Kala Sakit, Anak Jadi Lebih Tergantung

By nova.id, Rabu, 28 Desember 2011 | 23:27 WIB
Kala Sakit Anak Jadi Lebih Tergantung (nova.id)

SUSAH MAKAN

Hal lain yang harus dipahami dari anak sakit, lanjut Puji, umumnya anak jadi tak suka makan dan emoh minum obat. "Kita saja kalau sakit juga tak berselera makan, bukan?" tutur Puji. Karena itu, anjurnya, tak perlu memaksa anak. "Yang penting, anak tetap makan. Sedikit-sedikit, namun sering." Beri makanan lembut untuk memudahkan anak menelan dan tak perlu lama-lama mengunyah. "Makanan harus yang bergizi agar anak terbantu untuk cepat sembuh. Beri ia banyak minum agar tak dehidrasi atau kekurangan cairan."

Bila anak susah minum obat, siasati dengan cara memberikan tambahan zat gula agar rasa pahit obat berkurang. Ada baiknya sebelum minum obat si anak diberikan sesuatu yang menyenangkan. Misalnya, dijanjikan akan dibacakan cerita kesukaannya.

Sebagaimana orang dewasa, anak yang sakit pun harus banyak istirahat. Namun begitu, tak jarang ada juga anak yang tetap aktif, tak bisa diam meskipun tengah sakit. "Mungkin memang ada bagusnya anak sakit tetap aktif sehingga bisa mengeluarkan banyak energi. Bisa jadi panas badannya akan menurun karena mengeluarkan banyak keringat," kata Puji. Selain itu, orang tua juga agak lega karena si anak tak terlalu rewel.

Kendati demikian, saran Puji, aktifnya si anak yang sakit jangan sampai berlebihan. Bagaimanapun, anak yang sakit tak boleh terlalu capek. "Kalau hanya sekadar bergerak ke sana ke mari di sekitar rumah, bolehlah. Tapi ibu juga harus senantiasa mengingatkan anaknya agar jangan sampai kecapekan." Sebab, bisa terjadi sakitnya malah bertambah lantaran capek. Misalnya, panas badannya jadi bertambah. "Jadi, sejauh kegiatannya itu tak mengganggu sakitnya, ya, enggak apa-apa. Kadang anak pun kalau sudah capek akan berhenti dengan sendirinya."

Bagaimana kalau yang terjadi sebaliknya, si anak sampai tak bisa bangun dari tempat tidur? "Tentu lama-lama bisa membuatnya merasa bosan," ujar Puji. Nah, dalam hal ini orang tua tak boleh menunjukkan kesedihannya karena akan berpengaruh pada si anak. Sebaiknya orang tua mengajak si anak melakukan kegiatan bermain yang disukainya. Misal, membacakan cerita kesukaan anak di tempat tidur, memberikan mainan yang bisa dilakukan di tempat tidur seperti boneka tangan, mewarnai, melipat kertas, nonton televisi, dan sebagainya. "Kegiatan itu dapat mengurangi kebosanan anak."

Jadi, tandas Puji, dalam memberikan kegiatan untuk anak yang sakit, harus disesuaikan dengan kondisi si anak. Tapi kalau si anak tak mau melakukan aktivitas apa-apa, ya, tak usah dipaksa. "Sebaiknya orang tua yang lebih aktif, entah dengan bercerita atau membacakan buku."

Pendeknya, apa pun yang bisa dilakukan orang tua untuk menghibur si anak yang sakit, lakukanlah. Dengan begitu, anak akan merasa nyaman dan tak kelewat rewel.

IBU BEKERJA

Boleh dibilang, anak yang sakit harus mendapatkan perlakuan lebih "istimewa". Nah, hal ini tentunya menjadi persoalan tersendiri bagi para ibu bekerja. "Para ibu yang bekerja memang harus sedikit rela berkorban," ujar Puji. Apalagi, pada awal sakit biasanya anak sangat membutuhkan ibu. Baru setelah kondisi si anak lumayan baik, ia bisa ditangani oleh orang rumah, semisal pengasuhnya.

Apabila ibu tak bisa meninggalkan pekerjaannya di kantor, saran Puji, maka harus ada orang di rumah yang dipercaya bisa menangani si anak. Entah itu ayah, pengasuh, atau nenek dan sebagainya sebagai pengganti ibu. Menurut Puji, naluri seorang ibu juga sangat tergantung pada pribadi masing-masing. "Mungkin ada ibu yang sangat care pada anaknya. Anaknya sakit sedikit saja, ia tak bakal masuk kantor sebelum penyakit anaknya reda."

Selain itu, tergantung pula pada tingkat keparahan penyakit anak. Kalau memang parah, anjur Puji, sebaiknya ibu mengambil cuti dari kantor. "Karena anak masih perlu perhatian, bimbingan, dan penanganan intensif dari orang tua."