Sofie Mulyapatera Eman : Sukses Berawal Dari Tiga Meja

By nova.id, Selasa, 12 Februari 2008 | 01:39 WIB
Sofie Mulyapatera Eman Sukses Berawal Dari Tiga Meja (nova.id)

Sofie Mulyapatera Eman Sukses Berawal Dari Tiga Meja (nova.id)

"Sofie "

Kapan Anda membuka restoran makanan khas Manado? Februari 1997. Dulunya restoran ini lebih cocok disebut kantin. Tempatnya kecil dan hanya ada tiga meja. Seiring berjalannya waktu, puji Tuhan, sekarang bisa berkembang seperti ini.

Bagaimana ceritanya Anda membuka usaha? Setelah berhenti dari pekerjaan di sebuah perusahaan otomotif, saya merasa harus melakukan sesuatu. Saya, kan, orangnya enggak bisa diam. Pada tanggal 1 Juli 1996, awalnya saya membuka usaha salon kecantikan dengan nama Beautika di rumah saya di kawasan Hang Lekir, Jakarta Selatan. Nama Beautika merupakan gabungan dari Beauty dan Ika. Beauty artinya cantik dan Ika itu nama anak saya satu-satunya, Kartika Mulyapatera, yang kini berusia 17 tahun.

Lho, kok malah jadi restoran? Tiga bulan setelah saya membuka salon, tamu-tamu saya ingin jajan sambil menunggu giliran. Bukan jajanan biasa. Mereka ingin jajanan Manado seperti bubur Manado, mie cakalang, nasi kuning, pisang goreng dan es kacang. Waktu itu di Jakarta, masih susah mencari jajanan Manado di pusat kota. Kebetulan saya sangat hobi memasak. Saya juga punya tukang masak yang kemudian membantu membuka kantin di teras salon. Tanpa saya sadari, ternyata di situlah mulainya usaha restoran Beautika ini.

Mengapa bisa begitu? Masakan yang kami hidangkan ternyata disukai. Orang datang bukan hanya untuk ke salon, tapi untuk makan. Perkembangannya sangat cepat. Karena ruangannya kecil, orang terpaksa antre. Sampai kemudian suami saya, Henk Mulyapatera, mengubah garasi salon menjadi ruang makan. Ternyata, ruangan itu pun masih kurang besar untuk menampung pelanggan.

Lama-lama, salon yang tadinya usaha utama dan restoran sebagai pelengkap, menjadi terbalik. Akhirnya, lantai satu rumah kami ubah menjadi restoran, salon naik ke lantai dua. Kalau dihitung persentasenya, salon menjadi tinggal 20 persennya.Karena pelanggan makin banyak, kami pun terpaksa pindah ke Cinere. Itu tahun 1997. Soalnya tempat di sini sudah enggak cukup lagi ruangannya.

Mengapa restoran tetap menggunakan nama salon? Memang, orang yang baru pertamakali mendengarnya pun merasa aneh. Restoran, kok, namanya Beautika. Dulu, saya memang pernah ingin mengganti nama, tapi enggak jadi. Selain ada protes dari pelanggan, saya juga merasa nama ini membawa berkah.

Apakah usaha salon ditinggalkan begitu sukses dengan restoran? Tidak. Saya tetap mempertahankan salon. Itu, kan salah satu bagian dari sejarah kami.

Apa yang Anda lakukan agar menjaring banyak pelanggan? Saya tidak melakukan apa-apa selain tetap menjaga kesegaran dan rasa setiap makanan. Saya tidak pernah pasang iklan. Promosi ini hanya dari mulut ke mulut. Meski begitu, tahun 1998 ruangan untuk restoran sudah mengambil hampir seluruh bangunan.

Itu sebabnya, pada 9 Februari 2004 lalu kami membuka cabang di Jalan Abdul Muis, Jakarta Pusat. Dengan luas tanah 1000 meter persegi, terdiri dari dua lantai dan satu basement, kami harap dapat menampung lebih banyak pelanggan.

Kiat lainnya? Tidak seperti restoran Manado lainnya, kami hanya menyajikan makanan halal. Tidak ada daging babi atau daging anjing. Bumbu yang saya pakai sama, tapi dagingnya saya ganti daging ayam atau sapi. Dengan begitu, saya bisa menjaring pelanggan Muslim. Selain itu, kami menyajikan makanan rumahan. Makanya Anda akan sulit menemukan makanan seperti yang kami sajikan ini di restoran lain.

Dari kalangan mana saja pelanggan Anda? Mulai dari karyawan kantoran, artis, sampai pejabat. Orang asli Manado dan pejabat daerah Manado kalau sedang di Jakarta pasti mampir di sini. Dan, sejak zaman Presiden Megawati sampai sekarang, saya juga melayani beberapa acara kepresidenan.

