Hindari Dehidrasi Pada Bayi

By nova.id, Jumat, 30 Maret 2012 | 18:01 WIB
Hindari Dehidrasi Pada Bayi (nova.id)

Hindari Dehidrasi Pada Bayi (nova.id)

""

Mungkin cerita kasus tadi tidak sesimpel yang diceritakan si teman. Namun pertanyaan mendasarnya apakah dehidrasi dapat berakibat fatal, jawabannya jelas ya. Bayi yang mengalami dehidrasi, ujar dr. Attila Dewanti, Sp.A., dapat mengalami berbagai kerusakan organ tubuh, juga renjatan atau syok, bahkan kematian.

Mengapa bisa begitu? Seperti halnya orang dewasa, dehidrasi pada bayi terjadi karena tubuhnya kehilangan banyak cairan. Padahal sekitar 70% tubuh manusia berisi cairan yang bermanfaat bagi kelancaran aliran darah. "Bila cairan itu berkurang maka aliran darah ke seluruh tubuh akan mengalami gangguan. Padahal fungsi utama darah membawa oksigen dan bahan makanan ke seluruh tubuh, terutama ke otak dan paru-paru sebagai organ pengatur metabolisme tubuh," papar spesialis anak dari Klinik Empati, Jakarta.

KENALI PENYEBAB DEHIDRASI

Apa saja yang dapat menyebabkan dehidrasi pada bayi?

* diare atau muntaber

Hingga kini, diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi. Penyakit tersebut dapat membuat bayi terinfeksi dengan gejala mual, muntah, dan berak berulang. Keadaan ini menjadi semakin parah karena pada saat diare, nafsu makan dan minum bayi jauh menurun. Kalaupun ada makanan/minuman yang bisa masuk, jumlahnya hanya sedikit. Itu pun tak lama kemudian dikeluarkan kembali lewat muntah maupun pup.

Ditambah lagi, diare biasanya berlangsung hingga berhari-hari sehingga perbandingan cairan yang masuk dan keluar jadi tidak seimbang. Sejumlah mineral penting, seperti sodium, potasium, dan klorida jadi terbuang. Inilah yang menambah risiko dehidrasi.

Diare sendiri umumnya disebabkan asupan makanan yang terkontaminasi bibit penyakit ataupun racun. Diare akibat makanan yang terkena kuman biasanya menimbulkan gejala bayi berak-berak baru kemudian muntah. Sebaliknya, diare karena keracunan gejala utamanya muntah baru diikuti diare.

* pneumonia

Pneumonia (radang paru-paru) bisa menyebabkan dehidrasi karena membuat bayi mengalami demam tinggi dan napas terengah-engah. Hal ini akan membuat cairan, berupa uap air, yang keluar dari paru-paru juga meningkat. Penanganan yang terlambat atau tidak tepat bisa mengakibatkan dehidrasi.

* kurang makan dan minum

Kasus seperti ini jarang terjadi karena kalau lapar atau haus umumnya bayi akan menangis minta makan atau minum. Namun mungkin saja bayi yang sedang sakit, terutama bila disertai demam dan mual, kehilangan nafsu makan dan minum. Bila asupan makan dan minum bayi sangat kurang selama 3-5 hari misalnya, dehidrasi bisa terjadi.

KENALI GEJALA DEHIDRASI

Attila mengimbau agar orang tua dapat dengan jeli mendeteksi apakah bayinya mengalami dehidrasi atau tidak. Kondisi dehidrasi dibaginya menjadi tiga: dehidrasi ringan, sedang, dan berat. Berikut ciri-cirinya:

- DEHIDRASI RINGAN

* menangis tanpa air mata

Pada umumnya bayi menangis disertai air mata. Segera waspadai bila ia menangis tetapi air matanya tidak kunjung keluar.

* mulut dan bibir kering

Kekurangan cairan akan membuat hampir seluruh tubuh menjadi kering. Yang terlihat jelas adalah bagian mulut dan bibir yang kering.

