pengalaman ini rasanya tidak bisa dipercaya, kecuali Anda mengalami ketertarikan seksual genetik sendiri. Tapi percayalah, semua ini nyata dan intens. Perasaan seksualku pada ayah seperti mantra yang jahat, yang sudah dituahkan padaku," katanya.

Setelah melakukan hubungan seks beberapa kali, Natasha lalu mengunci dirinya di kamar terpisah di malam terakhirnya di Jamaica. Keesokan harinya sang ayah mengantarnya ke bandara. Mereka sama sekali tidak bercakap-cakap ketika itu.