Si Upik Dan Si Buyung Mulai Centil

By nova.id, Jumat, 10 Februari 2012 | 21:58 WIB
Si Upik Dan Si Buyung Mulai Centil (nova.id)

Jadi, Bu-Pak, sekalipun kita bukan termasuk seorang yang modis, anak bisa saja menjadi orang yang modis jika di sekitarnya, misalnya, mbaknya, kakaknya, atau saudara dan teman-temanya adalah orang-orang yang modis. "Bukankah kala anak tengah bergaya modis, biasanya secara spontan orang-orang dewasa di sekitarnya pasti akan memberikan tanggapan positif. Entah itu lucu, cakep, ganteng, cantik, atau cocok." Kalau sudah seperti itu, lanjut Mitha, anak pasti akan mengulangi hal itu kembali, "Besok-besok aku berkaca dulu, ah, sebelum pakai baju gaya."

Itulah mengapa, Mitha minta agar kita tak usah menjadikan masalah bila si balita modis. Malah dengan begitu, pengalaman dan wawasan anak makin bertambah, terutama dalam hal berpenampilan. "Justru harusnya kita merasa bangga mempunyai anak yang suka kerapian, keserasian, dan berpenampilan baik." Bukankah kita lebih senang melihat anak kita wangi, rapi, cakep, dan lucu, daripada ia kumel dan bau?

Sisi positif lain dari anak yang modis adalah rasa percaya dirinya makin bertambah, mampu mengkombinasikan busana, berani menentukan pilihan, serta berani tampil. Bahkan, papar Mitha, modisnya si kecil akan membawa berkah juga, lo, bagi kita. Kita akan dikenal para tetangga ataupun teman dan saudara sebagai orang tua yang pandai mengurus anak, pandai mengajar serta mendidik anak, misalnya. "Jadi modisnya seorang anak itu bisa juga mendongkrak poin keluarga."

TAK ADA TUJUAN

Sekalipun begitu, anak balita belum punya tujuan dari modisnya itu. Walaupun dia menggunakan kalimat, "Aku ingin pakai baju gaya, nih. Bagus, kan?" Sebab yang dimaksud baju gaya oleh anak adalah memakai celana panjang jins dan kemeja kotak-kotak, misalnya.

"Jadi, sekalipun anak balita sudah bisa menjadi seorang yang modis. Namun tetap modisnya itu tidaklah seperti orang dewasa yang ingin terlihat anggun, cakep, gagah, cantik, atau look good oleh orang lain." Melainkan karena dia hanya berkeinginan meniru, mencoba, atau ingin mengenakan baju tersebut. Tadinya hanya mengenakan celana pendek saja, kini bisa pakai celana panjang, misalnya. Atau, karena dia bisa memakai pakaian juga aksesoris seperti yang dikenakan tokoh idolanya. Apalagi jika anak telah mendapatkan input dari lingkungannya.

Seperti halnya pakaian, untuk soal bercermin, menyisir, memakai parfum dan mengenakan aksesoris lainnya, menurut Mita, anak juga belum punya tujuan apa-apa. "Sebab yang menurutnya gaya itu karena dia sekarang telah bisa memakai minyak rambut, bisa menyisir rambut sendiri, memakai giwang atau memakai bedak."

Jadi, modisnya si prasekolah itu hanya sebutan atau pelabelan kita saja pada si anak. Anak sendiri berbuat seperti itu sama sekali tak bermaksud ingin tampil atau bergaya modis. Tak percaya? Coba saja tanyakan pada anak. Malah bisa jadi ia akan balik bertanya, "Ayah, modis itu apa,sih?"

MENJADI NEGATIF

Walaupun begitu, ada juga lo, sisi negatif dari anak bersikap modis. Terutama bila modisnya sudah tidak proporsional lagi. Seperti, hanya ingin memakai baju merek tertentu dan baju tersebut terlalu mahal buat kita, "Bunda aku enggak mau pakai baju ini, jelek. Aku mau pakai baju Osh Kosh B-Gosh saja. Kalau enggak, aku enggak mau 'sekolah'," misalnya. Atau, bila dia tidak bisa dikasih pengertian. Misal, tidur pun harus memakai baju pesta gara-gara ia suka pada baju tersebut.

Itulah mengapa, papar Mitha, perlunya bimbingan dan pengarahan orang tua pada si anak. "Prinsipnya, kita harus mengarahkan dan mengajarkan anak, modis itu bukanlah harus pakai pakaian atau aksesoris yang wah, serba mahal, atau nge-trend." Tapi, lanjutnya, modis adalah berpakaian rapi dan sesuai dengan tempatnya atau sesuai dengan situasi dan kondisi saat itu. "Kalau mau ke pesta pakai baju seperti apa, ke sekolah pakai baju apa, kalau mau main dengan teman pakai baju seperti apa, misalnya."

Jangan lupa pula, orang tua juga harus mengajarkan anak memilih busana yang akan dia kenakan supaya serasi dan baik dilihat. Dengan begitu, anak akan memperoleh pengetahuan baru mengenai kombinasi busana yang akan dia kenakan. "Ini baru cocok dan gaya, celananya jeans, bajunya panel, topinya topi koboi, sepatunya sepatu boot," misalnya.

Begitu juga untuk soal rambut, anak prasekolah boleh-boleh saja menginginkan model rambut yang sesuai dengan keinginannya; ingin rambut panjang, keriting, lurus, dikuncir, ataupun di Mohawk ala personel-personel band Punk Rock. "Tapi alangkah baiknya kita tetap memberikan masukan serta didikan pada anak, 'Nak, kamu itu lebih cocok berambut keriting. Terlihat cantik dan lucu, lo. Karena itulah kenapa Allah menciptakan kamu dengan rambut keriting,' misalnya."

Gazali