* turun berat badan

Karena sedang mengalami pertumbuhan yang sangat pesat seharusnya berat badan (BB) bayi terus meningkat. Namun jika yang terjadi malah sebaliknya, waspadalah. Tanda dari gejala dehidrasi ringan yaitu BB bayi turun sampai 5 persen BB asalnya.

- DEHIDRASI SEDANG

* ubun-ubun cekung

Patokan lain untuk mengenali dehidrasi pada bayi adalah dengan melihat ubun-ubunnya. Bila cekung, padahal sebelumnya normal-normal saja dan saat itu bayi sedang diare, mungkin ia sedang mengalami dehidrasi.

* jarang buang air kecil (BAK)

Frekuensi BAK bayi cukup banyak, yakni di atas 3 cc/kg BB setiap jamnya. Namun bayi yang mengalami dehidrasi akan jarang mengeluarkan air seni. Bilapun BAK, air seni yang keluar sangat sedikit dan berwarna gelap.

* mata cekung

Kekurangan cairan pun bisa membuat mata bayi tampak cekung dan seakan terbenam.

* lemas dan mengantuk

Tak hanya orang dewasa yang merasa lemas ketika haus, bayi pun demikian. Dia akan lemas bahkan mengantuk ketika mengalami dehidrasi. Namun karena bayi tidak bisa mengungkapkannya hal ini lalu ditunjukkan dengan perilakunya yang sering tidur. Bilapun terbangun dia hanya tergolek di tempat tidur tanpa aktivitas berarti.

* kulit pucat dan tidak elastis

Cairan di dalam tubuh berfungsi juga untuk melembapkan kulit. Bila cairan tersebut sangat minim, maka kulit tampak kering dan terlihat pucat. Untuk lebih memastikan cobalah mencubit kulit bayi secara perlahan. Bayi positif mengalami dehidrasi jika setelah dicubit, kulitnya tidak cepat kembali normal. Ini disebabkan kulitnya menjadi tidak elastis dan kekenyalan tubuhnya berkurang.

* demam

Seperti layaknya orang dewasa, gejala dehidrasi pada bayi dapat ditandai dengan peningkatan suhu tubuhnya. Jika diukur, suhunya bisa mencapai sekitar 38° C karena jumlah cairan yang dibutuhkan tubuhnya tidak terpenuhi.

* berat badan turun

Bila BB bayi turun semakin banyak, yaitu 5-10 persen dari BB asalnya, berarti dehidrasi bayi sudah meningkat ke taraf sedang.

- DEHIDRASI BERAT

* napas dan denyut jantung cepat

Pada dehidrasi berat, gejala fisik yang terlihat merupakan kelanjutan dari gejala dehidrasi sedang. Gejala itu akan lebih nyata seluruhnya disusul kesadaran anak menurun, napas jadi cepat, dan denyut jantung meningkat.

* hilang kesadaran

Karena cairan yang sangat dibutuhkan untuk metabolisme tubuh berkurang, maka seluruh sistem kerja organ tubuh, terutama otak yang mengatur pola kerja tubuh akan terganggu. Kala otak tak berfungsi sempurna maka banyak bayi hilang kesadarannya.

* berat badan turun drastis

Dalam waktu 24 jam, bayi butuh cairan sebanyak 100 cc/kg BB-nya. Namun ketika mengalami dehidrasi berat, pengeluaran cairan makin tidak sebanding dengan kebutuhan saat itu, yakni bisa mencapai 200-250 cc/kg BB dalam sehari. Hal inilah yang membuat BB bayi bisa turun drastis, yaitu lebih dari 10 persen BB asalnya.

