Sedikit-sedikit Cemburu

By nova.id, Jumat, 2 Maret 2012 | 21:23 WIB
Sedikit sedikit Cemburu (nova.id)

TANDA CEMBURU

Pada prinsipnya rasa cemburu dalam kadar ringan masih tergolong wajar. Tiap orang pasti memilikinya. Khusus untuk anak, ada beberapa "tanda" yang harus diwaspadai. Di antaranya:

* Anak merengek terus dan bertingkah untuk memancing kemarahan orang-orang di sekelilingnya. Beberapa bahkan sampai melakukan aksi mogok, seperti mogok makan atau mogok sekolah. Tingkah ini tentu menjengkelkan, sampai akhirnya orangtua terpancing melakukan tindakan yang tidak diinginkan. Akibatnya, anak mendapat pembenaran akan persepsinya selama ini. "Tuh, benar kan, Mama/Papa sekarang memang tidak sayang lagi."

* Beberapa anak malah menunjukkan reaksi sebaliknya, yaitu menjadi pendiam dan penakut, tidak berani tampil, tidak berani mencoba, tidak berani bicara, bahkan ada yang sampai tidak berani melakukan apa-apa.

* Sebagian terlihat agresif baik secara fisik maupun verbal. Anak yang gampang marah juga harus diwaspadai, jangan-jangan ada masalah cemburu yang tak terselesaikan.

* Beberapa anak sering melakukan tindakan negatif, iseng/usil, atau nakal yang berlebihan. Misalnya, mencuri, merusak, sengaja menyembunyikan barang orang lain, sengaja membuat anak lain menangis dan sebagainya.

* Anak jadi gampang sakit. Entah benar-benar sakit atau sekadar pura-pura sakit untuk mencari perhatian.

Bila anak menunjukkan ciri-ciri seperti tersebut, orangtua harus bisa melihat, bersikap dan bicara dalam bahasa anak untuk mengatasinya. Semakin orangtua terlihat marah, jengkel, bahkan mencoba memberi hukuman, situasinya akan makin parah. Jika tak tertangani dengan baik, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang agresif, manipulatif, tricky, antisosial, memiliki konsep diri negatif, dan kompulsif obsesif.

MENGATASI RASA CEMBURU

Berikut beberapa langkah yang disarankan:

1. Beri kesempatan pada anak untuk mengungkapkan perasaannya. Dengarkan ceritanya dan biarkan ia mengeluarkan isi hatinya. Sampaikan penjelasan dengan cara identifikasi dan bukan dengan nada menuduh.

2. Beri contoh konkret pada anak. Misalnya kalau mainannya dirusak temannya atau kalau mendengar adiknya merengek terus bagaimana rasanya? Pancing agar anak mau menjawab, kemudian arahkan bagaimana seharusnya ia bersikap.