Pernah mendapat protes dari pelanggan? Pernah. Kadang kalau makanan yang dihidangkan keasinan, es kacang merah terlalu keras, atau rasa makanan kurang enak. Saya menganggap protes itu sebagai masukan agar ke depan kami semakin baik. Dengan mereka memprotes atau memberi masukan, berarti mereka peduli dengan apa yang kami kerjakan.

Apa, sih, istimewanya masakan Manado dengan masakan dari daerah lain? Pedas dan berbumbu. Satu masakan saja bisa menggunakan 15 jenis bumbu yang berbeda dan menggunakan banyak cabai. Enggak semua bahan-bahan ini bisa ditemukan di Jakarta. Jadi, terpaksa beberapa bumbu didatangkan dari Manado.

Ikan pun kami datangkan dari Manado. Meski di sini ada ikan yang sama, rasanya berbeda dengan ikan asal Manado. Ikan asal Manado lebih terasa manis. Pernah kami mencoba membeli ikan di sini, ternyata banyak pelanggan yang protes.

Berarti untuk mencoba makanan Manado ini harus kuat pedas, ya? Kalau yang tidak suka pedas jangan takut. Kami juga menyajikan makanan yang tidak pedas. Dalam setiap makanan, kami selalu memberitahukan kadar pedas setiap masakan kepada pelanggan.

Caranya? Di setiap tulisan jenis makanan, kami memberikan kode kadar kepedasannya. Bila ada gambar satu cabai berarti tidak terlalu pedas, dua cabai agak pedas, dan tiga cabai berarti pedas sekali.

Dalam sehari berapa banyak cabai yang Anda butuhkan? Untuk dua lokasi restoran, kami menghabiskan 100 kilogram cabai per hari. Cara apa yang Anda lakukan untuk menjaga kesegaran makanan? Walau yang kami terapkan di sini sistem buffet, setiap menu yang dihidangkan tidak dimasak dalam jumlah banyak. Paling hanya lima porsi. Untuk itu, dalam sehari kami memasak setiap menu sampai tiga kali. Bahkan, ada beberapa jenis masakan yang harus dipesan dulu, baru kami buatkan. Lalu bila ada sisa masakan, kami tidak jual lagi untuk keesokan harinya.

Dari mana Anda belajar mengelola restoran? Kebetulan saya dulu bekerja di bagian keuangan. Latar belakang ini bisa berguna dalam mengelola usaha ini. Selain itu, kami dibantu konsultan untuk menjaga agar restoran tetap disukai.

Apa kunci sukses Anda? Selain management yang baik, seluruh karyawan juga terus kami bina agar dapat memberikan pelayanan yang baik. Juga, memperketat quality control dari rasa masakan, menjaga kebersihan restoran, dan kenyamanan pelanggan.

Dalam waktu dekat ini tidak ada rencana membuka cabang di lokasi lain? Memang sudah ada beberapa orang yang hendak membeli franchise. Tetapi saya masih belum berani memberikan. Susah pengawasannya. Usaha restoran menurut pengalaman saya, kalau pengawasannya kurang akan turun. Belum lagi kalau ada sesuatu yang jelek pada salah satu cabang, akan memengaruhi cabang-cabang lain. Jadi, lebih baik saya fokus di dua tempat ini saja.

Apa upaya Anda untuk semakin membesarkan usaha? Saat ini saya sedang mempelajari cara untuk menjual makanan ini ke luar negeri. Bukan dengan membuka cabang, tapi memasarkan makanan-makanan ini dengan teknik pembekuan atau frozen food. Saya juga punya rencana untuk membesarkan cabang di Jalan Abdul Muis dengan cara menambah satu lantai lagi. Maksudnya supaya bisa dijadikan ball room untuk berbagai acara.

Bagaimana tanggapan keluarga dengan usaha ini? Mereka sangat mendukung. Setiap hari saya selalu ada waktu untuk keluarga, terlebih jika akhir minggu. Di rumah saya suka memasak, mencoba resep-resep baru. Dengan membaca banyak buku resep saya bisa mendapat inspirasi untuk memodifikasi masakan yang bisa dipraktekkan bersama anak saya. Saya sendiri sebenarnya mempunyai banyak waktu luang. Usaha seperti ini jika sudah berjalan hanya tinggal mengawasi. Kalau memang ada waktu libur panjang, kami sekeluarga suka pergi jalan-jalan.

Di mana tempat favorit jalan-jalan Anda dan keluarga? Amerika. Kebetulan ada saudara yang tinggal di sana.

EDWIN YUSMAN F.

Foto : Dok. Nova