Sudah Nikah Kok Masih Disuruh-suruh?

By nova.id, Kamis, 22 Desember 2011 | 23:27 WIB
Sudah Nikah Kok Masih Disuruh suruh (nova.id)

* Meminta diantar/dijemput

Dalam batas-batas yang wajar, seorang adik bisa saja membantu kakaknya, tapi tentunya tergantung pada kesempatan dan kesepakatan. Kalau si adik tak punya waktu untuk mengantar/jemput, tentu ia tak harus mengorbankan aktivitasnya saat itu hanya untuk meluluskan permintaan kakaknya. Apalagi di saat yang bersamaan si adik ini berkewajiban mengurus anggota keluarganya sendiri, seperti istri dan anaknya.

* Menyuruh menjaga/mengurus rumah selama ditinggal pergi

Untuk kasus ini tentunya mesti ada kesepakatan juga. Konsekuensinya, sang adik mesti meninggalkan keluarganya, kecuali mereka mau juga diboyong mengisi rumah sang kakak. Saling membantu memang tak dibatasi umur dan bisa kapan saja. Asalkan cara memintanya baik-baik dan tak merugikan, tentunya segala perintah dan permintaan bantuan akan dipertimbangkan si adik.

SOLUSI BAGI ADIK: BERSIKAP TEGAS

Yang biasanya juga muncul sebagai masalah, bila pasangan atau anak yang bersangkutan keberatan ayah/ibunya "disuruh-suruh" terus. Nah, agar persoalan tak berlarut-larut, perlu ada penjelasan kepada seluruh

anggota keluarga. Dalam hal ini, jelaskan bahwa permintaan bantuan dari kakaknya itu tidak dimaksudkan untuk menurunkan harga diri ayah/ibunya. Justru sampaikan pula penjelasan kalau menolong saudara itu mulia jika memang yang dimintai mampu mengulurkan bantuan.

Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan agar hubungan kakak-adik tetap terjalin dengan baik dan perkara saling membantu tak lagi jadi masalah besar:

* Kakak-adik mesti saling menghormati dan menghargai posisinya sekarang dalam keluarganya masing-masing. Kakak mengerti posisi adiknya yang sudah menjadi kepala keluarga, contohnya, dan demikian pula sebaliknya.

* Si kakak mesti menyadari dirinya tak punya kekuasaan seperti dulu saat mereka masih sama-sama lajang. Termasuk bila biaya pendidikan si adik ditanggung sang kakak. Jangan sampai si adik merasa terpaksa hanya karena takut dianggap tak tahu balas budi. Padahal menolak "perintah" bukan selalu berarti tak mau menuruti kehendak kakaknya.

* Jalin terus komunikasi agar tak terjadi salah persepsi. Jika si adik menolak permintaan tolong sang kakak, tak bisa si adik langsung dicap "sombong" dan lupa kacang pada kulitnya.

* Kalau memang si adik betul-betul tak bisa membantu kakaknya ketika itu, utarakan dengan sikap tegas. Jika tidak demikian, bisa saja terjadi perselisihan, perbedaan pendapat yang memunculkan perasan-perasaan negatif dari sang kakak. Katakan bahwa lain kali kalau memang ada waktu tentu akan bersedia membantu dengan senang hati.

* Jika sang kakak tak kunjung menyadari situasi adiknya, sang adik harus bisa menegaskan bahwa dirinya sudah berkeluarga dengan serentet peran dan kewajiban yang berbeda dari kondisi dulu. Bagaimanapun si adik tetap berkewajiban memprioritaskan pasangan dan anak-anaknya.

Hilman