Emosi Negatif

By nova.id, Senin, 20 Februari 2012 | 06:09 WIB
Emosi Negatif (nova.id)

Emosi Negatif (nova.id)

"Ilustrasi "

Di usia prasekolah, tepatnya usia 2,6 - 3,6 tahun, umumnya anak mengalami ketidakseimbangan emosi. Ditandai dengan ledakan amarah yang kuat, ketakutan yang hebat, dan iri hati yang tidak masuk akal. Ketidakseimbangan emosi ini akan muncul lagi di usia 5,6 - 6,6 tahun.

Penyebabnya beragam, di antaranya terlalu lelah karena bermain, tidak tidur siang, dan makan terlalu sedikit. Namun porsi terbesar adalah faktor psikologis, seperti orangtua yang banyak melarang dan terlalu melindungi padahal anak merasa mampu melakukan lebih banyak hal.

Selain itu, adanya harapan orangtua agar anak mencapai standar di atas kemampuannya. Hampir serupa, emosi yang meninggi ini juga kerap muncul pada anak-anak yang tak mampu melakukan sesuatu yang dianggap dapat dilakukannya dengan mudah.

Kendati emosi negatif me-rupakan bagian dari perkembangan si prasekolah, namun kehadirannya tak boleh dibiarkan berlarut-larut. Dominasi emosi negatif dapat memengaruhi pandangan hidup anak dan mendorong kepada perkembangan watak yang kurang baik. Antara lain, anak jadi sulit berempati pada orang lain, pemarah, mudah tersinggung, mudah gelisah, merasa kurang aman, pencemburu, dan sebagainya. Tentunya hal ini akan menghambat dirinya dalam menjalin hubungan emosional dengan orang lain. Karena itulah, anak perlu dibantu untuk mengatasi emosi-emosi negatifnya.

AMARAH

Umumnya dikarenakan pertengkaran mengenai permainan, tidak tercapainya keinginan, dan serangan yang hebat dari anak yang lain. Cara pengungkapannya dapat berupa menangis, berteriak, menggertak, menendang, melompat-lompat atau memukul. Ledakan amarah ini umumnya mencapai puncaknya antara usia 2-4 tahun. Setelah itu amarah berlangsung tidak terlampau lama dan berubah menjadi merajuk, cemberut, serta merenung.

Tip & trik mengatasinya:

* Jangan bereaksi berlebihan.

Oangtua harus tetap tenang; hindari berteriak pada anak, bicaralah dengan lembut dan peluklah anak. Bawalah anak ke tempat tenang yang memungkinkannya melepaskan emosi.

* Ajarkan mengusir rasa marah.

Ajak anak menggambar di sebuah kertas apa yang membuatnya kesal atau marah. Kemudian sobek kertas berisi gambar/tulisan tersebut menjadi cabikan sekecil mungkin. Ajak ia membuang rasa marah yang disimbolkan dengan aksi merobek kertas tersebut.