Nama Pribadi Haruskan Hilang Begitu Menikah?

By nova.id, Kamis, 12 Januari 2012 | 07:02 WIB
Nama Pribadi Haruskan Hilang Begitu Menikah (nova.id)

Bisa juga wanita tersebut tak ingin mengubah namanya setelah menikah dengan pertimbangan namanya sudah telanjur dikenal dan menjadi trade mark tersendiri, semisal nama para publik figur atau artis. "Hal ini sah-sah saja selama kedua belah pihak tidak merasa keberatan. Intinya, buat kesepakatan bersama dengan pasangan apakah mencantumkan nama suami merupakan keharusan atau tidak."

Sedangkan ditilik dari manfaatnya, pencantuman nama suami merupakan bentuk penghormatan sekaligus pengakuan bahwa wanita yang bersangkutan sudah dewasa dan menikah alias lepas dari keluarga. "Sebaiknya mencantumkan nama suami di belakang nama sendiri dilihat dari sisi positifnya saja, sehingga tidak memberatkan," saran Diana.

DIPANGGIL DENGAN NAMA ANAK

Sebutan Mama Devi atau Mama Kevin misalnya, banyak terjadi di lingkungan perumahan. Para ibu dipanggil dengan nama anaknya, Devi atau Kevin. Beberapa budaya tertentu memang memiliki kebiasaan mengganti nama wanita yang bersangkutan dengan memanggil nama anak sulungnya dan menambahkan mama/papa/kakek/nenek di depannya, sehingga menjadi Mama Lusi, Opa Lusi dan seterusnya.

Bisa jadi kebiasaan yang melatarbelakanginya hanya karena pertimbangan praktis saja. "Mungkin saja, kan, di kota-kota besar seperti Jakarta, karena para orang tuanya tidak pernah saling ketemu dan yang ada di rumah seharian hanya anaknya, para tetangga lebih mudah saling menyebut nama si anak."

Sementara kalau memang merupakan ketentuan adat, ya sebaiknya diterima saja sebagai sebuah kebiasaan. Lihatlah dari sisi yang positif. "Sebenarnya pemanggilan nama anak ini merupakan sebuah bentuk pengakuan dari orang lain bahwa dia adalah orang tua dari anak tersebut," ungkap Diana.

PERSIAPKAN DIRI

Diana tidak menyangkal bila bagi sebagian orang, nama merupakan sesuatu yang sangat penting sekaligus menunjukkan eksistensi diri. "Namun, sebaiknya hal tersebut tidak perlu dibesar-besarkan. Kompromikan segala hal yang berhubungan dengan nama dan panggilan ini dengan pasangan. Bagaimana enaknya untuk mereka berdua. Karena bukan tidak mungkin yang terbaik bagi satu pasangan, belum tentu sama baiknya bagi pasangan lain."

Keduanya juga perlu mempersiapkan diri kalau-kalau suatu saat sang suami lebih dikenal sebagai suami dari istrinya. Atau menerima undangan yang ditujukan kepada istri dan keluarga tanpa mencantumkan nama suami. "Tidak perlu dipermasalahkan karena pada dasarnya hal seperti itu bukan masalah besar," tandas Diana.

Kalaupun istri merasa keberatan dipanggil dengan nama suami atau anaknya, ya sebaiknya ungkapkan saja. "Tak ada salahnya langsung melakukan koreksi pada orang yang memanggil dengan nama tersebut. Misalnya dengan mengatakan ia lebih senang dipanggil dengan namanya sendiri," saran Diana.

Akan tetapi kalau keberatan tersebut sudah sampai tingkat ekstrem, semisal sama sekali tidak mau menoleh bila tidak dipanggil dengan namanya sendiri, "Bukan tidak mungkin sebenarnya dia bermasalah secara psikologis. Bisa jadi yang bersangkutan terlalu bangga pada dirinya sendiri. Atau malah sebaliknya self esteem atau penerimaan dirinya sedemikian rendah."

Marfuah