PENANGANAN BAYI DEHIDRASI

Bayi yang mengalami dehidrasi mesti ditangani dengan tepat dan cepat. Bila tidak tentu dapat membahayakan nyawanya. Inilah yang dapat dilakukan orang tua saat menemukan gejala dehidrasi pada bayi:

* banyak minum

Memberi banyak cairan pada bayi merupakan pertolongan pertama saat bayi mengalami dehidrasi. Oralit dapat diberikan dengan takaran yang tepat. Misalnya, 1 sachet kecil dicampur dengan 200 gr air putih. Tanpa takaran akurat, oralit justru membahayakan karena kandungan garamnya yang masih kental dikhawatirkan malah akan meningkatkan dehidrasi. Pasalnya garam yang pekat akan "menarik" air dari dalam sel-sel tubuh.

Pemberian cairan lain seperti teh manis, jus buah, atau sup, boleh dilakukan. Begitu juga cara tradisional berupa pemberian air tajin. Berdasarkan penelitian, air tajin mengandung glukosa polimer, yaitu gula yang mudah diserap dan dicerna tubuh. Protein poliglukosa yang dikandung dalam tepung tajin pun dapat membuat feses lebih padat.

Cara tradisional lain, seperti memberikan larutan gula garam, bisa dicoba. Buatlah dengan perbandingan dua sendok teh gula pasir dan setengah sendok teh garam untuk segelas air putih. Berikan setengah gelas setiap kali bayi muntah atau buang air besar atau berikan satu sendok makan setiap lima menit sampai fesesnya normal.

* segera ke dokter

Segera membawa bayi ke dokter merupakan tindakan bijaksana untuk mendapatkan penanganan lebih intensif. Bila terjadi kegawatan, seperti bayi hilang kesadaran, semakin kurus, pucat, napas cepat, detak jantung cepat, larikan segera ke unit gawat darurat rumah sakit agar penanganan yang lebih intensif bisa segera dilakukan.

CARA MENCEGAH DEHIDRASI

Diare, yang menjadi penyebab utama dehidrasi, bisa dicegah. Caranya dengan menjaga kebersihan, baik makanan, peralatan makan, mainan, dan lingkungan di mana bayi berada. Attila menganjurkan agar kita melakukan hal-hal berikut:

* jaga kebersihan

- Botol susu harus selalu steril saat akan digunakan karena jika terpapar kuman sedikit saja bisa menimbulkan penyakit mengingat daya tahan tubuh bayi masih lemah.

- Jangan memberikan botol susu yang sudah terjatuh ke lantai kepada bayi tanpa disterilisasi kembali terlebih dulu.

- Buanglah ASI perasan atau susu formula yang tersisa di botolnya jika tidak diminum lagi setelah satu jam.

- Cuci tangan bayi sesering mungkin dengan air bersih karena bayi masih senang memasukkan tangannya ke dalam mulut.

- Pastikan makanan yang disuapkan pada bayi bebas kuman.

* gizi seimbang

Dengan gizi seimbang daya tahan tubuh bayi bisa meningkat sehingga tak mudah terserang penyakit. Berikut yang bisa dilakukan:

- Sajikan menu yang seimbang buat bayi, berupa makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral dengan porsi yang bisa diterima bayi.

- ASI merupakan makanan komplet gizi yang sangat baik untuk bayi. Itulah mengapa ibu dianjurkan memberikan ASI eksklusif kepada bayi hingga usianya 6 bulan. Apalagi di saat-saat awal produksi ASI, kolostrum yang keluar sebelum ASI sangat baik bagi bayi karena mengandung banyak antibodi, protein, mineral, dan vitamin A. "Ini adalah makanan terbaik buat bayi yang tidak bisa didapat dari makanan lain," tandas Attila. Lain hal bila ASI ibu tak mencukupi, kekurangannya mau tidak mau harus ditutupi susu formula.

* sediakan obat 

Banyak kemungkinan yang bakal terjadi pada bayi yang baru lahir, entah demam, flu, batuk, atau diare. Untuk itu sediakan obat-obatan, seperti obat penurun panas dan antidiare untuk diberikan sebagai penanganan pertama bila si kecil sakit.

Irfan